Lentera Islam .NET - Bagaimana Hukum dalam Islam mengenai Mengeluh dan Berdoa di Facebook?
Saudaraku,
Setidaknya ada dua pertanyaan pokok tentang mengeluh, yang semuanya tergantung dimana dan tujuannya apa?
Jika diposting via pesan/inbox kemudian dikirimkan ke ahlinya, termasuk dalam hal ini adalah dikirimkan ke orang yang kita percayai keilmuannya dan kedewasaannya (problematika dunia), maka hal ini masih dibenarkan.
Akan tetapi masalah baru muncul manakala keluan itu diposting di status (yang dilihat banyak orang), maka ini sama halnya dengan kita mengeluh di dunia nyata, kemudian kita mengeluhkan kesulitan kita kepada semua teman-teman kita. Dalam kasus yang terakhir inilah tentunya dilarang oleh agama Islam.
Sebab keluhan semacam ini adalah bentuk ketidaksabaran, sedangkan sabar menghadapi kesulitan hukumnya wajib, maka lawan dari sabar (yaitu berkeluh kesah) hukumnya haram.
Oleh karenanya dirinci, apakah mengeluh disini dalam artian pertama atau kedua? kalau yang pertama, maka ini dibenarkan syari’at; adapun yang kedua, maka dalam hal ini syariat tidak membenarkan.
Seperti menulis “alhamdulilāh ‘alā kulli hāl”.
Bukankah telah diketahui bahwa doa/dzikir tersebut dibaca ketika mendapat kesulitan dan cobaan yang bertubi-tubi? Implikasi dari tulisan itu, orang-orang pun akan tahu bahwa kita sedang tertimpa kesulitan, meskipun kita tidak berkata dalam tulisan itu, “aku ditimpa kesulitan lho temen-temen” di statusmu/twittermu.
Bukankah sudah sering disampaikan di khutbah-khutbah bahwa hanya Allah, dirimu dan orang-orang tertentu sajalah yang tahu kesulitan kita? Kalau sudah demikian bukankah itu semua sama halnya "keluhan yang samar” ?
Saudaraku...
Perhatikan hadis dengan sanad akhir dari 'Aisyah berikut ini:
عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ: "الْحَمْدُ لِلَّهِالَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ"، وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ: "الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ". أخرجه ابن ماجه ( 2 / 422 ) و ابن السني ( رقم 372 ) و الحاكم ( 1 / 499 )
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA, bahwa jika Rasulullah SAW melihat sesuatu yang disukainya beliau berkata: ALHAMDULILLĀHIL-LADZĪ BINI’MATI TATIMMUSH-SHĀLIHĀT (maksudnya: “Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna”) dan apabila beliau melihat yang tidak disukainya maka beliau berkata: ALHAMDULILLĀHI ‘ALĀ KULLI HĀL. (maksudnya: “Segala Puji bagi Allah dalam segala keadaan”)
Dengan begitu anda mengajarkan dua dzikir tersebut kepada teman-temanmu, tanpa mereka mengetahui apakah dirimu berada dikondisi pertama ataukah kedua.
Akan tetapi, jika engkau hendak berbagi akan kenikmatan, maka ini perkara lain, justru ditekankan untuk berbagi bersama, karena hal ini termasuk salah satu bentuk syukur (yaitu menyebut-nyebut nikmatNya).
Saudaraku,
Doa itu ada dua, doa mengadukan permasalahan dan doa umum.
Adapun doa mengadukan permasalahan, maka ini tidak perlu ditulis di facebook (contoh: “Ya Allah, aku mendapatkan musibah ini dan itu…”. Atau contoh lagi, "Ya Allah, aku masih jomblo; Ya Allah situasinya kook...daaaan seterusnya)
Meskipun tulisannya “Ya Allah” tapi pada hakikatnya juga mengeluhkan permasalahan tersebut kepada manusia juga. Tidak ada masalah mengeluh kepada Allah, bahkan justru hati akan menjadi tenang dengan mengadu kepada-Nya. Akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah, mengapa kita menuliskannya di facebook (sehingga orang-orang lain pun harus ikut tahu)? Bukankah justru ini adalah keluh-kesah kepada makhluk?
Cukuplah dirimu bermunajat (berbisik-bisik) kepada Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa; tanpa harus mengadukan (doa) permasalahanmu tersebut di facebook termasuk di twitter.
Di samping itu, ada doa dalam bentuk yang lain, seperti contoh: “kita memohon kepada Allah agar diberi taufiq dan pertolongan-Nya”, maka dalam hal ini adalah doa yang baik, tidak masalah apabila ditulis di facebook. Karena doa ini bukan merupakan keluhan. Justru dengan menuliskannya maka kita mendoakan diri kita dan kaum muslimin, barangsiapa yang mengaminkannya, maka ia seperti berdoa dengan doa serupa; yang semoga orang yang menuliskan dan yang mengaminkan mendapatkan kebaikan dari doa tersebut. Untuk yang disebut terakhir inilah sebagian besar para ulama’ yang menggunakan facebook/twitter dengan menuliskan doa seperti tersebut di atas.
Termasuk dalam kategori doa umum adalah sebagai berikut: "Ya Allah, bimbing para pemimpin kami untuk "ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Kalimat tersebut merupakan falsafah Jawa yang artinya, memohon bimbingan agar pemimpin jika di depan memberi suri tauladan, jika di tengah pemimpin membaur dengan rakyatnya untuk menyemangati, dan jika di belakang pemimpin (baca: sudah purna tugas alias mantan) memberi dorongan motivasi yang kuat kepada rakyatnya.
Dengan kata lain sebagai mantan (orang nomor wahid) hendaknya jangan mengeluh dan atau membuat keluhan yang hanya menimbulkan spekulasi, was-was dan polemik di masyarakat.
Wallahu a'lam.
0 comments:
Post a Comment