Lentera Islam - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W.

Showing posts with label Kisah. Show all posts
Showing posts with label Kisah. Show all posts

Ketika Tangisan Rasulullah Mengguncangkan Arsy

Ketika Tangisan Rasulullah Mengguncangkan Arsy

Lentera Islam .NET - Kisah Nabi Muhammad S.A.W - Ketika Tangisan Rasulullah Mengguncangkan Arsy .

Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”
Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya.

Orang itu Ialu berkata:
“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah S.A.W
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badwi itu pula.

Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.
“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya:
“Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.

Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itu pula berkata:
“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badwi itu. “Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,’ jawab orang itu. ‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!’
Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!” Betapa sukanya orang Arab badwi itu,  mendengar berita tersebut. la Ialu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.

Share:

Calon Ahli Neraka yang Akhirnya Masuk Surga

Calon Ahli Neraka yang Akhirnya Masuk Surga


Lentera Islam .NET - Kisah Islam - Calon Ahli Neraka yang Akhirnya Masuk Surga - Imam al-Ghazali bertutur tentang dua kisah mengenai harapan akan ampunan ilahi dalam kitab Ihya. Izinkan saya kisahkan ulang di sini.

Yahya bin Aktsam yang sudah wafat hadir dalam mimpi sahabatnya. Ditanyakan bagaimana keadaannya. Yahya berkata: “Tuhan menyebutkan semua dosaku“.

Yahya ketakutan dan berkata: “Bukankah ada riwayat bahwa Engkau seperti dugaan hambaMu? Dan aku berbaik sangka Engkau tak akan menghukumku“.


Yahya bacakan sanad riwayat tersebut di depan Tuhan. Tuhan membenarkan ucapannya. Dan karena berbaik sangka padaNya itulah maka Yahya diampuni.

Ana ‘inda zhanni abdi bi (Aku sebagaimana persangkaan hambaKu saja). Marilah kita berprasangka baik bahwa Allah akan ampuni dosa-dosa kita. Sebesar apapun dosa kita, berbaiksangkalah Allah akan ampuni. Jangan putus asa dari rahmat dan kasih sayangNya.

Kisah kedua yang dituturkan Imam al-Ghazali tentang harapan akan ampunan ilahi. Ada orang dari Bani Israil yang dimasukkan neraka selama 1000 tahun

Dia terus menjerit memanggil Tuhan. Lantas Jibril diperintahkan membawanya kepada Allah. Allah bertanya: “Bagaimana tempatmu?“. “Jelek“, jawabnya.

Tuhan menyuruh dia kembali masuk neraka. Dia berjalan keluar dan tiba-tiba membalik badannya kembali kepada Tuhan. Lalu ditanya, “Kenapa balik badan?“.

Dia menjawab, “Karena aku benar-benar berharap Engkau tak kembalikan aku ke neraka setelah sejenak aku dikeluarkan“.

Tuhan lalu perintahkan dia masuk surga karena ternyata dia masih punya harapan akan rahmat ilahi. Subhanallah.

Imam al-Ghazali mengajak kita utk memohon keselamatan lewat ampunan dan kasih sayang Allah. Mereka yang penuh dosa namun masih berharap padaNya akan dipeluk oleh kasih sayangNya.

Para ustadz, teruslah menebar harapan akan ampunan ilahi. Jangan tutup pintu surga saat kami masih terus berprasangka baik padaNya.


Para ulama, jangan renggut harapan kami akan ampunanNya. Kami pernah berlari meninggalkanNya tapi kami masih bisa membalik badan kepadaNya

Para habib, jangan pandang kami seperti manusia hina. Kalaupun kami pantas masuk neraka, kami tetap berharap dan berprasangka baik kepadaNya.

Share:

Saat Putra Sayyidina Umar Diejek Teman-temannya

Saat Putra Sayyidina Umar Diejek Teman-temannya

Lentera Islam .NET - Kisah Islami - Saat Putra Sayyidina Umar Diejek Teman-temannya
 
Saat Putra Sayyidina Umar Diejek Teman-temannya
Keluarga Khalifah Umar bin Khattab memiliki pola hidup sederhana. Saking sederhananya, konon kendati menjabat sebagai khalifah di Mekah, pakaian yang dikenakannya memiliki empat belas tambalan. Salah satunya ditambal dengan kulit kayu.

Suatu ketika usai pulang sekolah, Abdullah bin Umar menangis di hadapan ayahnya, Umar bin Khattab. Umar pun bertanya, “Kenapa engkau menangis, anakku?”

"Teman-teman di sekolah mengejek dan mengolok-olokku karena bajuku penuh dengan tambalan. Di antara mereka mengatakan, ‘Hai Kawan-kawan, perhatikan berapa jumlah tambalan putra Amirul Mukminin itu’," ungkap Ibnu Umar dengan nada sedih.

Setelah mendengar curhatan putranya, Amirul Mukminin langsung bergegas menuju baitul mal (kas negara) dengan maksud akan meminjam beberapa dinar untuk membelikan baju anaknya. Karena tidak bertemu dengan pejabat bagian kas negara, ia pun menitipkan surat kepada penjaga kas negara tersebut yang isinya sebagai berikut:


"Dengan surat ini, perkenankanlah aku meminjam uang kas negara sebanyak 4 dinar sampai akhir bulan, pada awal bulan nanti, gajiku langsung dibayarkan untuk melunasi utangku.”

Setelah pejabat kas negara membaca surat pengajuan utang itu, dikirimlah surat balasan:

”Dengan segala hormat, surat balasan kepada junjungan khalifah Umar Bin Khatab. Wahai Amirul Mukminin mantapkah keyakinanmu untuk hidup sebulan lagi, untuk melunasi utangmu, agar kamu tidak ragu meminjamkan uang kepadamu. Apa yang Khalifah lakukan terhadap uang kas negara, seandainya meninggal sebelum melunasinya?

Selesai membaca surat balasan dari pejabat kas negara, Khalifah pun langsung menangis, dan berseru kepada anaknya:

“Hai anakku sungguh aku tidak mampu membelikan baju baru untukmu dan berangkatlah sekolah seperti biasanya, sebab aku tidak bisa meyakinkan akan pertambahan usiaku sekalipun hanya sesaat.” Anak itu pun menangis mendengar ujar ayahnya.

(Disarikan dari Kitab Durrtun Nashihin fil Wa'dhi wal Irsyad karya Utsman bin Hasan al-Khubawi)
Share:

Kisah Nabi Tegakkan Keadilan bagi Orang Nasrani

Kisah Nabi Tegakkan Keadilan bagi Orang Nasrani

Lentera Islam .Net - Kisah Islam - Kisah Nabi Tegakkan Keadilan bagi Orang Nasrani

Suatu ketika Bilal radliyallahu ‘anh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang bertamu di kediaman Sayyidina Abu Bakar, tiba-tiba ada orang mengetuk pintu. Lantas Bilal membukakan pintu tersebut. Ternyata orang tersebut beragama Nasrani yang tengah mencari Rasulullah.

"Apakah di sini ada Muhammad bin Abdullah," tanya orang Nasrani yang masih di depan pintu kepada Bilal.

Bilal tidak menjawab, tapi mempersilakan tamu tersebut masuk ke dalam rumah Abu Bakar untuk berdialog langsung dengan Rasulullah.

"Hai Muhammad, jika engkau mengaku dan benar sebagai utusan Allah, maka tolonglah aku, karena sekarang sedang terzalimi," pintanya kepada Rasulullah
Nabi Muhammad pun bertanya, "Siapa yang telah menzalimimu?"

"Abu Jahal bin Hisyam, dia telah mengambil hartaku," jawab Nasrani.

Lantas Rasullah beranjak berdiri dan bergegas menuju ke rumah Abu Jahal. Namun Bilal merasa keberatan dan ia berkata, "Sekarang waktu qailulah (sekitar pukul 11.00) sebagaimana kebiasaan Abu Jahal sedang beristirahat dan aku khawatir jika engkau menemuinya, ia merasa terganggu dan marah bahkan melukai engkau wahai Rasulullah, sehingga dia tidak mendengarkan perkataan orang."

Tetapi Rasulullah tidak menggubris perkataan sahabatnya tersebut dan langsung menuju ke rumah Abu Jahal dan mengetuk pintunya. Akhirnya Abu Jahal membuka pintu dengan raut muka marah dan berkata, "Silakan masuk, kenapa tidak mengutus teman-temanmu, Muhammad?”

"Oh itu tujuanmu ke sini, andaikan mengutus seseorang ke sini untuk mengambil harta tersebut, tentunya saya akan dengan suka rela mengembalikannya," ucapnya.

"Sudahlah jangan terlalu lama, kembalikan harta orang Nasrani tersebut," tegas Rasullah.

Akhirnya Abu Jahal menyuruh pembantunya untuk mengeluarkan dan mengembalikan seluruh harta yang ia ambil dari orang Nasrani.

Kemudian Rasulullah berkata kepada orang yang terzalimi oleh Abu Jahal tersebut, "Apakah seluruh hartamu sudah kau terima."

“Ya Rasulullah, namun masih ada yang tersisa satu, yaitu kulit kambing. Akhirnya Rasulullah menyuruh Abu Jahal untuk mengembalikannya.”

Abu Jahal pun mencari kulit kambing tersebut di dalam rumahnya. Proses pencarian tak membuahkan hasil dan Abu Jahal pun menggantinya dengan kulit kambing yang bagus.

Ketika Orang Nasrani tersebut menyaksikan peristiwa ketegasan dan kerelaan Rasulullah dalam membantu disaat ia terzalimi, lantas ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan berkata, Wahai Muhammad saya menyakini bahwa engkau adalah utusan Allah dan agama yang engkau ajarkan adalah haq (benar)."

Disarikan dari kitab Duratun Nashihin karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asyakir al Khubawi, halaman 99, Penerbit Toha Putra Semarang

Share:

Kisah Nabi Sulaiman, Semut dan Cacing Buta.

Kisah Nabi Sulaiman, Semut dan Cacing Buta.


Lentera Islam .NET - Kisah Nabi Sulaiman, Semut dan Cacing Buta.

Pada suatu hari Nabi Sulaiman A.s. duduk di pinggir danau. Sejurus kemudian, ia melihat seekor semut membawa sebiji gandum. Nabi Sulaiman a.s. terus memperhatikan semut itu, yang tengah menuju ke tepi danau.

Tiba-tiba ada seekor katak yang keluar dari dalam air seraya membuka mulutnya. Entah bagaimana prosesnya, semut itu kemudian masuk ke dalam mulut katak. Kemudian, katak itu pun menyelam ke dasar danau dalam waktu yang cukup lama.
Sementara Nabi Sulaiman a.s. memikirkan peristiwa barusan, katak tersebut keluar dari dalam air dan membuka mulutnya. Lalu semut itu keluar, sementara sebiji gandum yang dibawanya sudah tidak ada lagi bersamanya.

Nabi Sulaiman a.s. memanggil semut itu dan menanyakan kepadanya tentang apa yang dilakukan barusan, ”Wahai semut, apa yang kamu lakukan selama berada di mulut katak?”
”Wahai Nabiyullah, sesungguhnya di dalam danau ini terdapat sebuah batu yang cekung berongga, dan di dalam cekungan batu itu terdapat seekor cacing yang buta,” jawab semut.
“Cacing tersebut tidak kuasa keluar dari cekungan batu itu untuk mencari penghidupannya. Dan sesungguhnya Allah telah mempercayakan kepadaku urusan rezekinya,” lanjut semut.
”Oleh karena itu, aku membawakan rezekinya, dan Allah swt. telah menguasakan kepadaku sehingga katak ini membawaku kepadanya. Maka air ini tidaklah membahayakan bagiku. Sesampai di batu itu, katak ini meletakkan mulutnya di rongga batu itu, lalu aku pun dapat masuk ke dalamnya,”
“Kemudian setelah aku menyampaikan rezeki kepada cacing itu, aku keluar dari rongga batu kembali ke mulut katak ini. Lalu katak ini mengembalikan aku di tepi danau.”
Nabi Sulaiman a.s. kemudian bertanya, ”Apakah kamu mendengar suara tasbih cacing itu?”
”Ya, cacing itu mengucapkan: _*Yâ man lâ yansani fî jaufi hâdzihi bi rizqika, lâ tansâ ‘ibâdakal mu’minîna bi rahmatik*_

"(Wahai Dzat Yang tidak melupakan aku di dalam danau yang dalam ini dengan rezeki-Mu, janganlah Engkau melupakan hamba-hamba-Mu yang beriman dengan rahmat-Mu)."

Demikianlah, Allah mengatur rezeki segenap makhlukNya, termasuk manusia.
Sebagaimana pesan al-Qur’an dalam surat Hûd ayat 6: Wa mâ min dâbbatin fil ardli illâ ‘alaLlahi rizquhâ

(Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya)
Subhanallah, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Semoga  kita dikumpulkan di surga-Nya kelak. Aaamiin


Share:

Sample Text

Copyright © Lentera Islam .NET - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com