Lentera Islam - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W.

Showing posts with label Tanya Jawab. Show all posts
Showing posts with label Tanya Jawab. Show all posts

Hati-Hati dengan "Tidak Sholat Tidak Apa-Apa yang Penting Baik"

Hati-Hati dengan Pertayaan yang dapat menjebak Logika anda.

Seperti: lebih baik yang mana?
1. Rajin sholat tapi gosipin orang.
2. Atau tidak rajin sholat tapi di lingkungan baik

Jawaban: Keduanya Salah.

Karena 1. Orang rajin Sholat namun sering menyakiti tetangganya dengan lisannya (Gosip, Fitnah, Ghibah, dll) maka ia berada di neraka.

Karena 2. Amalan yang pertama kali di hisab adalah Sholat. Apabila Baik sholatmu maka baiklah seluruh amalanmu.

Keterangan:

Dalil 1.

 أتَدْرُونَ ما المُفْلِسُ ؟ قالوا : المفْلسُ فينا من لا درهم له ولا متاع. قال : إن المفْلسَ مَنْ يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ، ويأتي قد شَتَمَ هذا ، وقذفَ هذا ، وأكل مال هذا ، وسفك دم هذا ، وضرب هذا ، فيُعطَى هذا من حسناته ، وهذا من حسناته ، فإن فَنيَتْ حَسَناتُهُ قبل أن يُقْضى ما عليه ، أُخِذَ من خطايهم فطُرِحَتْ عليه ، ثم يُطْرَحُ في النار

Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.”

Nabi Saw lalu berkata, ” Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah (orang) yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu lalu dia menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan) dan orang itu mengambil pula pahalanya. Bila pahala-pahalanya habis sebelum selesai tuntutan dan ganti tebusan atas dosa-dosanya maka dosa orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka.” (HR. Muslim)


Dalil 2.

 فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ 
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

 الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
 (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

 Orang yang lalai dalam sholatnya adalah mereka yang tidak menyempurnakan sholatnya, sehingga meskipun sholat, mereka tidak lepas dari perbuatan keji dan munkar.

 Wallahua'lam...
Share:

Download Buku 77 Tanya Jawab Seputar Sholat

Download Buku 77 Tanya Jawab Seputar Sholat karya H. Abdul Somad Lc. M.A.
Download Buku 77 Tanya Jawab Seputar Sholat Somad Morocco - karya H. Abdul Somad Lc. M.A.
Pesan dari penerbit: Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. Kami sampaikan bahwa copyright penerbitan dan distribusi buku-buku yang kami tulis (37 Masalah Populer, 99 Tanya Jawab Seputar Shalat dan beberapa judul lainnya yang akan terbit) hanya ada di Penerbit Tafaqquh. Tidak diperkenankan bagi siapapun mengambil keuntungan pribadi / kelompok atas buku-buku yang telah diedarkan. Adapun tentang PDF atau aplikasi di playstore, maka itu bukan terbitan resmi Tafaqquh. Pihak Tafaqquh selaku penerbit saat ini hanya menerbitkan versi cetak, tidak dalam softcopy. Tentang file yang sudah beredar silakan dimanfaatkan untuk keperluan syiar dan dakwah, bukan untuk keperluan bisnis. Harap maklum. Terimakasih. Beli buku versi cetak melalui : http://www. tbtafaqquh .com/
Daftar Isi:

Pertanyaan 1: Apakah shalat itu?
Pertanyaan 2: Apakah dalil yang mewajibkan shalat?
Pertanyaan 3: Bilakah Shalat diwajibkan?
Pertanyaan 4: Bilakah seorang muslim mulai diperintahkan melaksanakan shalat?
Pertanyaan 5: Apakah shalat mesti dilaksanakan secara berjamaah?
Pertanyaan 6: Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?
Pertanyaan 7: Apakah hukum perempuan shalat berjamaah ke masjid?
Pertanyaan 8: Bagaimanakah cara meluruskan shaf?
Pertanyaan 9: Bagaimanakah posisi Shaf anak kecil?
Pertanyaan 10: Apakah hukum shalat orang yang tidak berniat?
Pertanyaan 11: Apakah hukum melafazkan niat?
Pertanyaan 12: Bilakah waktu berniat?
Pertanyaan 13: Apakah batasan mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul-Ihram?
Pertanyaan 14: Berapa posisi mengangkat kedua tangan dalam shalat?
Pertanyaan 15: Bagaimanakah letak tangan dan jari jemari?
Pertanyaan 16: Apakah hukum membaca doa Iftitah?
Pertanyaan 17: Adakah bacaan Iftitah yang lain?
Pertanyaan 18: Ketika akan membaca al-Fatihah dan Surah, apakah dianjurkan membaca Ta’awwudz (A’udzubillah)?
Pertanyaan 19: Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau sirr?
Pertanyaan 20: Apakah hukum membaca al-Fatihah bagi Ma’mum?
Pertanyaan 21: Apakah hukum membaca ayat? Apa standar panjang dan pendeknya?
Pertanyaan 22: Ketika ruku’ dan sujud, berapakah jumlah tasbih yang dibaca?
Pertanyaan 23: Apakah bacaan pada Ruku’?
Pertanyaan 24: Bagaimana pengucapan [ ]تشع الله تظن تزدهdan ucapan [ +ربنا لك اتضمدketika bangun dari ruku’ bagi imam,  ma’mum dan orang yang shalat sendirian?


Pertanyaan 25: Adakah bacaan tambahan?
Pertanyaan 26: Ketika sujud, manakah yang terlebih dahulu menyentuh lantai, telapak tangan atau lutut?
Pertanyaan 27: Apakah bacaan sujud?
Pertanyaan 28: Apakah bacaan ketika duduk di antara dua sujud?
Pertanyaan 29: Apakah ketika bangun dari sujud itu langsung tegak berdiri atau duduk istirahat sejenak?
Pertanyaan 30: Ketika akan tegak berdiri, apakah posisi telapak tangan ke lantai atau dengan posisi tangan mengepal?
Pertanyaan 31: Apakah bacaan Tasyahhud?
Pertanyaan 32: Bagaimanakah lafaz shalawat?
Pertanyaan 33: Apa hukum menambahkan kata Sayyidina sebelum menyebut nama nabi?
Pertanyaan 34: Bagaimanakah posisi jari jemari ketika Tasyahhud?
Pertanyaan 35: Jika saya masbuq, ketika imam pada rakaat terakhir, sementara itu bukan rakaat terakhir bagi saya, imam duduk Tawarruk, bagaimanakah posisi duduk saya, Tawarruk atau Iftirasy?
Pertanyaan 36: Bagaimanakah posisi duduk pada Tasyahhud, apakah duduk Iftirasy atau Tawarruk?
Pertanyaan 37: Adakah doa lain sebelum salam?
Pertanyaan 38: Adakah doa tambahan lain sebelum salam?
Pertanyaan 39: Bagaimanakah salam mengakhiri shalat?
Pertanyaan 40: Ke manakah arah duduk imam setelah salam?
Pertanyaan 41: Ketika shalat, apakah Rasulullah Saw hanya membaca di dalam hati, atau dilafazkan?
Pertanyaan 42: Apakah arti thuma’ninah? Apakah standarnya?
Pertanyaan 43: Bagaimana shalat orang yang tidak ada thuma’ninah?
Pertanyaan 44: Apa pendapat ulama tentang Qunut Shubuh?
Pertanyaan 45: Apakah dalil hadits tentang adanya Qunut Shubuh?
Pertanyaan 46: Apakah ketika membaca Qunut mesti mengangkat tangan?
Pertanyaan 47: Jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut, apakah ia mesti mengikuti imamnya?
Pertanyaan 48: Adakah dalil keutamaan berdoa setelah shalat wajib?
Pertanyaan 49: Adakah dalil mengangkat tangan ketika berdoa?
Pertanyaan 50: Apakah dalil zikir setelah shalat?
Pertanyaan 51: Apakah ada dalil zikir jahar setelah shalat?
Pertanyaan 52: Apakah Sutrah itu?
Pertanyaan 53: Apakah dalil shalat menghadap sutrah?
Pertanyaan 54: Apakah hukum menggunakan sutrah?
Pertanyaan 55: Adakah hadits yang menyebut Rasulullah Saw shalat tidak menghadap Sutrah?
Pertanyaan 56: Apakah boleh membaca ayat ketika ruku’ dan sujud?
Pertanyaan 57: Apakah boleh berdoa ketika sujud?
Pertanyaan 58: Apakah boleh membaca doa yang tidak diajarkan nabi dalam shalat?
Pertanyaan 59: Apakah boleh berdoa bahasa Indonesia dalam shalat?
Pertanyaan 60: Berapa lamakah shalat nabi ketika shalat malam?
Pertanyaan 61: Apakah ayat yang dibaca nabi?
Pertanyaan 62: Apakah boleh shalat Dhuha berjamaah?
Pertanyaan 63: Apakah dalil membaca surat as-Sajadah pada shubuh jum’at?
Pertanyaan 64: Bagaimana jika dibaca terus menerus?
Pertanyaan 65: Ketika akan sujud, apakah imam bertakbir?
Pertanyaan 66: Apakah dalil shalat sunnat Rawatib?
Pertanyaan 67: Apakah shalat sunnat Rawatib yang paling kuat?
Pertanyaan 68: Apakah ada perbedaan antara shalat Shubuh dan shalat Fajar?
Pertanyaan 69: Jika terlambat melaksanakan shalat Qabliyah Shubuh, apakah bisa diqadha’?
Pertanyaan 70: Adakah dalil shalat sunnat Qabliyah Maghrib?
Pertanyaan 71: Waktu hanya cukup shalat dua rakaat, antara Tahyatalmasjid dan Qabliyah, apakah shalat
Tahyatalmasjid atau Qabliyah?
Pertanyaan 72: Berapakah jarak musafir boleh shalat Jama’/Qashar?
Pertanyaan 73: Berapa hari boleh Qashar/Jama’?
Pertanyaan 74: Bagaimanakah cara shalat khusyu’?
Pertanyaan 75: Apakah fungsi shalat?
Pertanyaan 76: Apakah shalat yang tertinggal wajib diganti?
Pertanyaan 77: Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat secara sadar dan sengaja


KLIK Download Buku 77 Tanya Jawab Seputar Sholat - Somad Morocco, karya H. Abdul Somad Lc. M.A.

Sebarkan kebaikan dengan share via Facebook dan Twitter ya. Klik tombol Share ke Sosial media di bawah.
Share:

Download Buku 99 Tanya Jawab Seputar Sholat


Download Buku 99 Tanya Jawab Seputar Sholat - Ustadz Abdul Somad, Lc. MA

Download Buku 99 Tanya Jawab Seputar Sholat - Ustadz Abdul Somad, Lc. MA

Diantara kegelisahan orang beriman adalah tentang amal yang pertama kali akan dihisab di akhirat, yaitu sholat. Dia selalu gelisah tentang sholatnya, apakah pakai ushalli atau tidak, apakah kalau jadi makmum membaca Al-Fatihah atau tidak sampai pada gerak telunjuknya, apakah sekali angkat saja atau berkali-kali. Maka, untuk menghilangkan kegelisahan kita itu, dapatkan buku 99 Tanya Jawab Seputar Shalat.

Buku ini saya kemas dalam bentuk tanya-jawab untuk memudahkan pembaca. Biasanya, ketika membaca pertanyaan, akal bekerja ingin mencari jawaban, saat itulah jawaban datang, mudah-mudahan lebih merasuk ke dalam hati dan akal. Saya sebutkan beberapa pendapat mazhab di buku ini, bukan untuk mengacaukan amalan ummat selama ini, akan tetapi untuk mengetahui bahwa pendapat Ulama itu banyak dan masing-masing memiliki dalil. Sikap menghormati akan menguatkan ukhuwwah.
Daftar isi:

Pertanyaan 1: Apakah shalat itu?
Pertanyaan 2: Apakah dalil yang mewajibkan shalat?
Pertanyaan 3: Bilakah Shalat diwajibkan?
Pertanyaan 4: Bilakah seorang muslim mulai diperintahkan melaksanakan shalat?
Pertanyaan 5: Apakah shalat mesti dilaksanakan secara berjamaah?
Pertanyaan 6: Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?
Pertanyaan 7: Apakah hukum perempuan shalat berjamaah ke masjid?
Pertanyaan 8: Bagaimanakah cara meluruskan shaf?
Pertanyaan 9: Bagaimanakah posisi Shaf anak kecil?
Pertanyaan 10: Apakah hukum shalat orang yang tidak berniat?
Pertanyaan 11: Apakah hukum melafazkan niat?
Pertanyaan 12: Bilakah waktu berniat?
Pertanyaan 13: Apakah batasan mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul-Ihram?
Pertanyaan 14: Berapa posisi mengangkat kedua tangan dalam shalat?
Pertanyaan 15: Bagaimanakah letak tangan dan jari jemari?
Pertanyaan 16: Apakah hukum membaca doa Iftitah?
Pertanyaan 17: Adakah bacaan Iftitah yang lain?
Pertanyaan 18: Ketika akan membaca al-Fatihah dan Surah, apakah dianjurkan membaca
Ta’awwudz (A’udzubillah)?
Pertanyaan 19: Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau sirr?
Pertanyaan 20: Apakah hukum membaca al-Fatihah bagi Ma’mum?
Pertanyaan 21: Apakah hukum membaca ayat? Apa standar panjang dan pendeknya?
Pertanyaan 22: Ketika ruku’ dan sujud, berapakah jumlah tasbih yang dibaca?
Pertanyaan 23: Apakah bacaan pada Ruku’?
Pertanyaan 24: Bagaimana pengucapan [سمع الله لمن حمده] dan ucapan [ربنا لك الحمد] ketika bangun dari ruku’ bagi imam, ma’mum dan orang yang shalat sendirian?
Pertanyaan 25: Adakah bacaan tambahan?
Pertanyaan 26: Ketika sujud, manakah yang terlebih dahulu menyentuh lantai, telapak tangan atau lutut?
Pertanyaan 27: Apakah bacaan sujud?
Pertanyaan 28: Apakah bacaan ketika duduk di antara dua sujud?
Pertanyaan 29: Apakah ketika bangun dari sujud itu langsung tegak berdiri atau duduk istirahat sejenak?
Pertanyaan 30: Ketika akan tegak berdiri, apakah posisi telapak tangan ke lantai atau dengan posisi tangan mengepal?

Pertanyaan 31: Apakah bacaan Tasyahhud?
Pertanyaan 32: Bagaimanakah lafaz shalawat?
Pertanyaan 33: Apa hukum menambahkan kata Sayyidina sebelum menyebut nama nabi?

Pertanyaan 34: Bagaimanakah posisi jari jemari ketika Tasyahhud?
Pertanyaan 35: Jika saya masbuq, ketika imam pada rakaat terakhir, sementara itu bukan rakaat terakhir bagi saya, imam duduk Tawarruk, bagaimanakah posisi duduk saya, Tawarruk atau Iftirasy?
Pertanyaan 36: Bagaimanakah posisi duduk pada Tasyahhud, apakah duduk Iftirasy atau Tawarruk?
Pertanyaan 37: Adakah doa lain sebelum salam?
Pertanyaan 38: Adakah doa tambahan lain sebelum salam?
Pertanyaan 39: Bagaimanakah salam mengakhiri shalat?
Pertanyaan 40: Ke manakah arah duduk imam setelah salam?
Pertanyaan 41: Ketika shalat, apakah Rasulullah Saw hanya membaca di dalam hati, atau dilafazkan?
Pertanyaan 42: Apakah arti thuma’ninah? Apakah standarnya?
Pertanyaan 43: Bagaimana shalat orang yang tidak ada thuma’ninah?
Pertanyaan 44: Apa pendapat ulama tentang Qunut Shubuh?
Pertanyaan 45: Apakah dalil hadits tentang adanya Qunut Shubuh?
Pertanyaan 46: Apakah ketika membaca Qunut mesti mengangkat tangan?
Pertanyaan 47: Jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut, apakah ia mesti mengikuti imamnya?

Pertanyaan 48: Adakah dalil keutamaan berdoa setelah shalat wajib?
Pertanyaan 49: Adakah dalil mengangkat tangan ketika berdoa?
Pertanyaan 50: Apakah dalil zikir setelah shalat?
Pertanyaan 51: Apakah ada dalil zikir jahar setelah shalat?
Pertanyaan 52: Apakah Sutrah itu?
Pertanyaan 53: Apakah dalil shalat menghadap sutrah?
Pertanyaan 54: Apakah hukum menggunakan sutrah?
Pertanyaan 55: Adakah hadits yang menyebut Rasulullah Saw shalat tidak menghadap Sutrah?
Pertanyaan 56: Apakah boleh membaca ayat ketika ruku’ dan sujud?
Pertanyaan 57: Apakah boleh berdoa ketika sujud?
Pertanyaan 58: Apakah boleh membaca doa yang tidak diajarkan nabi dalam shalat?
Pertanyaan 59: Apakah boleh berdoa bahasa Indonesia dalam shalat?
Pertanyaan 60: Berapa lamakah shalat nabi ketika shalat malam?
Pertanyaan 61: Apakah ayat yang dibaca nabi?
Pertanyaan 62: Apakah boleh shalat Dhuha berjamaah?
Pertanyaan 63: Apakah dalil membaca surat as-Sajadah pada shubuh jum’at?
Pertanyaan 64: Bagaimana jika dibaca terus menerus?
Pertanyaan 65: Ketika akan sujud, apakah imam bertakbir?
Pertanyaan 66: Apakah dalil shalat sunnat Rawatib?

Pertanyaan 67: Apakah shalat sunnat Rawatib yang paling kuat?
Pertanyaan 68: Apakah ada perbedaan antara shalat Shubuh dan shalat Fajar?
Pertanyaan 69: Jika terlambat melaksanakan shalat Qabliyah Shubuh, apakah bisa diqadha’?
Pertanyaan 70: Adakah dalil shalat sunnat Qabliyah Maghrib?
Pertanyaan 71: Waktu hanya cukup shalat dua rakaat, antara Tahyatalmasjid dan Qabliyah, apakah shalat Tahyatalmasjid atau Qabliyah?
Pertanyaan 72: Berapakah jarak musafir boleh shalat Jama’/Qashar?
Pertanyaan 73: Berapa hari boleh Qashar/Jama’?
Pertanyaan 74: Bagaimanakah cara shalat khusyu’?
Pertanyaan 75: Apakah fungsi shalat?
Pertanyaan 76: Apakah shalat yang tertinggal wajib diganti?
Pertanyaan 77: Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat secara sadar dan sengaja?
Pertanyaan 78 : Jika berbenturan antara shalat sunnat atau shalat sunnat ba’diyah dengan shalat jenazah, manakah yang lebih didahulukan ?
Pertanyaan 79 : Apakah hukum mengucapkan amin bagi ma’mum ketika khatib berdoa pada khutbah jum’at ?
Pertanyaan 80 : Apakah anak kecil boleh shalat di masjid ? tidakkah anak kecil memutus shaf orang dewasa ?
Pertanyaan 81 : Apakah hukum mengangkat kedua tangan ketika berdoa bagi khatib ?
Pertanyaan 82 : Apakah ma’mum mengangkat tangan ketika khatib berdoa saat khutbah ?
Pertanyaan 83 : Apakah ketika sujud boleh membaca ayat al-Qur’an ?
Pertanyaan 84 : Apakah boleh membaca doa berbahasa Indonesia ketika shalat ?
Pertanyaan 85 : Apakah boleh menambahkan bacaan atau doa dalam shalat, tapi berbahasa Arab ?
Pertanyaan 86 : Jika ada orang meninggal dunia. Ia banyak meninggalkan shalat. Lalu shalat yang tinggal itu dibayar dengan beras. Disebut dengan membayar fidyah shalat. Apakah itu boleh dilakukan ?
Pertanyaan 87 : Apakah ada dalil shalat hajat ?
Pertanyaan 88 : Adalah dalil shalat sunnat Tasbih ?
Pertanyaan 89 : Adakah dalil shalat Sunnat Taubat ?
Pertanyaan 90 : Adakah hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw khutbah memegang tongkat ?
Pertanyaan 91 : Apakah jenazah yang disholatkan 40 orang dijamin masuk surga ?
Pertanyaan 92 : Jika saya musafir, bolehkah saya menjamak shalat Jum’at dengan shalat ‘Ashar jamak taqdim ?
Pertanyaan 93 : Apakah pelaksanaan shalat Witir itu tiga rakaat satu salam, atau tiga rakaat dua salam ?
Pertanyaan 94 : Apakah shalat Tahajjud mesti tidur terlebih dahulu ?
Pertanyaan 95 : Shalat Tarawih itu dua rakaat satu salam atau empat rakaat satu salam ?
Pertanyaan 96 : Apakah boleh anak kecil menjadi imam shalat ?
Pertanyaan 97 : Jika kaum muslimin telah berkumpul. Siapakah yang paling layak menjadi imam dan apa kretrianya ?
Pertanyaan 98 : Apakah suami dan orang tua yang tidak memperhatikan shalat istri dan anak-anaknya akan dituntut pada hari kiamat ?
Pertanyaan 99 : Apakah hukum shalat berjamaah ?

DOWNLOAD


BIOGRAFI PENYUSUN

H. Abdul Somad, Lc., MA. Lahir pada hari Rabu, 30 Jumada al-Ula 1397 Hijrah, bertepatan dengan 18 Mei 1977M, menyelesaikan pendidikan atas di Madrasah Aliyah Nurul Falah Air Molek Indragiri Hulu Riau pada tahun 1996. Memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar Mesir pada tahun 1998, mendapat gelar Licence (S1) pada tahun 2002. Pada tahun 2004 memperoleh beasiswa dari AMCI (Agence Marocaine Cooperation Internationale), mendapat gelar Diplôme Etudes Supérieure Approfondi (S2) di Dar al-Hadith al-Hassania Institute, sebuah insitut pendidikan Islam khusus Hadits yang didirikan oleh Raja Hasan II Raja Maroko di Rabat pada tahun 1964. Anggota Komisi Pengkajian Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau periode 2009 – 2013. Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Kotamadya Pekanbaru periode 2012 – 2017. Anggota Komisi Pengembangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau periode 2009 – 2013. Dosen Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau sejak 2008 sampai sekarang. Mengasuh tanya jawab Islam di blog: www.somadmorocco.blogspot.com
Share:

Cara mendidik Anak yang Baik sesuai Al-Qur'an

Cara mendidik Anak yang Baik sesuai Al-Qur'an

Lentera Sulam .NET - Kajian Islam - Cara mendidik Anak yang Baik sesuai Al-Qur'an.

Saudaraku, Ada Ikhwan yang bertanya "Mengapa setelah anak saya dewasa berubah menjadi anak yang tidak baik, sedangkan ketika kecilnya, dia adalah anak yang Baik?"

Untuk menyikapi pertanyaan ini, maka seharusnya kita terlebih dahulu mencari tahu terlebih dahulu mengenai Apa penyebabnya, bukan bagaimana menyikapinya.

Bagaimana Lingkungan disekitarnya, dengan siapa ia bergaul, apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dsb.
Karena pada dasarnya setiap anak manusia yang terlahir kedunia ini adalah dalam keadaan yang Baik, Fitrah yang baik.

Dan ternyata, untuk menjadikan anak yang baik supaya menjadi anak yang Sholeh ketika dewasa, itu tidaklah cukup dengan berdoa saja. Ada ikhtiar ikhtiar yang harus dilakukan.

Kali ini kita akan berikan contoh.
Imran, Imran yang bukan nabi.
Kita akan membahas orang yang bukan Nabi ataupun Rasul, upaya tidak ada peluang bagi kita untuk mengelak dan ngeles, begitu.
Seperti "Saya bukan Nabi dan Bukan Rasul, Ya Allah..."

Bisa kita Lihat Surat Ali 'Imran Ayat 35:

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Yang artinya:

(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

Dan Bisa kita Lihat lagi Surat Ali 'Imran Ayat 36:

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ ۖ وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Yang artinya:

Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".

Ketika Lahir bayi perempuan, langsung diberikan nama, didoakan kepada Allah, diperlihatkan kepada Allah.
Jadi Doa yang ia panjatkan diterjemahkan dalam bentuk Ikhtiar dengan memohon perlindungan kepada Allah. Namun tidak sampai situ saja, dipilihkanlah Guru yang baik, dipilihkan tempat yang baik.

Seperti yang bisa kita baca pada Surat Ali 'Imran Ayat 37:

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Yang artinya:

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

Setelah Dipilihkan Nabi Zakariya sebagai Gurunya yang merupakan Orang Sholeh pada saat itu, dipilihkan tempat yang mana tempat itu adalah tempat untuk mendekatkan diri dengan Allah, yaitu mihrab disitu.

Jadi Gurunya orang baik, Tempatnya tempat yang baik, Kurikulumnya Baik, apa yang terjadi?
Kembali ke ayat 37 tadi,

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ

Maka diterima semua itu oleh Allah.

Jadi, jika ingin anak anak kita Baik, maka Rencanakan , doakan dan Ikhtiarkan.

Jangan hanya Pandai berdoa,

"Ya Allah Jadikan anak hamba menjadi Anak yang Sholeh ya Allah
... Jadikan anak hamba menjadi anak yang rajin Shalat... Anak yang hafal Al-Qur'an.

Tapi tidak pernah disekolahkan di sekolah yang mengajarkan sholat, tidak disekolahkan di sekolah yang mengajarkan Al-Qur'an.

Itu tidak mungkin.
Mana mungkin hanya bermodalkan doa saja lalu cita-cita akan terwujud.
Meskipun Bapaknya bernama Sholeh, Ibunya bernama Sholehah, dan Anaknya Bernama Sholehsekali, tetap tidak bisa.

Coba Lihat Imran, Imran berusaha untuk anaknya. Dan Allah memberikan Nabi Zakariya sebagai Gurunya.

Sebelum Nabi Zakariya Masuk kedalam mihrab, Allah sudah lebih dulu memberikan rezeki untuk Maryam, dan selalu dijaga oleh Allah.

Dan yang dijaga oleh Allah itu segalanya diperhatikan, mau makan dilihat, mau berteman diarahkan kepada yang baik.

Kita bisa menjaga anak kita dirumah, tapi apakah kita bisa menjaga anak kita ketika anak kita disekolah?

Makan apa, minum apa, bergaul dengan siapa, gurunya siapa?

Kita titipkan kepada Allah tidak akan ada batas disitu, diterima dan itu berhasil.

Dan orang-orang yang seperti ini, maka generasi selanjutkan akan selalu lebih baik dari Orang tuanya.

Jika kita lihat Imran, Imran bukanlah Nabi, Istrinya pula bukanlah Nabi, Lalu dari keduanya lahirlah Maryam yang pula bukan Nabi namun bisa lebih Sholeh dari Ibunya.
Ibunya mau makan harus bikin dulu, Maryam mau makan sudah diberikan rezekinya langsung oleh Allah, Ibunya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, namun Maryam disebutkan dalam Al-Qur'an.

Ibunya melahirkan karena ada suaminya, Maryam mengandung dan melahirkan tanpa ada satupun laki-laki yang menyentuhnya.
Melahirkan Nabi Isa A.S, yang merupakan Rasulullah, lebih hebat dari Ibunya, ke ih bagus dari Kakeknya.

Jadi setiap lahir generasi selalu lebih bagus dari sebelumnya.

Dan seharusnya kita bisa seperti ini, Kita tidak Hafal Qur'an, anak kita Hafal Qur'an.
Kita bukan penafsir Qur'an, Cucu kita penafsir Qur'an, begitu.

Jadi marilah kita serahkan kepada Allah dalam Hal mendidik Anak, tidak hanya sekedar berdoa namun kita tempatkan dalam pendidikan yang baik, yang mengajarkan Shalat, mengajarkan Al-Qur'an dan Hadits serta terhindar dari lingkungan yang kurang Baik.

Semoga Kajian ini berguna untuk kita semua orang orang tua, apabila ada kesalahan mohon dikoreksi dan saya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum.

Share:

Pelepah Basah yang bisa meringankan Siksa Alam Barzah

Pelepah Basah yang bisa meringankan Siksa Alam Barzah


Lentera Islam .NET - Pelepah Basah yang bisa meringankan Siksa Alam Barzah - Bagaimana Hukum Tahlilan dan Yasinan dalam Islam yang sebenarnya?

Saudaraku,
Suatu ketika Rasulullah SAW mendoakan pada kedua ahli kubur dengan lafadz/kalimat: "Semoga selama masih basah pelepah kurma tersebut keduanya diringankan siksanya".

Pertanyaan, mengapa baginda Rasulillah SAW dalam hadisnya itu tidak langsung dengan redaksi: "Ya Allah ringankanlah siksa kuburnya."

Saudaraku,
Setidaknya ada 4 jalur sanad hadis yang berstatus shahih yang mengupas tentang pelepah kurma basah itu. Akan tetapi dalam kesempatan ini, kita hanya mengambil 2 hadis dari jalur Ibnu Abbas dan Abi Hurairah.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ  يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الآخَرُ  فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً  فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا  يَا  رَسُولَ اللهِ  لِمَ فَعَلْتَ هٰذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا.
(متفق عليه رواه البخاري ومسلم وغيرهما)

"Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda, ”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari  dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing.

Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namimah (adu domba).” Kemudian beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu beliau  tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong.

Para sahabat  bertanya, ”Wahai, Rasulullah, mengapa Rasul melakukan ini?”

Beliau lantas menjawab, ”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.”

Sedangkan hadis jalur sanad Abi Hurairah adalah:

 عن أبي هريرة قال: كنا نمشي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فمررنا على قبرين فقام فقمنا معه فجعل لونه يتغير حتى رعد كم قميصه فقلنا: ما لك يا نبي الله ؟ قال: ما تسمعون ما أسمع ؟ قلنا: وما ذاك يا نبي الله ؟ قال: هذان رجلان يعذبان في قبورهما عذابا شديدا في ذنب هين ، قلنا: مم ذلك يا نبي الله ؟ قال: كان أحدهما لا يستنزه من البول وكان الآخر يؤذي الناس بلسانه ويمشي بينهم بالنميمة ، فدعا بجريدتين من جرائد النخل فجعل في كل قبر واحدة قلنا: وهل ينفعهما ذلك يا رسول الله ؟ قال: نعم يخفف عنهما ما داما رطبين . (رواه ابن حبان في صحيحه [3/106 رقم : 824] ) قال شعيب الأرنؤوط: إسناده صحيح .

Alasan mengapa jaridah basah (dapat) memberi manfaat pada dua mayit tersebut SELAMA MASIH BASAH, adalah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ihkam al-Ahkam Syarah Umdah al-Ahkam:

الخامس: قيل في أمر " الجريدة " التي شقها اثنتين ، فوضعها على القبرين ، وقوله  صلى الله عليه وسلم " لعله يخفف عنهما ما لم ييبسا " إشارة إلى أن النبات  يسبح ما دام رطبا فإذا حصل التسبيح بحضرة الميت حصلت له بركته ، فلهذا اختص  بحالة الرطوبة .
"Kelima, diucapkan dalam masalah jaridah/pelepah yang dibelah dua dan ditaruh di atas dua kuburan. Ucapan Nabi SAW ”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama kedua pelepah tersebut belum kering”.

Ini  merupakan isyarah atau petunjuk bahwa tumbuhan membaca tasbih selama basah, maka tatkala hasil tasbih di hadapan mayit, maka hasil juga barokahnya pada mayit. Karena ini, maka khusus hasil keberkahan bagi mayit pada tumbuhan yang masih basah."

Termasuk dalam nomenklatur ini adalah tidaklah berlebihan dikatakan bahwa ucapan kalimat tayyibah, tahlil, tasbih, tahmid, dzikir dan doa yang diucapkan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman lalu keberkahan/fadhilah kalimat itu dikirimkan kepada ahli kubur.
Mengenai adanya sebagian golongan/kaum yang belakangan antipati tentang hal itu (dengan tuduhan andalannya, bid'ah, syirik dkk), secara otomatis mereka mengakui bahwa sumber hukum Islam hanyalah al-Qur'an saja, dengan jargon utamanya al-rujū' ilā al-Qur'an, sementara hadis tidaklah dianggap sebagai sumber rujukan kedua setelah al-Qur'an.

Bukankah keterangan di atas adalah hadis shahih?

Hanya al-Qur'an dan terjemahnya sajakah sebagai rujukannya, ataukah memang karena belum membaca/mutala'ah sampai pada hadis-hadis tersebut??

Wa Allah A'lam.


Share:

Bagaimana Hukum Mengeluh dan Berdoa di Facebook?

Hukum dalam Islam mengenai Mengeluh dan Berdoa di Facebook


Lentera Islam .NET - Bagaimana Hukum dalam Islam mengenai Mengeluh dan Berdoa di Facebook?

Saudaraku,
Setidaknya ada dua pertanyaan pokok tentang mengeluh, yang semuanya tergantung dimana dan tujuannya apa?

Jika diposting via pesan/inbox kemudian dikirimkan ke ahlinya, termasuk dalam hal ini adalah dikirimkan ke orang yang kita percayai keilmuannya dan kedewasaannya (problematika dunia), maka hal ini masih dibenarkan.

Akan tetapi masalah baru muncul manakala keluan itu diposting di status (yang dilihat banyak orang), maka ini sama halnya dengan kita mengeluh di dunia nyata, kemudian kita mengeluhkan kesulitan kita kepada semua teman-teman kita. Dalam kasus yang terakhir inilah tentunya dilarang oleh agama Islam.
Sebab keluhan semacam ini adalah bentuk ketidaksabaran, sedangkan sabar menghadapi kesulitan hukumnya wajib, maka lawan dari sabar (yaitu berkeluh kesah) hukumnya haram.

Oleh karenanya dirinci, apakah mengeluh disini dalam artian pertama atau kedua? kalau yang pertama, maka ini dibenarkan syari’at; adapun yang kedua, maka dalam hal ini syariat tidak membenarkan.

Dan juga perlunya untuk berhati-hati ketika menuliskan sesuatu yang sebenarnya itu adalah implisit dari doa keluhan.

Seperti menulis “alhamdulilāh ‘alā kulli hāl”.

Bukankah telah diketahui bahwa doa/dzikir tersebut dibaca ketika mendapat kesulitan dan cobaan yang bertubi-tubi? Implikasi dari tulisan itu, orang-orang pun akan tahu bahwa kita sedang tertimpa kesulitan, meskipun kita tidak berkata dalam tulisan itu, “aku ditimpa kesulitan lho temen-temen” di statusmu/twittermu. 

Bukankah sudah sering disampaikan di khutbah-khutbah bahwa hanya Allah, dirimu dan orang-orang tertentu sajalah yang tahu kesulitan kita? Kalau sudah demikian bukankah itu semua sama halnya "keluhan yang samar” ?

Saudaraku...
Perhatikan hadis dengan sanad akhir dari 'Aisyah berikut ini:

عَنْ ‏أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ ‏عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا ‏قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏‏إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ: "‏الْحَمْدُ لِلَّهِالَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ"، وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ: "الْحَمْدُ  لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ". أخرجه ابن ماجه ( 2 / 422 ) و ابن السني ( رقم 372 ) و الحاكم ( 1 / 499 )
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA, bahwa jika Rasulullah SAW melihat sesuatu yang disukainya beliau berkata: ALHAMDULILLĀHIL-LADZĪ BINI’MATI TATIMMUSH-SHĀLIHĀT (maksudnya: “Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna”) dan apabila beliau melihat yang tidak disukainya maka beliau berkata: ALHAMDULILLĀHI ‘ALĀ KULLI HĀL. (maksudnya: “Segala Puji bagi Allah dalam segala keadaan”)

Dengan begitu anda mengajarkan dua dzikir tersebut kepada teman-temanmu, tanpa mereka mengetahui apakah dirimu berada dikondisi pertama ataukah kedua.

Akan tetapi, jika engkau hendak berbagi akan kenikmatan, maka ini perkara lain, justru ditekankan untuk berbagi bersama, karena hal ini termasuk salah satu bentuk syukur (yaitu menyebut-nyebut nikmatNya).

Lalu bagaimana dengan, Berdoa di facebook/twitter?

Saudaraku,
Doa itu ada dua, doa mengadukan permasalahan dan doa umum.

Adapun doa mengadukan permasalahan, maka ini tidak perlu ditulis di facebook (contoh: “Ya Allah, aku mendapatkan musibah ini dan itu…”. Atau contoh lagi, "Ya Allah, aku masih jomblo; Ya Allah situasinya kook...daaaan seterusnya)

Meskipun tulisannya “Ya Allah” tapi pada hakikatnya juga mengeluhkan permasalahan tersebut kepada manusia juga. Tidak ada masalah mengeluh kepada Allah, bahkan justru hati akan menjadi tenang dengan mengadu kepada-Nya. Akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah, mengapa kita menuliskannya di facebook (sehingga orang-orang lain pun harus ikut tahu)? Bukankah justru ini adalah keluh-kesah kepada makhluk?

Cukuplah dirimu bermunajat (berbisik-bisik) kepada Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa; tanpa harus mengadukan (doa) permasalahanmu tersebut di facebook termasuk di twitter.

Di samping itu, ada doa dalam bentuk yang lain, seperti contoh: “kita memohon kepada Allah agar diberi taufiq dan pertolongan-Nya”, maka dalam hal ini adalah doa yang baik, tidak masalah apabila ditulis di facebook. Karena doa ini bukan merupakan keluhan. Justru dengan menuliskannya maka kita mendoakan diri kita dan kaum muslimin, barangsiapa yang mengaminkannya, maka ia seperti berdoa dengan doa serupa; yang semoga orang yang menuliskan dan yang mengaminkan mendapatkan kebaikan dari doa tersebut. Untuk yang disebut terakhir inilah sebagian besar para ulama’ yang menggunakan facebook/twitter dengan menuliskan doa seperti tersebut di atas.

Termasuk dalam kategori doa umum adalah sebagai berikut: "Ya Allah, bimbing para pemimpin kami untuk "ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Kalimat tersebut merupakan falsafah Jawa yang artinya, memohon bimbingan agar pemimpin jika di depan memberi suri tauladan, jika di tengah pemimpin membaur dengan rakyatnya untuk menyemangati, dan jika di belakang pemimpin (baca: sudah purna tugas alias mantan)  memberi dorongan motivasi yang kuat kepada rakyatnya.

Dengan kata lain sebagai mantan (orang nomor wahid) hendaknya jangan mengeluh dan atau membuat keluhan yang hanya menimbulkan spekulasi, was-was dan polemik di masyarakat.

Wallahu a'lam.
Share:

Sample Text

Copyright © Lentera Islam .NET - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com