Lentera Islam - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W.

Pelepah Basah yang bisa meringankan Siksa Alam Barzah

Pelepah Basah yang bisa meringankan Siksa Alam Barzah


Lentera Islam .NET - Pelepah Basah yang bisa meringankan Siksa Alam Barzah - Bagaimana Hukum Tahlilan dan Yasinan dalam Islam yang sebenarnya?

Saudaraku,
Suatu ketika Rasulullah SAW mendoakan pada kedua ahli kubur dengan lafadz/kalimat: "Semoga selama masih basah pelepah kurma tersebut keduanya diringankan siksanya".

Pertanyaan, mengapa baginda Rasulillah SAW dalam hadisnya itu tidak langsung dengan redaksi: "Ya Allah ringankanlah siksa kuburnya."

Saudaraku,
Setidaknya ada 4 jalur sanad hadis yang berstatus shahih yang mengupas tentang pelepah kurma basah itu. Akan tetapi dalam kesempatan ini, kita hanya mengambil 2 hadis dari jalur Ibnu Abbas dan Abi Hurairah.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ  يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الآخَرُ  فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً  فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا  يَا  رَسُولَ اللهِ  لِمَ فَعَلْتَ هٰذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا.
(متفق عليه رواه البخاري ومسلم وغيرهما)

"Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda, ”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari  dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing.

Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namimah (adu domba).” Kemudian beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu beliau  tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong.

Para sahabat  bertanya, ”Wahai, Rasulullah, mengapa Rasul melakukan ini?”

Beliau lantas menjawab, ”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.”

Sedangkan hadis jalur sanad Abi Hurairah adalah:

 عن أبي هريرة قال: كنا نمشي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فمررنا على قبرين فقام فقمنا معه فجعل لونه يتغير حتى رعد كم قميصه فقلنا: ما لك يا نبي الله ؟ قال: ما تسمعون ما أسمع ؟ قلنا: وما ذاك يا نبي الله ؟ قال: هذان رجلان يعذبان في قبورهما عذابا شديدا في ذنب هين ، قلنا: مم ذلك يا نبي الله ؟ قال: كان أحدهما لا يستنزه من البول وكان الآخر يؤذي الناس بلسانه ويمشي بينهم بالنميمة ، فدعا بجريدتين من جرائد النخل فجعل في كل قبر واحدة قلنا: وهل ينفعهما ذلك يا رسول الله ؟ قال: نعم يخفف عنهما ما داما رطبين . (رواه ابن حبان في صحيحه [3/106 رقم : 824] ) قال شعيب الأرنؤوط: إسناده صحيح .

Alasan mengapa jaridah basah (dapat) memberi manfaat pada dua mayit tersebut SELAMA MASIH BASAH, adalah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ihkam al-Ahkam Syarah Umdah al-Ahkam:

الخامس: قيل في أمر " الجريدة " التي شقها اثنتين ، فوضعها على القبرين ، وقوله  صلى الله عليه وسلم " لعله يخفف عنهما ما لم ييبسا " إشارة إلى أن النبات  يسبح ما دام رطبا فإذا حصل التسبيح بحضرة الميت حصلت له بركته ، فلهذا اختص  بحالة الرطوبة .
"Kelima, diucapkan dalam masalah jaridah/pelepah yang dibelah dua dan ditaruh di atas dua kuburan. Ucapan Nabi SAW ”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama kedua pelepah tersebut belum kering”.

Ini  merupakan isyarah atau petunjuk bahwa tumbuhan membaca tasbih selama basah, maka tatkala hasil tasbih di hadapan mayit, maka hasil juga barokahnya pada mayit. Karena ini, maka khusus hasil keberkahan bagi mayit pada tumbuhan yang masih basah."

Termasuk dalam nomenklatur ini adalah tidaklah berlebihan dikatakan bahwa ucapan kalimat tayyibah, tahlil, tasbih, tahmid, dzikir dan doa yang diucapkan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman lalu keberkahan/fadhilah kalimat itu dikirimkan kepada ahli kubur.
Mengenai adanya sebagian golongan/kaum yang belakangan antipati tentang hal itu (dengan tuduhan andalannya, bid'ah, syirik dkk), secara otomatis mereka mengakui bahwa sumber hukum Islam hanyalah al-Qur'an saja, dengan jargon utamanya al-rujū' ilā al-Qur'an, sementara hadis tidaklah dianggap sebagai sumber rujukan kedua setelah al-Qur'an.

Bukankah keterangan di atas adalah hadis shahih?

Hanya al-Qur'an dan terjemahnya sajakah sebagai rujukannya, ataukah memang karena belum membaca/mutala'ah sampai pada hadis-hadis tersebut??

Wa Allah A'lam.


Share:

0 comments:

Post a Comment

Sample Text

Copyright © Lentera Islam .NET - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com