Lentera Islam - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W.

Harta dan Kewajibannya.


Oleh:
H. Abdul Somad, Lc., MA.
S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Dar Al-Hadith, Maroko.
Anggota Komisi Pengembangan, Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Riau. Dosen UIN Suska.

Islam dan Harta.
Allah Swt berfirman:
يَŲ§ Ų£َيُّهَŲ§ Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ Ų¢َŁ…َنُوا Ł„َŲ§ ŲŖُŁ„ْهِكُŁ…ْ Ų£َŁ…ْوَŲ§Ł„ُكُŁ…ْ وَŁ„َŲ§ Ų£َوْŁ„َŲ§ŲÆُكُŁ…ْ Ų¹َنْ Ų°ِكْŲ±ِ اللَّهِ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah”. (Qs. Al-Munafiqun [63]: 9).
وَŲ§Ų¹ْŁ„َŁ…ُوا Ų£َنَّŁ…َŲ§ Ų£َŁ…ْوَŲ§Ł„ُكُŁ…ْ وَŲ£َوْŁ„َŲ§ŲÆُكُŁ…ْ فِŲŖْنَŲ©ٌ
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan”. (Qs. Al-Anfal [8]: 28).
Sekilas kelihatannya Islam mengajarkan umatnya membenci harta, karena harta hanya akan menjadi cobaan dan melalaikan dari Allah Swt. Akan tetapi kita tidak dapat menarik kesimpulan hanya dari satu atau dua ayat. Karena dalam ayat lain diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt setelah melaksanakan ibadah:
فَŲ„ِŲ°َŲ§ Ł‚ُŲ¶ِيَŲŖِ الصَّŁ„َŲ§Ų©ُ فَانْŲŖَŲ“ِŲ±ُوا فِي Ų§Ł„ْŲ£َŲ±ْŲ¶ِ وَŲ§ŲØْŲŖَŲŗُوا Ł…ِنْ فَŲ¶ْŁ„ِ اللَّهِ
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah”. (Qs. Al-Jumu’ah [62]: 10).
Bahkan saat melaksanakan ibadah sekalipun dibenarkan mencari harta:
Ł„َيْŲ³َ Ų¹َŁ„َيْكُŁ…ْ Ų¬ُنَŲ§Ų­ٌ Ų£َنْ ŲŖَŲØْŲŖَŲŗُوا فَŲ¶ْŁ„ًŲ§ Ł…ِنْ Ų±َŲØِّكُŁ…ْ
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”.  (Qs. Al-Baqarah [2]: 198). Ayat ini bercerita tentang jamaah haji yang membawa barang dagangan ketika musim haji.
Dalam kehidupan kaum muslimin generasi awal dapat kita lihat bahwa mereka tidak meninggalkan usaha mencari harta, oleh sebab itu orang-orang Muhajirin tetap berdagang dan orang-orang Anshar tetap bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan dalah sebuah hadits Rasulullah Saw nyatakan:
التَّŲ§Ų¬ِŲ±ُ الصَّŲÆُŁˆŁ‚ُ الأَŁ…ِŁŠŁ†ُ Ł…َŲ¹َ النَّŲØِيِّŁŠŁ†َ وَالصِّŲÆِّŁŠŁ‚ِŁŠŁ†َ وَالُّؓهَŲÆَŲ§Ų”ِ
“Seorang pedagang yang jujur dan amanah bersama para nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada”. (HR. At-Tirmidzi).
                Islam tidak hanya menganjurkan umatnya mencari harta, bahkan harta dijadikan sebagai standar ukuran derajat seorang hamba di hadapan Allah Swt.
Ų§Ł„ْيَŲÆُ Ų§Ł„ْŲ¹ُŁ„ْيَŲ§ Ų®َيْŲ±ٌ Ł…ِنَ Ų§Ł„ْيَŲÆِ السُّفْŁ„َى
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِنُ Ų§Ł„ْŁ‚َوِىُّ Ų®َيْŲ±ٌ وَŲ£َŲ­َŲØُّ Ų„ِŁ„َى اللَّهِ Ł…ِنَ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِنِ الضَّŲ¹ِيفِ
“Seorang mukmin yang yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim).
                Bahkan sebagian ibadah pilihan dalam Islam hanya dapat dilakukan jika seorang mukmin memiliki harta, misalnya ibadah haji yang merupakan puncak rukun Islam membuntuhkan finansial yang besar, biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi, disamping biaya tambahan lainnya.

Harta di Dalam Harta.
Ajaran tolong menolong merupakan anjuran semua agama, akan tetapi konsep ada harta orang miskin di dalam harta orang yang kaya, ini hanya ada dalam agama Islam. Allah Swt berfirman:
وَŲ§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ فِي Ų£َŁ…ْوَŲ§Ł„ِهِŁ…ْ Ų­َŁ‚ٌّ Ł…َŲ¹ْŁ„ُŁˆŁ…ٌ (24) Ł„ِلسَّŲ§Ų¦ِŁ„ِ وَŲ§Ł„ْŁ…َŲ­ْŲ±ُŁˆŁ…ِ (25)
Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”. (Qs. al-Ma’arij [70]: 24-25).
Ketika orang yang mampu memberi kepada orang yang tidak mampu, maka ia tidak merasa telah memberi, akan tetapi ia baru saja mengeluarkan harta orang lain dari harta miliknya. Demikian juga sebaliknya, orang miskin yang menerima tidak merasa hina, karena ia baru saja menerima harta miliknya yang dititipkan Allah dalam harta orang lain. Pertanyaan yang mungkin muncul, mengapa Allah Yang Maha Kuasa tidak memberikan langsung? Mengapa mesti lewat perantaraan orang lain? Sesungguhnya disanalah letak kebijaksanaan Allah Swt. Ujian yang diberikan Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya untuk menguji keimanan mereka dalam berbagai macam bentuk. Semua ujian itu untuk membentuk manusia menjadi manusia yang sempurna dalam pandangan Allah Swt. Mata diuji dengan perintah menundukkan pandangan dan bangun tengah malah melawan kantuk. Kaki diuji dengan perintah jihad, melangkah ke masjid dan silaturahim. Perut diuji dengan melaksanakan puasa menahan nafsu makan dan minum. Ada saatnya ujian datang pada sikap kecintaan terhadap harta benda, seorang mukmin yang menyerahkan hidupnya hanya kepada Allah mesti menerima keputusan Allah bahwa dalam harta yang ia miliki ada harta orang lain yang mesti ia berikan. Dalam 40 ekor kambing ada satu ekor kambing milik orang lain. Dalam 653 kg hasil panen gandum, ada 10 (tadah hujan) atau 5 persen (dengan irigasi) milik orang lain. Dalam 85 gr emas ada 2,5 persen milik orang lain yang mesti dikeluarkan. Ketika memahami harta sebagai ujian, maka sadarlah seorang mukmin bahwa ia sedang diuji oleh Allah Swt, apakah ia bersyukur atau tidak, syukur tidak hanya dalam ucapan lidah akan tetapi dalam bentuk sikap keikhlasan untuk mengeluarkan milik orang lain yang dititipkan Allah Swt dalam harta benda yang mereka usahakan.

Sanksi Tidak Menunaikan Kewajiban Harta.
Islam tidak hanya mengajarkan Tauhid dan Akhlaq, tapi juga mewajibkan hukuman. Ketika kewajiban tidak ditunaikan, maka hukuman siap menanti untuk dijatuhkan. Berkaitan dengan sikap keengganan menunaikan kewajiban harta, Allah menyebutkan hukuman yang akan diterima kelak di akhirat:
وَŲ§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ يَكْنِŲ²ُŁˆŁ†َ الذَّهَŲØَ وَŲ§Ł„ْفِŲ¶َّŲ©َ وَŁ„َŲ§ يُنْفِŁ‚ُŁˆŁ†َهَŲ§ فِي Ų³َŲØِŁŠŁ„ِ اللَّهِ فَŲØَŲ“ِّŲ±ْهُŁ…ْ ŲØِŲ¹َŲ°َŲ§ŲØٍ Ų£َŁ„ِŁŠŁ…ٍ (34) يَوْŁ…َ يُŲ­ْŁ…َى Ų¹َŁ„َيْهَŲ§ فِي نَŲ§Ų±ِ Ų¬َهَنَّŁ…َ فَŲŖُكْوَى ŲØِهَŲ§ Ų¬ِŲØَاهُهُŁ…ْ وَŲ¬ُنُوبُهُŁ…ْ وَŲøُهُورُهُŁ…ْ هَŲ°َŲ§ Ł…َŲ§ كَنَŲ²ْŲŖُŁ…ْ Ł„ِŲ£َنْفُŲ³ِكُŁ…ْ فَŲ°ُŁˆŁ‚ُوا Ł…َŲ§ كُنْŲŖُŁ…ْ ŲŖَكْنِŲ²ُŁˆŁ†َ (35)
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (Qs. at-Taubah [9]: 34-35).
                Ketika seseorang tidak mengeluarkan kewajiban hartanya, berarti ia telah memakan harta orang lain yang dititipkan Allah Swt dalam hartanya, maka sesungguhnya ia telah memakan harta yang haram, meskipun pada lahirnya kelihatan halal karena harta itu hasil usahanya, tapi haram dalam pandangan Allah Swt. Dampak dari makanan yang haram itu menghalangi terkabulnya doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt.  Dalam sebuah hadits dinyatakan:
Ų«ُŁ…َّ Ų°َكَŲ±َ الرَّŲ¬ُŁ„َ يُŲ·ِŁŠŁ„ُ السَّفَŲ±َ Ų£َŲ“ْŲ¹َŲ«َ Ų£َŲŗْŲØَŲ±َ يَŁ…ُŲÆُّ يَŲÆَيْهِ Ų„ِŁ„َى السَّŁ…َŲ§Ų”ِ يَŲ§ Ų±َŲØِّ يَŲ§ Ų±َŲØِّ وَŁ…َŲ·ْŲ¹َŁ…ُهُ Ų­َŲ±َŲ§Ł…ٌ وَŁ…َŲ“ْŲ±َŲØُهُ Ų­َŲ±َŲ§Ł…ٌ وَŁ…َŁ„ْŲØَŲ³ُهُ Ų­َŲ±َŲ§Ł…ٌ وَŲŗُŲ°ِىَ ŲØِŲ§Ł„ْŲ­َŲ±َŲ§Ł…ِ فَŲ£َنَّى يُŲ³ْŲŖَŲ¬َŲ§ŲØُ Ł„ِŲ°َŁ„ِكَ
Kemudian Rasulullah Saw menyebutkan seseorang dalam perjalanan panjang, rambutnya kusut dan berdebu, ia tengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berucap, “Ya Allah, ya Allah”. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia diberi makanan yang haram, apakah mungkin doanya akan diperkenankan?!”. (HR. Muslim).
                Kelak semua manusia akan dihadapkan ke hadapan Allah Swt untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah ia lakukan, akhir dari pertanggungjawaban itu adalah ditempatkannya manusia di tempat kenikmatan dan azab. Yang merasakan kenikmatan dan azab itu bukanlah ruh semata, akan tetapi fisik manusia ikut merasakannya. Tubuh yang terdiri dari darah dan daging jika ia berasal dari yang haram, maka tidak ada tempat lain kecuali api neraka, demikian pesan Rasulullah Saw kepada Ka’ab bin ‘Ujrah:
يَŲ§ كَŲ¹ْŲØُ ŲØْنَ Ų¹ُŲ¬ْŲ±َŲ©َ Ų„ِنَّهُ لاَ يَŲÆْŲ®ُŁ„ُ Ų§Ł„ْŲ¬َنَّŲ©َ Ł„َŲ­ْŁ…ٌ نَŲØَŲŖَ Ł…ِنْ Ų³ُŲ­ْŲŖٍ النَّŲ§Ų±ُ Ų£َوْŁ„َى ŲØِهِ
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari yang haram, api neraka lebih utama baginya”. (HR. Ahmad).
                 Semoga harta benda yang kita miliki tidak berubah menjadi azab, penghalang doa dan mengharamkan kita untuk masuk ke dalam surga tempat keabadian.







Share:

Jamin 6 Perkara, Surga Sebagai Balasan.


Teks Hadits
Ų¹َنْ Ų¹ُŲØَŲ§ŲÆَŲ©َ ŲØْنِ الصَّŲ§Ł…ِŲŖِ Ų£َنَّ النَّŲØِىَّ -صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ł‚َŲ§Ł„َ
 « Ų§Ų¶ْŁ…َنُوا Ł„ِى Ų³ِŲŖًّŲ§ Ł…ِنْ Ų£َنْفُŲ³ِكُŁ…ْ Ų£َŲ¶ْŁ…َنْ Ł„َكُŁ…ُ Ų§Ł„ْŲ¬َنَّŲ©َ
 Ų§ŲµْŲÆُŁ‚ُوا Ų„ِŲ°َŲ§ Ų­َŲÆَّŲ«ْŲŖُŁ…ْ
 ŁˆَŲ£َوْفُوا Ų„ِŲ°َŲ§ وَŲ¹َŲÆْŲŖُŁ…ْ
وَŲ£َŲÆُّوا Ų„ِŲ°َŲ§ Ų§Ų¦ْŲŖُŁ…ِنْŲŖُŁ…ْ
وَŲ§Ų­ْفَŲøُوا فُŲ±ُوجَكُŁ…ْ
وَŲŗُŲ¶ُّوا Ų£َŲØْŲµَŲ§Ų±َكُŁ…ْ
وَكُفُّوا Ų£َيْŲÆِيَكُŁ…ْ ».
Terjemah:
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
“Jaminkan terhadap diri kamu enam perkara, 
maka akan aku jamin surga untuk kamu:
Benarlah, jika bicara.
Penuhi, jika berjanji.
Tunaikan, jika diberi amanah.
Jagalah kemaluan.
Tundukkan pandangan.
Tahan perbuatan tangan”.

(Hadits Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal).
Share:

Hadits: Menahan Amarah, Menjaga Lidah dan Memohon Ampunan Allah Swt.

Teks Hadits:
 Ų¹Ł† أنس بن Ł…Ų§Ł„Łƒ ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ : قال Ų±Ų³ŁˆŁ„ الله صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… : (من كف غضبه كف الله عنه عذابه، ŁˆŁ…Ł† خزن لسانه Ų³ŲŖŲ±
  الله Ų¹ŁˆŲ±ŲŖŁ‡، ŁˆŁ…Ł† Ų§Ų¹ŲŖŲ°Ų± ؄لى الله قبل الله عذره)

 Terjemah:
Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang menahan amarahnya, maka Allah akan menahan azab darinya. Siapa yang menjaga lidahnya, maka Allah akan menutupi aibnya. Siapa yang memohon ampun kepada Allah, maka Allah akan menerimanya”. (terdapat perbedaan susunan antara beberapa riwayat).

Sumber:
Musnad Abi Ya’la al-Maushili, Syu’ab al-Iman Imam al-Baihaqi, Ibnu Abi ad-Dunia dalam Dzam al-Ghadhab.

Status Hadits: Hadits Hasan, Shahih Kunuz as-Sunnah.
Share:

HADITS: PENGHUNI SURGA ADA TIGA.

Petikan dari khutbah Rasulullah Saw yang disebutkan dalam Shahih Muslim dan Musnad Ahmad bin Hanbal.

Teks Hadits:
وَŲ£َهْŁ„ُ Ų§Ł„ْŲ¬َنَّŲ©ِ Ų«َلاَŲ«َŲ©ٌ Ų°ُو Ų³ُŁ„ْŲ·َانٍ Ł…ُŁ‚ْŲ³ِŲ·ٌ Ł…ُŲŖَŲµَŲÆِّŁ‚ٌ Ł…ُوَفَّŁ‚ٌ
وَŲ±َŲ¬ُŁ„ٌ Ų±َŲ­ِŁŠŁ…ٌ Ų±َŁ‚ِŁŠŁ‚ُ Ų§Ł„ْŁ‚َŁ„ْŲØِ Ł„ِكُŁ„ِّ Ų°ِى Ł‚ُŲ±ْŲØَى وَŁ…ُŲ³ْŁ„ِŁ…ٍ
وَŲ¹َفِيفٌ Ł…ُŲŖَŲ¹َفِّفٌ Ų°ُو Ų¹ِيَŲ§Ł„ٍ

Terjemah:
“Penghuni surga itu ada tiga:
(Pertama) seseorang yang memiliki kuasa; adil, berbagi dan mendapatkan taufiq (sesuai al-Qur’an dan Sunnah).
(Kedua) seseorang yang penyayang, memiliki hati yang lembut kepada semua kerabat dan sesama muslim.
(Ketiga) seseorang yang menjaga kehormatan dirinya, menghindarkan diri dari segala yang syubhat, meskipun ia memiliki tanggungan (sangat membutuhkan).
Share:

HADITS: ZALIM ADA TIGA.

Teks Hadits:
عن أنس ، قال : قال Ų±Ų³ŁˆŁ„ الله صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… :
« الظلم ثلاثة : فظلم لا ŁŠŲŖŲ±ŁƒŁ‡ الله ، ŁˆŲøŁ„Ł… يغفر ، ŁˆŲøŁ„Ł… لا يغفر ،
فأما الظلم Ų§Ł„Ų°ŁŠ لا يغفر ŁŲ§Ł„Ų“Ų±Łƒ لا ŁŠŲŗŁŲ±Ł‡ الله ،
ŁˆŲ£Ł…Ų§ الظلم Ų§Ł„Ų°ŁŠ يغفر فظلم العبد ŁŁŠŁ…Ų§ ŲØŁŠŁ†Ł‡ ŁˆŲØŁŠŁ† ربه ،
ŁˆŲ£Ł…Ų§ Ų§Ł„Ų°ŁŠ لا يترك فقص الله بعضهم من ŲØŲ¹Ų¶ »

Terjemah:
Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Zalim itu ada tiga: zalim yang tidak dibiarkan Allah, zalim yang diampuni dan zalim yang tidak diampuni.
Adapun yang zalim yang tidak diampuni adalah syirik, Allah tidak mengampuninya.
Adapun zalim yang diampuni adalah zalim antara hamba dan Tuhannya.
Adapun zalim yang tidak dibiarkan, Allah menetapkan hukum balas diantara mereka”.

Sumber:
Musnad ath-Thayalisi.

Status Hadits:
Hadits Hasan.
Share:

SHALAT BERJAMA'AH.

Disusun Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA.

Hukum Shalat Berjamaah Menurut Mazhab:
Mazhab Hanafi dan Maliki: Sunnat Mu’akkad.
Dalil:
ŲµَلاَŲ©ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ِ ŲŖَفْŲ¶ُŁ„ُ ŲµَلاَŲ©َ Ų§Ł„ْفَŲ°ِّ ŲØِŲ³َŲØْŲ¹ٍ وَŲ¹ِŲ“ْŲ±ِŁŠŁ†َ ŲÆَŲ±َŲ¬َŲ©ً
“Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian 27 derajat”. (HR. Al-Bukhari). Ini menunjukkan bahwa shalat berjamaah itu termasuk jenis anjuran, seakan-akan Rasulullah Saw mengatakan, “Shalat berjamaah lebih sempurna daripada shalat sendirian”.
الجماعة من سنن الهدى لا ŁŠŲŖŲ®Ł„Ł عنها الا منافق
“Shalat berjamaah itu termasuk salah satu sunnah hidayah, tidak ada yang terlambat darinya kecuali orang munafiq”.

Mazhab Syafi’i: Fardhu Kifayah.
Dalil:
Ł…َŲ§ Ł…ِنْ Ų«َلاَŲ«َŲ©ٍ فِى Ł‚َŲ±ْيَŲ©ٍ وَلاَ ŲØَŲÆْوٍ لاَ ŲŖُŁ‚َŲ§Ł…ُ فِŁŠŁ‡ِŁ…ُ الصَّلاَŲ©ُ Ų„ِلاَّ Ł‚َŲÆِ Ų§Ų³ْŲŖَŲ­ْوَŲ°َ Ų¹َŁ„َيْهِŁ…ُ الَّؓيْŲ·َانُ فَŲ¹َŁ„َيْكَ ŲØِŲ§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ِ فَŲ„ِنَّŁ…َŲ§ يَŲ£ْكُŁ„ُ الذِّŲ¦ْŲØُ Ų§Ł„ْŁ‚َŲ§ŲµِيَŲ©َ
“Tidaklah tiga orang berada di suatu kampung atau perkampungan badui, tidak didirikan shalat berjamaah pada mereka, maka mereka dikuasai setan. Hendaklah engkau melaksanakan shalat berjamaah, sesungguhnya srigala hanya memakan kambing yang memisahkan diri dari gerombolannya”. (HR. Abu Daud).


Mazhab Hanbali: Wajib ‘Ain.
Dalil:
 وَŲ„ِŲ°َŲ§ كُنْŲŖَ فِŁŠŁ‡ِŁ…ْ فَŲ£َŁ‚َŁ…ْŲŖَ Ł„َهُŁ…ُ الصَّŁ„َŲ§Ų©َ
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka”. (QS. An-Nisa’ [4]: 102).
Jika dalam kondisi perang saja tetap disyariatkan shalat berjamaah, apalagi dalam kondisi aman.
وَŲ§Ų±ْكَŲ¹ُوا Ł…َŲ¹َ الرَّاكِŲ¹ِŁŠŁ†َ (43)
“Laksanakanlah shalat bersama orang-orang yang shalat”. (Qs. al-Baqarah [2]: 43).
Ų„ِنَّ Ų£َŲ«ْŁ‚َŁ„َ ŲµَلاَŲ©ٍ Ų¹َŁ„َى Ų§Ł„ْŁ…ُنَافِŁ‚ِŁŠŁ†َ ŲµَلاَŲ©ُ Ų§Ł„ْŲ¹ِŲ“َŲ§Ų”ِ وَŲµَلاَŲ©ُ Ų§Ł„ْفَŲ¬ْŲ±ِ وَŁ„َوْ يَŲ¹ْŁ„َŁ…ُŁˆŁ†َ Ł…َŲ§ فِŁŠŁ‡ِŁ…َŲ§ لأَŲŖَوْهُŁ…َŲ§ وَŁ„َوْ Ų­َŲØْوًŲ§ وَŁ„َŁ‚َŲÆْ هَŁ…َŁ…ْŲŖُ Ų£َنْ آمُŲ±َ ŲØِالصَّلاَŲ©ِ فَŲŖُŁ‚َŲ§Ł…َ Ų«ُŁ…َّ آمُŲ±َ Ų±َŲ¬ُلاً فَيُŲµَŁ„ِّىَ ŲØِالنَّŲ§Ų³ِ Ų«ُŁ…َّ Ų£َنْŲ·َŁ„ِŁ‚َ Ł…َŲ¹ِى ŲØِŲ±ِŲ¬َŲ§Ł„ٍ Ł…َŲ¹َهُŁ…ْ Ų­ُŲ²َŁ…ٌ Ł…ِنْ Ų­َŲ·َŲØٍ Ų„ِŁ„َى Ł‚َوْŁ…ٍ لاَ يَŲ“ْهَŲÆُŁˆŁ†َ الصَّلاَŲ©َ فَŲ£ُŲ­َŲ±ِّŁ‚َ Ų¹َŁ„َيْهِŁ…ْ ŲØُيُوتَهُŁ…ْ ŲØِالنَّŲ§Ų±ِ
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat Isya’ dan shalat Shubuh, andai mereka mengetahui apa yang ada pada kedua shalat itu pastilah mereka akan datang walau pun merangkak. Aku ingin memerintahkan shalat, maka shalat pun dilaksanakan, kemudian aku perintahkan seorang laki-laki melaksanakan shalat berjamaah bersama orang banyak. Kemudian beberapa orang pergi bersamaku, mereka membawa beberapa ikat kayu bakar kepada kaum yang tidak melaksanakan shalat berjamaah, aku akan membakar rumah mereka dengan api”. (HR. Muslim).
Ų¹َنْ Ų£َŲØِى هُŲ±َيْŲ±َŲ©َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų£َŲŖَى النَّŲØِىَّ -صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ų±َŲ¬ُŁ„ٌ Ų£َŲ¹ْŁ…َى فَŁ‚َŲ§Ł„َ يَŲ§ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„َ اللَّهِ Ų„ِنَّهُ Ł„َيْŲ³َ Ł„ِى Ł‚َŲ§Ų¦ِŲÆٌ يَŁ‚ُودُنِى Ų„ِŁ„َى Ų§Ł„ْŁ…َŲ³ْŲ¬ِŲÆِ. فَŲ³َŲ£َŁ„َ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„َ اللَّهِ -صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ų£َنْ يُŲ±َŲ®ِّŲµَ Ł„َهُ فَيُŲµَŁ„ِّىَ فِى ŲØَيْŲŖِهِ فَŲ±َŲ®َّŲµَ Ł„َهُ فَŁ„َŁ…َّŲ§ وَŁ„َّى ŲÆَŲ¹َاهُ فَŁ‚َŲ§Ł„َ « هَŁ„ْ ŲŖَŲ³ْŁ…َŲ¹ُ النِّŲÆَŲ§Ų”َ ŲØِالصَّلاَŲ©ِ ». فَŁ‚َŲ§Ł„َ نَŲ¹َŁ…ْ. Ł‚َŲ§Ł„َ « فَŲ£َŲ¬ِŲØْ ».
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Seorang laki-laki buta datang kepada Rasulullah Saw, ia berkata: ‘Wahai Rasulullah, tidak ada yang membimbing saya ke masjid”. Ia meminta kepada Rasulullah Saw agar diberi keringanan shalat di rumah, lalu Rasulullah Saw memberikan keringanan. Ketika ia akan pergi, Rasulullah Saw memanggilnya seraya bertanya, “Apakah engkau mendengar seruan adzan?”. Ia menjawab: “Ya”. Rasulullah Saw berkata: “Maka engkau wajib datang”. (HR. Muslim).
Allah Swt tetap mewajibkan shalat berjamaah dalam kondisi menakutkan (perang), memperbolehkan shalat jama’ saat hujan, semua itu bertujuan untuk menjaga shalat berjamaah. Andai shalat berjamaah itu sunnat, pastilah semua itu tidak dibolehkan.
[Lihat: al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, juz.2, hal. 1167-1169].

Ijma’.
 Para shahabat telah Ijma’ tentang disyariatkannya shalat berjamaah setelah hijrah.
 Kalangan Salaf berdukacita tiga hari jika ketinggalan takbiratul ihram shalat jamaah. Berdukacita tujuh hari jika ketinggalan shalat berjamaah.
(al-Fiqh al-Islamy wa Adullatuhu, 2/1165).

‘Udzur Meninggalkan Shalat Berjamaah:
 Sakit kuat. Tidak termasuk sakit kepala dan demam ringan.
 Menimbulkan mudharat.
 Hujan deras.
 Menahan buang air kecil dan besar. Karena dapat mencegah kesempurnaan dan kekhusyu’an shalat.
 Selesai makan makanan yang sangat bau.
 Tertahan di suatu tempat.
(al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, 2/1189-1190).

Bacaan Ayat Imam:
 Thiwal al-mufashshal : Qaf/al-Hujurat ke an-Naba’.
 Ausath al-mufashshal : an-Nazi’at ke adh-Dhuha.
 Qishar al-Mufashshal : al-Insyirah ke an-nas.
Shubuh dan Zhuhur : Thiwal al-Mufashshal.
‘Ashar dan Isya’ : Ausath al-Mufashshal.
Maghrib : Qishar al-Mufashshal.
(al-Adzkar, Imam an-Nawawi).

Lama Ruku’ dan Sujud:
قال ابن قدامة في Ų§Ł„Ł…ŲŗŁ†ŁŠ:
قال Ų§Ų­Ł…ŲÆ Ų¬Ų§Ų” Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ« عن الحسن Ų§Ł„ŲØŲµŲ±ŁŠ أنه قال: Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­ التام Ų³ŲØŲ¹، ŁˆŲ§Ł„ŁˆŲ³Ų· خمسة، ŁˆŲ£ŲÆŁ†Ų§Ł‡ ثلاثة.
Ibnu Qudamah berkata dalam al-Mughni:
Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Terdapat riwayat dari al-Hasan al-Bashri bahwa ia berkata:
“Tasbih yang sempurna itu tujuh, pertengahan itu lima dan yang paling rendah itu tiga”.

Zikir dan Doa Setelah Shalat:
فِŁŠŁ‡ِ Ų­َŲÆِيث Ų§ِŲØْن Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ Ų±َŲ¶ِيَ اللَّه Ų¹َنْهُŁ…َŲ§ Ł‚َŲ§Ł„َ : ( كُنَّŲ§ نَŲ¹ْŲ±ِف Ų§ِنْŁ‚ِŲ¶َŲ§Ų” ŲµَŁ„َŲ§Ų© Ų±َŲ³ُŁˆŁ„ اللَّه ŲµَŁ„َّى اللَّه Ų¹َŁ„َيْهِ وَŲ³َŁ„َّŁ…َ ŲØِالتَّكْŲØِيرِ ) وَفِي Ų±ِوَايَŲ© ( Ų£َنَّ Ų±َفْŲ¹َ الصَّوْŲŖ ŲØِالذِّكْŲ±ِ Ų­ِŁŠŁ† يَنْŲµَŲ±ِف النَّŲ§Ų³ Ł…ِنْ Ų§Ł„ْŁ…َكْŲŖُوبَŲ© كَانَ Ų¹َŁ„َى Ų¹َهْŲÆ النَّŲØِيّ ŲµَŁ„َّى اللَّه Ų¹َŁ„َيْهِ وَŲ³َŁ„َّŁ…َ وَŲ£َنَّهُ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų§ِŲØْن Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ Ų±َŲ¶ِيَ اللَّه Ų¹َنْهُŁ…َŲ§ : كُنْŲŖ Ų£َŲ¹ْŁ„َŁ… Ų„ِŲ°َŲ§ Ų§ِنْŲµَŲ±َفُوا ŲØِŲ°َŁ„ِكَ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų³َŁ…ِŲ¹ْŲŖ ) هَŲ°َŲ§ ŲÆَŁ„ِŁŠŁ„ Ł„ِŁ…َŲ§ Ł‚َŲ§Ł„َهُ ŲØَŲ¹ْŲ¶ السَّŁ„َف Ų£َنَّهُ يُŲ³ْŲŖَŲ­َŲØّ Ų±َفْŲ¹ الصَّوْŲŖ ŲØِالتَّكْŲØِيرِ وَالذِّكْŲ± Ų¹َŁ‚ِŲØ Ų§Ł„ْŁ…َكْŲŖُوبَŲ© .
Dalam masalah ini ada hadits riwayat Ibnu Abbas, ia berkata: “Kami mengetahui bahwa shalat Rasulullah Saw telah selesai dengan (mendengar) suara takbir”.
Dalam riwayat lain: “Sesungguhnya men-jahar-kan suara zikir ketika selesai shalat wajib telah ada sejak masa Rasulullah Saw”.
Ibnu abbas berkata: “Saya mengetahui mereka telah selesai shalat ketika saya mendengarnya”.
Ini dalil pendapat sebagian kalangan Salaf bahwa dianjurkan men-jahar-kan suara takbir dan zikir setelah shalat”. (Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi).

وَيُŲ³ِŲ±ُّ ŲØِŲÆُŲ¹َŲ§Ų¦ِهِ وَŁ„َŲ§ يَŲ¬ْهَŲ±ُ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ų£َنْ يَكُŁˆŁ†َ Ų„ِŁ…َŲ§Ł…ًŲ§ يُŲ±ِيدُ ŲŖَŲ¹ْŁ„ِŁŠŁ…َ النَّŲ§Ų³ِ الدُّŲ¹َŲ§Ų”َ ، فَŁ„َŲ§ ŲØَŲ£ْŲ³َ Ų£َنْ يَŲ¬ْهَŲ±َ ŲØِهِ (Ų§Ł„Ų­Ų§ŁˆŁŠ Ų§Ł„ŁƒŲØŁŠŲ±: 2/342).
Doa dibaca sirr, tidak di-jahar-kan, kecuali imam ingin mengajarkan kepada orang banyak, maka boleh men-jahar-kan. (al-Hawi al-Kabir, Imam al-Mawardi: 2/342).
Hikmah Shalat Berjamaah:
1. Lipat Ganda Amal.
Ų¹َنِ Ų§ŲØْنِ Ų¹ُŁ…َŲ±َ Ų£َنَّ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„َ اللَّهِ -صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ł‚َŲ§Ł„َ: « ŲµَلاَŲ©ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ِ Ų£َفْŲ¶َŁ„ُ Ł…ِنْ ŲµَلاَŲ©ِ Ų§Ł„ْفَŲ°ِّ ŲØِŲ³َŲØْŲ¹ٍ وَŲ¹ِŲ“ْŲ±ِŁŠŁ†َ ŲÆَŲ±َŲ¬َŲ©ً ».
“Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh tingkatan”. (HR. Muslim).
2. Dijauhkan Dari Syetan.
Ų„ِنَّ الَّؓيْŲ·َانَ Ų°ِŲ¦ْŲØُ ال؄ِنْŲ³َانِ كَŲ°ِŲ¦ْŲØِ Ų§Ł„ْŲŗَنَŁ…ِ يَŲ£ْŲ®ُŲ°ُ الَّؓŲ§Ų©َ Ų§Ł„ْŁ‚َŲ§ŲµِيَŲ©َ وَالنَّŲ§Ų­ِيَŲ©َ فَŲ„ِيَّاكُŁ…ْ وَالِّؓŲ¹َŲ§ŲØَ وَŲ¹َŁ„َيْكُŁ…ْ ŲØِŲ§Ł„ْŲ¬َŁ…Ų§Ų¹َŲ©ِ وَŲ§Ł„ْŲ¹َŲ§Ł…َّŲ©ِ ŁˆŲ§Ł„ْŁ…َŲ³ْŲ¬ِŲÆِ
“Sesungguhnya setan itu bagi manusia seperti srigala bagi kambing, srigala menangkap kambing yang memisahkan diri dari gerombolannya dan kambing yang menyendiri. Maka janganlah kamu memisahkan diri dari jamaah, hendaklah kamu berjamaah, bersama orang banyak dan senantiasa memakmurkan masjid”. (HR. Ahmad bin Hanbal).
3. Semakin Banyak Balasan Dengan Banyaknya Jumlah Orang Yang Shalat.
وَŲ„ِنَّ ŲµَلاَŲ©َ الرَّŲ¬ُŁ„ِ Ł…َŲ¹َ الرَّŲ¬ُŁ„ِ Ų£َŲ²ْكَى Ł…ِنْ ŲµَلاَŲŖِهِ وَŲ­ْŲÆَهُ وَŲµَلاَŲŖُهُ Ł…َŲ¹َ الرَّŲ¬ُŁ„َيْنِ Ų£َŲ²ْكَى Ł…ِنْ ŲµَلاَŲŖِهِ Ł…َŲ¹َ الرَّŲ¬ُŁ„ِ وَŁ…َŲ§ كَŲ«ُŲ±َ فَهُوَ Ų£َŲ­َŲØُّ Ų„ِŁ„َى اللَّهِ ŲŖَŲ¹َŲ§Ł„َى
“Sesungguhnya shalat seseorang dengan satu orang lebih utama daripada shalat sendirian. Shalat seseorang bersama dua orang lebih utama daripada shalatnya bersama satu orang. Jika lebih banyak, maka lebih dicintai Allah Swt”. (HR. Abu Daud).
4. Dijauhkan Dari Nifaq.
Ł…َنْ ŲµَŁ„َّى Ł„ِŁ„َّهِ Ų£َŲ±ْŲØَŲ¹ِŁŠŁ†َ يَوْŁ…ًŲ§ فِى Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ يُŲÆْŲ±ِكُ التَّكْŲØِيرَŲ©َ الأُŁˆŁ„َى كُŲŖِŲØَŲŖْ Ł„َهُ ŲØَŲ±َŲ§Ų”َŲŖَانِ ŲØَŲ±َŲ§Ų”َŲ©ٌ Ł…ِنَ النَّŲ§Ų±ِ وَŲØَŲ±َŲ§Ų”َŲ©ٌ Ł…ِنَ النِّفَŲ§Ł‚ِ
“Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt selama empat puluh hari berjamaah, ia mendapatkan takbiratul ihram. Maka dituliskan baginya dijauhkan dari dua perkara; dari neraka dan dijauhkan dari kemunafikan”. (HR. At-Tirmidzi).
5. Mendapatkan Perlindungan Allah Swt.
Ł…َنْ ŲµَŁ„َّى الصُّŲØْŲ­َ فَهُوَ فِى Ų°ِŁ…َّŲ©ِ اللَّهِ
“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt”. (HR. Muslim).
6. Mendapatkan Balasan Pahala Seperti Haji dan ‘Umrah.
Ł…َنْ ŲµَŁ„َّى Ų§Ł„ْŲŗَŲÆَŲ§Ų©َ فِى Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ Ų«ُŁ…َّ Ł‚َŲ¹َŲÆَ يَŲ°ْكُŲ±ُ اللَّهَ Ų­َŲŖَّى ŲŖَŲ·ْŁ„ُŲ¹َ الَّؓŁ…ْŲ³ُ Ų«ُŁ…َّ ŲµَŁ„َّى Ų±َكْŲ¹َŲŖَيْنِ كَانَŲŖْ Ł„َهُ كَŲ£َŲ¬ْŲ±ِ Ų­َŲ¬َّŲ©ٍ وَŲ¹ُŁ…ْŲ±َŲ©ٍ ». Ł‚َŲ§Ł„َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„ُ اللَّهِ -صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- « ŲŖَŲ§Ł…َّŲ©ٍ ŲŖَŲ§Ł…َّŲ©ٍ ŲŖَŲ§Ł…َّŲ©ٍ ».
“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, kemudian ia duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat. Maka ia mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah”. Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, “Sempurna, sempurna, sempurna”. (HR. At-Tirmidzi).
7. Mendapatkan Balasan Pahala Seperti Qiyamullail.
Ł…َنْ ŲµَŁ„َّى Ų§Ł„ْŲ¹ِŲ“َŲ§Ų”َ فِى Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ فَكَŲ£َنَّŁ…َŲ§ Ł‚َŲ§Ł…َ نِŲµْفَ اللَّيْŁ„ِ وَŁ…َنْ ŲµَŁ„َّى الصُّŲØْŲ­َ فِى Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ فَكَŲ£َنَّŁ…َŲ§ ŲµَŁ„َّى اللَّيْŁ„َ كُŁ„َّهُ
“Siapa yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail setengah malam. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail sepanjang malam”. (HR. Muslim).
8. Berkumpul Dengan Para Malaikat.
يَŲŖَŲ¹َŲ§Ł‚َŲØُŁˆŁ†َ فِيكُŁ…ْ Ł…َلاَŲ¦ِكَŲ©ٌ ŲØِاللَّيْŁ„ِ وَŁ…َلاَŲ¦ِكَŲ©ٌ ŲØِالنَّهَŲ§Ų±ِ ، وَيَŲ¬ْŲŖَŁ…ِŲ¹ُŁˆŁ†َ فِى ŲµَلاَŲ©ِ Ų§Ł„ْفَŲ¬ْŲ±ِ وَŲµَلاَŲ©ِ Ų§Ł„ْŲ¹َŲµْŲ±ِ ، Ų«ُŁ…َّ يَŲ¹ْŲ±ُŲ¬ُ Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ ŲØَŲ§ŲŖُوا فِيكُŁ…ْ ، فَيَŲ³ْŲ£َŁ„ُهُŁ…ْ وَهْوَ Ų£َŲ¹ْŁ„َŁ…ُ ŲØِهِŁ…ْ كَيْفَ ŲŖَŲ±َكْŲŖُŁ…ْ Ų¹ِŲØَŲ§ŲÆِى فَيَŁ‚ُŁˆŁ„ُŁˆŁ†َ ŲŖَŲ±َكْنَاهُŁ…ْ وَهُŁ…ْ يُŲµَŁ„ُّŁˆŁ†َ ، وَŲ£َŲŖَيْنَاهُŁ…ْ وَهُŁ…ْ يُŲµَŁ„ُّŁˆŁ†َ
“Malaikat malam dan malaikat siang saling bergantian, mereka berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Kemudian yang bertugas di waktu malam naik, Allah Swt bertanya kepada mereka, Allah Swt Maha Mengetahui, “Bagaimanakah kamu meninggalkan hamba-hamba-Ku?”. Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat dan kami datang kepada mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
9. Didoakan Malaikat.
 لاَ يَŲ²َŲ§Ł„ُ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆُ فِى ŲµَلاَŲ©ٍ Ł…َŲ§ كَانَ فِى Ł…ُŲµَلاَّهُ يَنْŲŖَŲøِŲ±ُ الصَّلاَŲ©َ وَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُ Ų§Ł„ْŁ…َلاَŲ¦ِكَŲ©ُ اللَّهُŁ…َّ Ų§ŲŗْفِŲ±ْ Ł„َهُ اللَّهُŁ…َّ Ų§Ų±ْŲ­َŁ…ْهُ. Ų­َŲŖَّى يَنْŲµَŲ±ِفَ Ų£َوْ يُŲ­ْŲÆِŲ«َ
“Seorang hamba yang melaksanakan shalat, kemudian ia tetap berada di tempat shalatnya menantikan pelaksanaan shalat, maka malaikat berkata: “Ya Allah, ampunilah ia, curahkanlah rahmat-Mu kepadanya”. Hingga ia beranjak atau berhadas. (HR. Muslim).
10. Serentak Dengan ‘Amin’ Malaikat.
Ų„ِŲ°َŲ§ Ų£َŁ…َّنَ ال؄ِŁ…َŲ§Ł…ُ فَŲ£َŁ…ِّنُوا فَŲ„ِنَّهُ Ł…َنْ وَافَŁ‚َ ŲŖَŲ£ْŁ…ِŁŠŁ†ُهُ ŲŖَŲ£ْŁ…ِŁŠŁ†َ Ų§Ł„ْŁ…َلاَŲ¦ِكَŲ©ِ ŲŗُفِŲ±َ Ł„َهُ Ł…َŲ§ ŲŖَŁ‚َŲÆَّŁ…َ Ł…ِنْ Ų°َنْŲØِهِ
“Apabila imam mengucapkan ‘Amin’, maka ucapkanlah ‘Amin’. Sesungguhnya siapa yang ucapannya sesuai dengan ucapan ‘Amin’ yang diucapkan malaikat, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Akan Datang Walaupun Merangkak.
وَŁ„َوْ يَŲ¹ْŁ„َŁ…ُŁˆŁ†َ Ł…َŲ§ فِى Ų§Ł„ْŲ¹َŲŖَŁ…َŲ©ِ وَالصُّŲØْŲ­ِ لأَŲŖَوْهُŁ…َŲ§ وَŁ„َوْ Ų­َŲØْوًŲ§
“Andai mereka mengetahui apa yang ada pada shalat Isya’ dan shalat Shubuh, pastilah mereka akan mendatanginya, walaupun merangkak”.
(HR. Al-Bukhari).
Share:

HADITS: 7 PESAN NABI KEPADA ABU DZAR.

Ų¹َنْ Ų£َŲØِى Ų°َŲ±ٍّ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų£َŁ…َŲ±َنِى Ų®َŁ„ِŁŠŁ„ِى -صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- ŲØِŲ³َŲØْŲ¹ٍ:
Dari Abu Dzar, ia berkata: “Orang yang aku kasihi (Rasulullah Saw) memerintahkan aku melakukan tujuh perkara:
Ų£َŁ…َŲ±َنِى ŲØِŲ­ُŲØِّ Ų§Ł„ْŁ…َŲ³َاكِŁŠŁ†ِ وَالدُّنُوِّ Ł…ِنْهُŁ…ْ
Ia perintahkan aku mencintai dan mendekati orang-orang miskin.
وَŲ£َŁ…َŲ±َنِى Ų£َنْ Ų£َنْŲøُŲ±َ Ų„ِŁ„َى Ł…َنْ هُوَ ŲÆُŁˆŁ†ِى وَلاَ Ų£َنْŲøُŲ±َ Ų„ِŁ„َى Ł…َنْ هُوَ فَوْŁ‚ِى
Ia perintahkan aku agar melihat ke bawah, tidak melihat keatas.
وَŲ£َŁ…َŲ±َنِى Ų£َنْ Ų£َŲµِŁ„َ الرَّŲ­ِŁ…َ وَŲ„ِنْ Ų£ŲÆŲØŲ±ŲŖ
Ia perintahkan aku agar tetap menjalin silaturahim, meskipun orang tersebut bersikap tidak baik.
وَŲ£َŁ…َŲ±َنِى Ų£َنْ لاَ Ų£َŲ³ْŲ£َŁ„َ Ų£َŲ­َŲÆŲ§ً Ų“َيْŲ¦Ų§ً
Ia perintahkan aku agar tidak meminta apa pun kepada orang lain
وَŲ£َŁ…َŲ±َنِى Ų£َنْ Ų£َŁ‚ُŁˆŁ„َ ŲØِŲ§Ł„ْŲ­َŁ‚ِّ وَŲ„ِنْ كَانَ Ł…ُŲ±ًّŲ§
Ia perintahkan aku agar mengucapkan kebenaran, walaupun pahit.
وَŲ£َŁ…َŲ±َنِى Ų£َنْ لاَ Ų£َŲ®َافَ فِى اللَّهِ Ł„َوْŁ…َŲ©َ لاَŲ¦ِŁ…ٍ
Ia perintahkan aku agar tidak takut kecaman orang-orang yang mengecam dalam mengamalkan agama Allah (Islam)
وَŲ£َŁ…َŲ±َنِى Ų£َنْ Ų£ُكْŲ«ِŲ±َ Ł…ِنْ Ł‚َوْŁ„ِ لاَ Ų­َوْŁ„َ وَلاَ Ł‚ُوَّŲ©َ Ų„ِلاَّ ŲØِاللَّهِ فَŲ„ِنَّهُنَّ Ł…ِنْ كَنْŲ²ٍ ŲŖَŲ­ْŲŖَ Ų§Ł„ْŲ¹َŲ±ْŲ“ِ.
Ia perintahkan aku agar memperbanyak kalimat: La haula wa la quwwata illa billah (tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah). Sesungguhnya kalimat itu dari perbendaharaan di bawah ‘Arsy.
(HR. Riwayat Ahmad)
Share:

KAJIAN HADITS MASJID AKRAMUNNAS UNRI 31 MARET 2012

ŁˆŲ¹Ł† أبي الدرداؔ رضي الله عنه عن Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… قال
ثلاثة ŁŠŲ­ŲØŁ‡Ł… الله ويضحك Ų„Ł„ŁŠŁ‡Ł… ويستبؓر بهم
Ų§Ł„Ų°ŁŠ Ų„Ų°Ų§ Ų§Ł†ŁƒŲ“ŁŲŖ فئة قاتل ŁˆŲ±Ų§Ų”Ł‡Ų§ بنفسه لله Ų¹Ų² ŁˆŲ¬Ł„
ف؄ما أن ŁŠŁ‚ŲŖŁ„ ŁˆŲ„Ł…Ų§ أن ŁŠŁ†ŲµŲ±Ł‡ الله Ų¹Ų² ŁˆŲ¬Ł„ ŁˆŁŠŁƒŁŁŠŁ‡
ŁŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ų§Ł†ŲøŲ±ŁˆŲ§ ؄لى عبدي هذا كيف ŲµŲØŲ± Ł„ŁŠ بنفسه ؟
ŁˆŲ§Ł„Ų°ŁŠ له Ų§Ł…Ų±Ų£Ų© حسنة وفراؓ Ł„ŁŠŁ† حسن ŁŁŠŁ‚ŁˆŁ… من Ų§Ł„Ł„ŁŠŁ„
ŁŁŠŁ‚ŁˆŁ„ يذر Ų“Ł‡ŁˆŲŖŁ‡ ŁˆŁŠŲ°ŁƒŲ±Ł†ŁŠ ŁˆŁ„Łˆ Ų“Ų§Ų” رقد
ŁˆŲ§Ł„Ų°ŁŠ Ų„Ų°Ų§ ŁƒŲ§Ł† في سفر ŁˆŁƒŲ§Ł† معه ركب ŁŲ³Ł‡Ų±ŁˆŲ§ Ų«Ł… Ł‡Ų¬Ų¹ŁˆŲ§ فقام من السحر في Ų¶Ų±Ų§Ų” وسراؔ
Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų§Ł„Ų·ŲØŲ±Ų§Ł†ŁŠ في Ų§Ł„ŁƒŲØŁŠŲ± ب؄سناد حسن

Diriwayatkan dari Abu ad-Darda’, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:

“Tiga orang yang dicintai Allah, Allah tertawa kepada mereka dan memberikan kabar gembira kepada mereka:
Seseorang yang kelompok pasukannya mengalami kekalahan, akan tetapi ia tetap maju berperang sendirian karena Allah.
Mungkin ia akan terbunuh, mungkin juga Allah akan menolong dan mencukupkannya.
Maka Allah berkata: ‘Lihatlah hamba-Ku ini, bagaimana ia bersabar terhadap dirinya demi untuk Aku’.

Seseorang yang mempunyai istri yang baik, memiliki kasur yang lembut dan bagus, namun ia tetap Qiyamullai.
Allah berkata: ‘Ia tinggalkan syahwatnya dan ia mengingat Aku. Padahal jika ia mau, ia bisa tidur’.

Seseorang yang berada dalam suatu perjalanan, ia bersama para penunggang kuda, mereka tidak tidur malam (karena lelah musafir), kemudian mereka tidur. Lalu ia bangun pada waktu sahur dalam keadaan susah dan senang”.

Diriwayatkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir.
Hadits Hasan.
Share:

DOA BERBAHASA INDONESIA DALAM SHALAT.

Pertanyaan:
Apa hukum mengucapkan doa berbahasa Indonesia dalam shalat?

Jawaban:
Imam an-Nawawi berkata:
ŁˆŁ„Ų§ يجوز ان يخترع دعوة غير Ł…Ų£Ų«ŁˆŲ±Ų© ŁˆŁŠŲ£ŲŖŁ‰ بها Ų§Ł„Ų¹Ų¬Ł…ŁŠŲ© بلا خلاف ŁˆŲŖŲØŲ·Ł„ بها الصلاة
“Tidak boleh membuat-buat doa yang tidak ma’tsur (bukan dari al-Qur’an dan Sunnah), kemudian diucapkan dalam bahasa asing (bukan Arab), tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini, shalat menjadi batal disebabkan itu”.
Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: juz. 16, hal. 212.
Share:

TALAK DIWAKILKAN DAN LEWAT SURAT

Pertanyaan:
Apakah sah talak yang diwakilkan dan lewat surat?

Jawaban:
Ų­ŁƒŁ… Ų§Ł„ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„ في الطلاق:
Hukum Mewakilkan Thalaq
Diterjemahkan dari Kitab Mausu’ah al-Fiqh al-Islamy
Ensiklopaedia Fiqh Islam.
الرجل ŁƒŁ…Ų§ ŁŠŁ…Ł„Łƒ الطلاق بنفسه ŁŠŁ…Ł„Łƒ ؄نابة ŲŗŁŠŲ±Ł‡ ŁŁŠŁ‡، ŁˆŁŠŁ‚Ų¹ الطلاق من غير Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ ب؄ذنه Ų„Ł…Ų§ ŲØŲ§Ł„ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„، أو Ų§Ł„ŲŖŁŁˆŁŠŲ¶، أو الرسالة.
ŁŲ§Ł„ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„: ؄نابة Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ ŲŗŁŠŲ±Ł‡ في طلاق Ų²ŁˆŲ¬ŲŖŁ‡ ŁƒŲ£Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ł„ŲŗŁŠŲ±Ł‡: وكّŁ„ŲŖŁƒ في طلاق زوجتي، ف؄ذا Ł‚َŲØِŁ„ Ų§Ł„ŁˆŁƒŁŠŁ„ Ų§Ł„ŁˆŁƒŲ§Ł„Ų©، Ų«Ł… قال Ł„Ų²ŁˆŲ¬Ų© Ł…ŁˆŁƒِّله: أنت طالق، فقد ŁˆŁ‚Ų¹ الطلاق، ŁˆŁƒŁ„ من ŲµŲ­ طلاقه ŲµŲ­ ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„Ł‡، ŁˆŲ§Ł„ŁˆŁƒŁŠŁ„ في الطلاق Ł…Ł‚ŁŠŲÆ بالعمل برأي Ų§Ł„Ł…ŁˆŁƒِّŁ„، ف؄ذا ŲŖŲ¬Ų§ŁˆŲ²Ł‡ لم ŁŠŁ†ŁŲ° تصرفه ؄لا ŲØŲ„Ų¬Ų§Ų²Ų© Ų§Ł„Ł…ŁˆŁƒِّŁ„، ŁˆŁ„Ł„Ł…ŁˆŁƒِّŁ„ أن ŁŠŲ¹Ų²Ł„ Ų§Ł„ŁˆŁƒŁŠŁ„ متى Ų“Ų§Ų”.
و؄ذا ŁˆŁƒŁ„ Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ Ų²ŁˆŲ¬ŲŖŁ‡ في طلاق نفسها ŲµŲ­ ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„Ł‡Ų§، ŁˆŲ·Ł„Ų§Ł‚Ł‡Ų§ لنفسها؛ لأنه يصح ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„Ł‡Ų§ في طلاق ŲŗŁŠŲ±Ł‡Ų§، فكذا في طلاق نفسها.
Sebagaimana seorang laki-laki memiliki hak thalaq pada dirinya sendiri, maka ia juga memiliki hak untuk mewakilkan thalaq kepada orang lain. Thalaq tetap dianggap jatuh meskipun tidak dijatuhkan suami (secara langsung), akan tetapi dijatuhkan oleh orang lain dengan izin suami, apakah dengan cara diwakilkan kepada orang lain, pelimpahan kuasa atau dengan surat. Makna mewakilkan adalah: suami mewakilkan kepada orang lain untuk menceraikan istrinya, misalnya ia mengatakan kepada orang lain: “Saya wakilkan kepada engkau dalam hal menceraikan istri saya”. Jika si wakil menerimanya, kemudian mengatakan kepada istri orang yang mewakilkan: “Engkau telah diceraikan”. Maka talaqnya jatuh. Semua orang yang sah thalaqnya, maka sah pula jika ia mewakilkan kepada orang lain. Orang yang menjadi wakil dalam masalah thalaq terikat dengan pendapat orang yang mewakilkan. Jika orang yang menjadi wakil itu melampaui batas, maka perbuatannya tidak sah, kecuali dengan izin orang yang mewakilkan. Orang yang mewakilkan dapat menggugurkan hak wakil kapan saja ia berkehendak. Jika seorang suami mewakilkan kepada istrinya untuk menceraikan dirinya sendiri, maka perwakilan itu sah dan thalaqnya juga sah. Karena sah hukumnya jika suami mewakilkan kepada istrinya untuk menceraikan orang lain, maka sah pula hukumnya untuk menceraikan dirinya sendiri.



.Ų­ŁƒŁ… الطلاق بالرسالة:
الطلاق بالرسالة له ŲµŁˆŲ±ŲŖŲ§Ł†:
Ų§Ł„Ų£ŁˆŁ„Ł‰: أن يكتب Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ رسالة بالطلاق ؄لى Ų²ŁˆŲ¬ŲŖŁ‡، ŁˆŁŠŲ±Ų³Ł„Ł‡Ų§ Ł…Ų­Ų±Ų±Ų© Ų„Ł„ŁŠŁ‡Ų§، ŁƒŲ£Ł† يكتب لها حرفياً أنت طالق، أو مطلقة ŁˆŁ†Ų­Łˆ Ų°Ł„Łƒ Ł…Ł…Ų§ يفيد الطلاق، ف؄ذا استلمتها ŲµŲ§Ų±ŲŖ طالقاً.
Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠŲ©: أن ŁŠŲ±Ų³Ł„ Ų„Ł„ŁŠŁ‡Ų§ رسالة ؓفوية بالطلاق، ŁƒŲ£Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ لرجل: اذهب ؄لى فلانة زوجتي ŁˆŁ‚Ł„ لها: ؄ن زوجك ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ł„Łƒ أنت طالق.
ف؄ذا ذهب Ų§Ł„Ų±Ų³ŁˆŁ„ Ų„Ł„ŁŠŁ‡Ų§، ŁˆŲØŁ„ّغها الرسالة على ŁˆŲ¬Ł‡Ł‡Ų§، ŁˆŁ‚Ų¹ الطلاق، ŁˆŲ§Ł„Ų±Ų³ŁˆŁ„ ناقل لا مطلق.
Hukum thalaq dengan surat.
Thalaq dengan surat itu ada dua bentuk:
Pertama, suami menulis surat cerai kepada istrinya, ia kirimkan ia tujukan kepada istrinya, ia tulis secara harfiah: “Engkau telah dithalaq”, atau “Engkau diceraikan”, atau kalimat seperti itu yang mengandung makna thalaq. Ketika si istri menerima surat itu, maka thalaq jatuh pada dirinya.
Kedua, suami mengirim pesan lisan, misalnya seorang suami berkata kepada seseorang, “Pergilah engkau kepada si anu istri saya, katakana kepadanya, “Sesungguhnya suamimu telah berkata kepada bahwa engkau telah diceraikan”. Jika utusan itu pergi kepada istri yang bersangkutan dan menyampaikan pesan lisan itu, maka thalaq pun jatuh. Utusan itu hanya membawa pesan, bukan orang yang menjatuhkan thalaq.
Share:

Hadits: Yang Menolong Akan Ditolong.

Ų¹َنْ Ų£َŲØِى هُŲ±َيْŲ±َŲ©َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„ُ اللَّهِ -صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- « Ł…َنْ نَفَّŲ³َ Ų¹َنْ Ł…ُŲ¤ْŁ…ِنٍ كُŲ±ْŲØَŲ©ً Ł…ِنْ كُŲ±َŲØِ الدُّنْيَŲ§ نَفَّŲ³َ اللَّهُ Ų¹َنْهُ كُŲ±ْŲØَŲ©ً Ł…ِنْ كُŲ±َŲØِ يَوْŁ…ِ Ų§Ł„ْŁ‚ِيَŲ§Ł…َŲ©ِ وَŁ…َنْ يَŲ³َّŲ±َ Ų¹َŁ„َى Ł…ُŲ¹ْŲ³ِŲ±ٍ يَŲ³َّŲ±َ اللَّهُ Ų¹َŁ„َيْهِ فِى الدُّنْيَŲ§ وَالآخِŲ±َŲ©ِ وَŁ…َنْ Ų³َŲŖَŲ±َ Ł…ُŲ³ْŁ„ِŁ…ًŲ§ Ų³َŲŖَŲ±َهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَŲ§ وَالآخِŲ±َŲ©ِ وَاللَّهُ فِى Ų¹َوْنِ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆِ Ł…َŲ§ كَانَ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆُ فِى Ų¹َوْنِ Ų£َŲ®ِŁŠŁ‡ِ وَŁ…َنْ Ų³َŁ„َكَ Ų·َŲ±ِŁŠŁ‚ًŲ§ يَŁ„ْŲŖَŁ…ِŲ³ُ فِŁŠŁ‡ِ Ų¹ِŁ„ْŁ…ًŲ§ Ų³َهَّŁ„َ اللَّهُ Ł„َهُ ŲØِهِ Ų·َŲ±ِŁŠŁ‚ًŲ§ Ų„ِŁ„َى Ų§Ł„ْŲ¬َنَّŲ©ِ وَŁ…َŲ§ Ų§Ų¬ْŲŖَŁ…َŲ¹َ Ł‚َوْŁ…ٌ فِى ŲØَيْŲŖٍ Ł…ِنْ ŲØُيُوتِ اللَّهِ يَŲŖْŁ„ُŁˆŁ†َ كِŲŖَŲ§ŲØَ اللَّهِ وَيَŲŖَŲÆَŲ§Ų±َŲ³ُŁˆŁ†َهُ ŲØَيْنَهُŁ…ْ Ų„ِلاَّ نَŲ²َŁ„َŲŖْ Ų¹َŁ„َيْهِŁ…ُ السَّكِŁŠŁ†َŲ©ُ وَŲŗَŲ“ِيَŲŖْهُŁ…ُ الرَّŲ­ْŁ…َŲ©ُ وَŲ­َفَّŲŖْهُŁ…ُ Ų§Ł„ْŁ…َلاَŲ¦ِكَŲ©ُ وَŲ°َكَŲ±َهُŁ…ُ اللَّهُ فِŁŠŁ…َنْ Ų¹ِنْŲÆَهُ وَŁ…َنْ ŲØَŲ·َّŲ£َ ŲØِهِ Ų¹َŁ…َŁ„ُهُ Ł„َŁ…ْ يُŲ³ْŲ±ِŲ¹ْ ŲØِهِ نَŲ³َŲØُهُ ».

Sumber:
Shahih Muslim. Kitab: adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-Taubah, Bab: Fadhl al-Ijtima’ ‘ala Tilawati al-Qur’an wa ‘ala adz-Dzikr (Keutamaan berkumpul untuk membaca al-Qur’an dan berzikir).

Terjemah:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa yang melepaskan satu kesulitan dari beberapa kesulitan dunia pada seorang mukmin, maka Allah akan melepaskannya dari satu kesulitan diantara beberapa kesulitan pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya. Siapa yang melewati suatu jalan, ia mencari ilmu di jalan itu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Sekelompok orang berkumpul di rumah Allah, membaca kitab Allah, mengkaji isinya diantara mereka, maka pasti turun ketenangan kepada mereka, rahmat meliputi mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut mereka kepada para malaikat yang ada di sisi-Nya. Siapa yang lamban amalnya, maka nasabnya tidak membuatnya cepat (seseorang dinilai dari amalnya, bukan nasabnya)”.
Share:

Hadits: Mu’min Yang Kuat Lebih Dicintai Allah.

Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِنُ Ų§Ł„ْŁ‚َوِىُّ Ų®َيْŲ±ٌ وَŲ£َŲ­َŲØُّ Ų„ِŁ„َى اللَّهِ Ł…ِنَ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِنِ الضَّŲ¹ِيفِ وَفِى كُŁ„ٍّ Ų®َيْŲ±ٌ Ų§Ų­ْŲ±ِŲµْ Ų¹َŁ„َى Ł…َŲ§ يَنْفَŲ¹ُكَ وَŲ§Ų³ْŲŖَŲ¹ِنْ ŲØِاللَّهِ وَلاَ ŲŖَŲ¹ْŲ¬ِŲ²ْ وَŲ„ِنْ Ų£َŲµَŲ§ŲØَكَ Ų“َىْŲ”ٌ فَلاَ ŲŖَŁ‚ُŁ„ْ Ł„َوْ Ų£َنِّى فَŲ¹َŁ„ْŲŖُ كَانَ كَŲ°َŲ§ وَكَŲ°َŲ§. وَŁ„َكِنْ Ł‚ُŁ„ْ Ł‚َŲÆَŲ±ُ اللَّهِ وَŁ…َŲ§ Ų“َŲ§Ų”َ فَŲ¹َŁ„َ فَŲ„ِنَّ Ł„َوْ ŲŖَفْŲŖَŲ­ُ Ų¹َŁ…َŁ„َ الَّؓيْŲ·َانِ

Sumber:
Shahih Muslim, Kitab: al-Qadr, Bab: fi al-Amr bi al-Quwwah wa Tark al-‘Ajz wa al-Isti’anah billah wa Tafwidh al-Maqadir lillah (Perintah agar kuat, meninggalkan sikap lemah, meminta tolong kepada Allah dan menyerahkan takdir kepada Allah Swt).

Terjemah:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dalam semuanya ada kebaikan. Bersemangatlah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa lemah. Jika sesuatu menimpamu, jangan engkau katakan, ‘Andai saya melakukan anu dan anu’. Akan tetapi katakanlah, ‘Takdir Allah, apa yang Ia kehendaki, Ia lakukan’. Karena kalau-kalau itu membuka perbuatan setan”.
Share:

TANYA – JAWAB SHALAT SUNNAT TASBIH

Disusun Oleh:
H. Abdul Somad, Lc., MA.
(S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Darulhadis, Maroko. Dosen UIN Suska).

Pertanyaan: Apakah dalil shalat sunnat Tasbih?
Jawaban: Dalil pelaksanaan shalat sunnat Tasbih berdasarkan sabda Rasulullah Saw:

Ų¹َنِ Ų§ŲØْنِ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ٍ Ų£َنَّ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„َ اللَّهِ -صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ł‚َŲ§Ł„َ Ł„ِŁ„ْŲ¹َŲØَّŲ§Ų³ِ ŲØْنِ Ų¹َŲØْŲÆِ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ·َّŁ„ِŲØِ « يَŲ§ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ُ يَŲ§ Ų¹َŁ…َّاهُ Ų£َلاَ Ų£ُŲ¹ْŲ·ِيكَ Ų£َلاَ Ų£َŁ…ْنَŲ­ُكَ Ų£َلاَ Ų£َŲ­ْŲØُوكَ Ų£َلاَ Ų£َفْŲ¹َŁ„ُ ŲØِكَ Ų¹َŲ“ْŲ±َ Ų®ِŲµَŲ§Ł„ٍ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų£َنْŲŖَ فَŲ¹َŁ„ْŲŖَ Ų°َŁ„ِكَ ŲŗَفَŲ±َ اللَّهُ Ł„َكَ Ų°َنْŲØَكَ Ų£َوَّŁ„َهُ وَŲ¢Ų®ِŲ±َهُ Ł‚َŲÆِŁŠŁ…َهُ وَŲ­َŲÆِيثَهُ Ų®َŲ·َŲ£َهُ وَŲ¹َŁ…ْŲÆَهُ ŲµَŲŗِيرَهُ وَكَŲØِيرَهُ Ų³ِŲ±َّهُ وَŲ¹َلاَنِيَŲŖَهُ Ų¹َŲ“ْŲ±َ Ų®ِŲµَŲ§Ł„ٍ Ų£َنْ ŲŖُŲµَŁ„ِّىَ Ų£َŲ±ْŲØَŲ¹َ Ų±َكَŲ¹َŲ§ŲŖٍ ŲŖَŁ‚ْŲ±َŲ£ُ فِى كُŁ„ِّ Ų±َكْŲ¹َŲ©ٍ فَŲ§ŲŖِŲ­َŲ©َ Ų§Ł„ْكِŲŖَŲ§ŲØِ وَŲ³ُورَŲ©ً فَŲ„ِŲ°َŲ§ فَŲ±َŲŗْŲŖَ Ł…ِنَ Ų§Ł„ْŁ‚ِŲ±َŲ§Ų”َŲ©ِ فِى Ų£َوَّŁ„ِ Ų±َكْŲ¹َŲ©ٍ وَŲ£َنْŲŖَ Ł‚َŲ§Ų¦ِŁ…ٌ Ł‚ُŁ„ْŲŖَ Ų³ُŲØْŲ­َانَ اللَّهِ وَŲ§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆُ Ł„ِŁ„َّهِ وَلاَ Ų„ِŁ„َهَ Ų„ِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ Ų£َكْŲØَŲ±ُ Ų®َŁ…ْŲ³َ Ų¹َŲ“ْŲ±َŲ©َ Ł…َŲ±َّŲ©ً Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ±ْكَŲ¹ُ فَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُهَŲ§ وَŲ£َنْŲŖَ Ų±َاكِŲ¹ٌ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ±ْفَŲ¹ُ Ų±َŲ£ْŲ³َكَ Ł…ِنَ الرُّكُوعِ فَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُهَŲ§ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَهْوِى Ų³َŲ§Ų¬ِŲÆًŲ§ فَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُهَŲ§ وَŲ£َنْŲŖَ Ų³َŲ§Ų¬ِŲÆٌ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ±ْفَŲ¹ُ Ų±َŲ£ْŲ³َكَ Ł…ِنَ السُّŲ¬ُودِ فَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُهَŲ§ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ³ْŲ¬ُŲÆُ فَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُهَŲ§ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ±ْفَŲ¹ُ Ų±َŲ£ْŲ³َكَ فَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُهَŲ§ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ فَŲ°َŁ„ِكَ Ų®َŁ…ْŲ³ٌ وَŲ³َŲØْŲ¹ُŁˆŁ†َ فِى كُŁ„ِّ Ų±َكْŲ¹َŲ©ٍ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ُ Ų°َŁ„ِكَ فِى Ų£َŲ±ْŲØَŲ¹ِ Ų±َكَŲ¹َŲ§ŲŖٍ Ų„ِنِ Ų§Ų³ْŲŖَŲ·َŲ¹ْŲŖَ Ų£َنْ ŲŖُŲµَŁ„ِّيَهَŲ§ فِى كُŁ„ِّ يَوْŁ…ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً فَافْŲ¹َŁ„ْ فَŲ„ِنْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ْ فَفِى كُŁ„ِّ Ų¬ُŁ…ُŲ¹َŲ©ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً فَŲ„ِنْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ْ فَفِى كُŁ„ِّ Ų“َهْŲ±ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً فَŲ„ِنْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ْ فَفِى كُŁ„ِّ Ų³َنَŲ©ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً فَŲ„ِنْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ْ فَفِى Ų¹ُŁ…ُŲ±ِكَ Ł…َŲ±َّŲ©ً ».
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw berkata kepada al-‘Abbas bin Abdul Muththalib: “Wahai ‘Abbas, wahai paman, maukah engkau aku berikan, sudikah engkau aku lakukan sesuatu terhadapmu 10 perkara jika engkau mau melakukannya; Allah mengampuni dosamu, yang pertama dan yang terakhir, yang dahulu dan yang baru, yang tersilap dan sengaja, yang kecil dan yang besar, yang rahasia dan yang nyata, 10 perkara. Engkau laksanakan shalat empat rakaat, engkau baca dalam setiap rakaat al-Fatihah dan surat. Ketika selesai membaca itu, ketika engkau tegak, engkau ucapkan: ‘Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar, sebanyak 15 kali. Kemudian engkau ruku’, engkau ucapkan 10 Tasbih. Kemudian engkau angkat kepalamu dari ruku’, engkau ucapkan 10 kali, kemudian engkau sujud, engkau ucapkan 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu dari sujud, engkau ucapkan 10 kali. Kemudian engkau sujud (kedua), engkau ucapkan 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu dari sujud, engkau ucapkan 10 kali. Maka itulah 75 kali tasbih. Engkau lakukan itu sebanyak 4 rakaat. Jika engkau mampu melaksanakannya satu kali sehari, maka laksakanlah. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah seminggu sekali. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah satu bulan sekali. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah setahun sekali. Jika engkau tidak mampu, maka seumur hidup sekali”.



Pertanyaan: Ada sebagian orang yang mengatakan dalil shalat sunnat Tasbih itu tidak kuat karena haditsnya Dha’if? Benarkah demikian?
Jawaban: Beberapa ulama terkemuka memberikan jawaban tentang kualitas hadits tentang shalat sunnat Tasbih:
ف؄ن حديث صلاة Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ لا ŁŠŁ†Ų²Ł„ عن ŲÆŲ±Ų¬Ų© الحسن ، Ł„ŁƒŲ«Ų±Ų© طرقه ، ŁˆŲŖŁ†ŁˆŲ¹ Ł…ŲµŲ§ŲÆŲ± ŲŖŲ®Ų±ŁŠŲ¬Ł‡. ŁˆŁ‚ŲÆ أفرد جمع من الأئمة هذا Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ« ŲØŲŖŲ£Ł„ŁŠŁ جمع ŁŁŠŁ‡ طرقه ، ŁƒŁ…Ų§ نقل Ų°Ł„Łƒ الحافظ ابن Ų­Ų¬Ų± في Ų£Ų¬ŁˆŲØŲŖŁ‡ Ų§Ł„Ł…Ų“Ł‡ŁˆŲ±Ų© على أسئلة عن أحاديث Ų±Ł…ŁŠŲŖ ŲØŲ§Ł„ŁˆŲ¶Ų¹ ، Ų§Ų“ŲŖŁ…Ł„ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡Ų§ كتاب Ų§Ł„Ł…ŲµŲ§ŲØŁŠŲ­ لل؄مام Ų§Ł„ŲØŲŗŁˆŁŠ. قال الحافظ في ŲŖŁ„Łƒ Ų§Ł„Ų£Ų¬ŁˆŲØŲ©: "ŁˆŁ‚ŲÆ Ų£Ų®Ų±Ų¬ Ų­ŲÆŁŠŲ«Ł‡Ų§ (ŁŠŲ¹Ł†ŁŠ صلاة Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­) أئمة ال؄سلام ، ŁˆŲ­ŁŲ§ŲøŁ‡: أبو داود في السنن ، ŁˆŲ§Ł„ŲŖŲ±Ł…Ų°ŁŠ في الجامع ، ŁˆŲ§ŲØŁ† Ų®Ų²ŁŠŁ…Ų© في ŲµŲ­ŁŠŲ­Ł‡ ، Ł„ŁƒŁ† قال: ؄ن Ų«ŲØŲŖ الخبر ، ŁˆŲ§Ł„Ų­Ų§ŁƒŁ… في Ų§Ł„Ł…Ų³ŲŖŲÆŲ±Łƒ ، ŁˆŁ‚Ų§Ł„ صحيح ال؄سناد ، ŁˆŲ§Ł„ŲÆŲ§Ų±Ł‚Ų·Ł†ŁŠ أفردها ŲØŲ¬Ł…ŁŠŲ¹ طرقها في Ų¬Ų²Ų”. Ų«Ł… فعل Ų°Ł„Łƒ Ų§Ł„Ų®Ų·ŁŠŲØ ، Ų«Ł… جمع طرقها الحافظ أبو Ł…ŁˆŲ³Ł‰ Ų§Ł„Ł…ŲÆŁŠŁ†ŁŠ في Ų¬Ų²Ų” سماه تصحيح صلاة Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ ..." ŁˆŲ®ŲŖŁ… ابن Ų­Ų¬Ų± Ų¬ŁˆŲ§ŲØŁ‡ ŲØŁ‚ŁˆŁ„Ł‡: "ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł‚ أنه في ŲÆŲ±Ų¬Ų© الحسن Ł„ŁƒŲ«Ų±Ų© طرقه Ų§Ł„ŲŖŁŠ ŲŖŁ‚ŁˆŁ‰ بها Ų§Ł„Ų·Ų±ŁŠŁ‚ Ų§Ł„Ų£ŁˆŁ„Ł‰".

Sesungguhnya hadits tentang shalat Tasbih tidak turun dari derajat hadits hasan, karena jalur periwayatannya banyak, demikian juga dengan sumber-sumber takhrijnya. Beberapa imam menyusun kitab khusus berkaitan dengan hadits-hadits shalat Tasbih dengan menggabungkan jalur-jalur periwayatannya, sebagaimana yang dinukil oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam jawaban beliau terhadap beberapa pertanyaan seputar hadits-hadits yang dituduh sebagai hadits palsu, terangkum dalam kitab al-Mashabih karya Imam al-Baghawi. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam jawabannya tersebut: “Para ulama telah meriwayatkan tentang hadits shalat Tasbih, diantaranya adalah Imam Abu Daud dalam as-Sunan, at-Tirmidzi dalam al-Jami’, Ibnu Khuzaimah dalam as-Shahih, akan tetapi beliau mengatakan: “Jika khabar ini kuat”. Al-Hakim dalam al-Mustadrak, ia berkata: “Sanadnya shahih”. Ad-Daraquthni menyusun satu kitab khusus tentang hadits shalat Tasbih dengan berbagai jalur periwayatannya. Demikian juga dengan imam al-Khathib. Al-Hafizh Abu Musa al-Madini menyusun satu kitab berjudul Tashih Shalat at-Tasbih. Al-Hafizh Ibnu Hajar menutup jawabannya dengan menyatakan: “Sebenarnya hadits-hadits tentang shalat Tasbih sampai derajat hadits Hasan karena jalur-jalur periwayatannya yang banyak yang menguatkan jaluar riwayat yang pertama”. (Fatawa asy-Syabakah al-Islamiyyah, juz. 3, hal: 483).
Nashiruddin al-Albani menyatakan dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: “Hadits Shahih li Ghairihi”. (Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: juz. 1, hal. 165).






Pertanyaan: Bagaimanakah tata cara pelaksanaan shalat sunnat Tasbih?
Jawaban: Cara melaksanakan shalat sunnat Tasbih sebagai berikut:

صلاة Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ Ų§Ų±ŲØŲ¹ ركعات في ŁƒŁ„ ركعة خمس ŁˆŲ³ŲØŲ¹ŁˆŁ† تسبيحة ، توزع هذه Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ ـــ ŁˆŁ‡ŁŠ : سبحان الله ، ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł…ŲÆ لله ، ŁˆŁ„Ų§ اله الا الله ، ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ اكبر ـــ على Ų¬Ł…ŁŠŲ¹ Ų§Ų±ŁƒŲ§Ł† الصلاة ŁˆŲ³Ł†Ł†Ł‡Ų§ على Ų§Ł„Ł†Ų­Łˆ Ų§Ł„ŲŖŲ§Ł„ŁŠ :
ــ ان ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ سورة الفاتحة ŁˆŁ…Ų§ تيسر من القرآن Ų§Ł„ŁƒŲ±ŁŠŁ… خمس Ų¹Ų“Ų±Ų© Ł…Ų±Ų©
ــ ان ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ اذكار Ų§Ł„Ų±ŁƒŁˆŲ¹ Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
ــ ان ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ł„ŲŖŲ³Ł…ŁŠŲ¹ ŁˆŲ§Ł„ŲŖŲ­Ł…ŁŠŲÆ Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
ــ ان ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ اذكار السجدة Ų§Ł„Ų§ŁˆŁ„Ł‰ Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
ــ ان ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ اذكار Ł…Ų§ ŲØŁŠŁ† Ų§Ł„Ų³Ų¬ŲÆŲŖŁŠŁ† Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
ــ ان ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ اذكار السجدة Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠŲ© Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
ــ ان ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ في جلسة الاستراحة ŲØŲ¹ŲÆ تكبير Ų§Ł„Ł‚ŁŠŲ§Ł… من السجدة Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠŲ© Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
ŁˆŁŠŁŲ¹Ł„ هذا في ŁƒŁ„ ركعة ŁˆŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ Ų¹Ų“Ų±Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ التؓهد Ų§Ł„Ų§ŁˆŁ„ ، وعؓرا ŲØŲ¹ŲÆ التؓهد Ų§Ł„Ų§Ų®ŁŠŲ± قبل السلام .

Shalat Tasbih terdiri dari empat rakaat, dalam satu rakaat terdapat 75 kali Tasbih:
Ų³ُŲØْŲ­َانَ اللَّهِ ، وَŲ§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆُ Ł„ِŁ„َّهِ ، وَلاَ Ų„ِŁ„َهَ Ų„ِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ Ų£َكْŲØَŲ±ُ
Ucapan Tasbih ini tersebar dalam rukun dan sunnat shalat Tasbih, rinciannya sebagai berikut:
- 15 kali Tasbih setelah membaca al-Fatihah dan Surat.
- 10 kali Tasbih setelah doa pada ruku’.
- 10 kali Tasbih setelah Tasmi’ dan Tahmid, tegak dari Ruku’.
- 10 kali Tasbih setelah doa pada Sujud.
- 10 kali Tasbih setelah doa diantara dua Sujud.
- 10 kali Tasbih setelah doa pada Sujud kedua.
- 10 kali Tasbih pada duduk istirahat setelah Sujud sebelum tegak.
- Khusus pada Tasyahhud Awal dan Tasyahhud Akhir, dibaca 10 kali setelah Tasyahhud.

Ini tata cara yang umum dilakukan kaum muslimin, akan tetapi ada versi lain berdasarkan riwayat lain:
؄نه يسبح ŁˆŁŠŲ­Ł…ŲÆ ŁˆŁŠŁ‡Ł„Ł„ ويكبر خمس Ų¹Ų“Ų±Ų© Ł…Ų±Ų© قبل القراؔة وعؓرا بعدها وعؓرا في Ų§Ł„Ų±ŁƒŁˆŲ¹ وفي الرفع منه وفي Ų§Ł„Ų³Ų¬ŲÆŲŖŁŠŁ† وفي Ų§Ł„Ų¬Ł„ŁˆŲ³ ŲØŁŠŁ†Ł‡Ł…Ų§ Ł€ ŁŁŠŁƒŁˆŁ† Ų§Ł„Ł…Ų¬Ł…ŁˆŲ¹ في ŁƒŁ„ ركعة خمسا ŁˆŲ³ŲØŲ¹ŁŠŁ† Ł…Ų±Ų©، ŁˆŁ‡Ų°Ų§ Ł‡Łˆ Ų§Ł„Ł…Ų±ŁˆŁŠ عن ابن Ų§Ł„Ł…ŲØŲ§Ų±Łƒ
15 tasbih sebelum membaca al-Fatihah.
10 tasbih setelah membaca ayat.
10 tasbih ketika ruku’.
10 tasbih ketika bangun dari ruku’.
10 tasbih ketika sujud pertama.
10 tasbih ketika duduk diantara dua sujud.
10 tasbih ketika sujud kedua.
Ini riwayat dari Ibnu al-Mubarak.
Demikian juga tentang membaca tasbih pada Tasyahhud, apakah sebelum atau setelah Tasyahhud, diatas disebutkan setelah Tasyahhud, namun ada versi lain menyebut sebelum Tasyahhud:
Ų§Ł„Ł‚Ł„ŁŠŁˆŲØŁŠ: العؓرة Ų§Ł„Ł…Ų°ŁƒŁˆŲ±Ų© ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ł„Ų³Ų¬ŁˆŲÆ Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠ قبل Ų§Ł„Ł‚ŁŠŲ§Ł… في جلسة الاستراحة، أو قبل التؓهد. انتهى.
Al-Qalyubi berkata: “10 Tasbih setelah sujud kedua dibaca pada duduk istirahat sebelum tegak, atau sebelum Tasyahhud”.

Pertanyaan: Bagaimanakah cara menghitung jumlah tasbih tersebut?
Jawaban:

ان كثرة Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ ، وحد الؓرع العدد ، ŁˆŁ„Ł… ŲŖŁƒŁ† ŁˆŲ³ŁŠŁ„Ų© لضبطها الا بعقد الاصابع ŁŁ‡ŁŠ Ų­ŁŠŁ†Ų¦Ų° من Ų§Ł„Ł…Ų¹ŁŁˆŲ§ŲŖ ان Ų“Ų§Ų” الله
Jumlah Tasbih yang banyak ditetapkan oleh syariat Islam, cara menghitungnya hanya dengan jari jemari, maka ini termasuk hal yang dimaafkan insya Allah.


Pertanyaan: Apakah ada bacaan surat-surat tertentu?
Jawaban:

لم يرد ŲŖŁ‚ŁŠŁŠŲÆ سورة Ł…Ų¹ŁŠŁ†Ų© تقرأ في صلاة Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ ، ŁˆŲ§Ł„Ł†ŲµŁˆŲµ Ų§Ł„ŁˆŲ§Ų±ŲÆŲ© في صلاة Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ نجد جلها تذكر فاتحة Ų§Ł„ŁƒŲŖŲ§ŲØ وسورة ، ŲÆŁˆŁ† ŲŖŁ‚ŁŠŁŠŲÆ بسورة Ł…Ų¹ŁŠŁ†Ų© ، ŁˆŁ„Ų§ ŲØŲ¹ŲÆŲÆ Ł…Ų¹ŁŠŁ† .

Tidak terdapat riwayat yang menyebutkan bacaan surat tertentu dibaca dalam shalat Tasbih. Riwayat-riwayat tentang shalat Tasbih sebagian besarnya hanya menyebutkan al-Fatihah dan membaca surat, tanpa menyebutkan surat tertentu dan jumlah tertentu.

Pertanyaan: Apakah 4 rakaat itu dilaksanakan bersambung dengan satu kali salam? atau setiap dua rakaat satu salam?
Jawaban:

ظاهر Ų§Ł„Ų§Ų­Ų§ŲÆŁŠŲ« Ų§Ł„ŁˆŲ§Ų±ŲÆŲ© انها تصلى ŲØŲŖŲ³Ł„ŁŠŁ…Ų© واحة Ł„ŁŠŁ„Ų§ ŁƒŲ§Ł† او نهارا
Zahir hadits-hadits tentang shalat Tasbih menyebutkan bahwa shalat Tasbih dengan satu salam, baik dilaksanakan di waktu siang maupun di waktu malam.







Pertanyaan: Shalat sunnat Tasbih dilaksanakan dengan suara Sirr atau Jahr?

Jawaban:

السنة الاسرار في Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ سواؔ ŲµŁ„ŁŠŲŖ في Ų§Ł„Ł„ŁŠŁ„ او النهار ، Ų§Ł…Ų§ قراؔتها ففي النهار الاسرار ، وفي Ų§Ł„Ł„ŁŠŁ„ كسائر Ų§Ł„ŲŖŲ·ŁˆŲ¹Ų§ŲŖ ، يتوسط ŁŁŠŁ‡Ų§ ŲØŁŠŁ† الجهر ŁˆŲ§Ł„Ų§Ų³Ų±Ų§Ų±
Menurut Sunnah, kalimat Tasbih dibaca secara sirr, baik shalat malam maupun siang. Sedangkan bacaan al-Fatihah dan surat, jika dilaksanakan pada waktu siang, maka dibaca Sirr. Jika dilaksanakan pada waktu malam, maka sama seperti shalat sunnat yang lain, dibaca pertengahan antara Jahr dan Sirr.

Pertanyaan: Shalat Sunnat Tasbih dilaksanakan sendirian atau berjamaah?
Jawaban: Dilihat dari kalimat yang digunakan Rasulullah Saw kepada al-‘Abbas:
يَŲ§ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ُ يَŲ§ Ų¹َŁ…َّاهُ Ų£َلاَ Ų£ُŲ¹ْŲ·ِيكَ Ų£َلاَ Ų£َŁ…ْنَŲ­ُكَ Ų£َلاَ Ų£َŲ­ْŲØُوكَ
“Wahai ‘Abbas, wahai Paman, maukah engkau, sudikah engkau aku berikan…”. Ini menunjukkan makna bahwa shalat tersebut dilaksanakan sendirian.
Akan tetapi jika dilaksanakan secara berjamaah, maka shalat tersebut tetap sah, berdasarkan pendapat Imam an-Nawawi:
(الؓرح) قال أصحابنا تطوع الصلاة ضربان (Ų¶Ų±ŲØ) تسن ŁŁŠŁ‡ الجماعة ŁˆŁ‡Łˆ Ų§Ł„Ų¹ŁŠŲÆ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŲ³ŁˆŁ ŁˆŲ§Ł„Ų§Ų³ŲŖŲ³Ł‚Ų§Ų” وكذا Ų§Ł„ŲŖŲ±Ų§ŁˆŁŠŲ­ Ų¹Ł„ŁŠ الاصح (وضرب) لا تسن له الجماعة Ł„ŁƒŁ† Ł„Łˆ فعل جماعة ŲµŲ­
(Penjelasan) para ulama Mazhab Syafi’i berkata: shalat sunnat itu terbagi dua: satu bagian shalat yang disunnatkan dilaksanakan secara berjamaah, yaitu shalat ‘Ied, shalat gerhana matahari, shalat Istisqa’ (minta turun hujan) dan shalat Tarawih menurut pendapat al-Ashahh. Satu bagian shalat yang tidak dianjurkan dilaksanakan secara berjamaah, akan tetapi jika dilaksanakan secara berjamaah, maka shalat tersebut tetap sah. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: juz. 4, hal. 4).
Menurut pendapat Ibnu Taimiah:
ŲµَŁ„َŲ§Ų©ُ التَّŲ·َوُّŲ¹ِ فِي Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ نَوْŲ¹َانِ :
Ų£َŲ­َŲÆُهُŁ…َŲ§ : Ł…َŲ§ ŲŖُŲ³َنُّ Ł„َهُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ُ الرَّŲ§ŲŖِŲØَŲ©ُ كَŲ§Ł„ْكُŲ³ُوفِ وَŲ§Ł„ِŲ§Ų³ْŲŖِŲ³ْŁ‚َŲ§Ų”ِ وَŁ‚ِيَŲ§Ł…ِ Ų±َŁ…َŲ¶َانَ فَهَŲ°َŲ§ يُفْŲ¹َŁ„ُ فِي Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ِ ŲÆَŲ§Ų¦ِŁ…ًŲ§ كَŁ…َŲ§ Ł…َŲ¶َŲŖْ ŲØِهِ السُّنَّŲ©ُ .
الثَّانِي : Ł…َŲ§ Ł„َŲ§ ŲŖُŲ³َنُّ Ł„َهُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ُ الرَّŲ§ŲŖِŲØَŲ©ُ : كَŁ‚ِيَŲ§Ł…ِ اللَّيْŁ„ِ وَالسُّنَنِ الرَّوَŲ§ŲŖِŲØِ وَŲµَŁ„َŲ§Ų©ِ الضُّŲ­َى وَŲŖَŲ­ِيَّŲ©ِ Ų§Ł„ْŁ…َŲ³ْŲ¬ِŲÆِ وَنَŲ­ْوِ Ų°َŁ„ِكَ .
فَهَŲ°َŲ§ Ų„Ų°َŲ§ فُŲ¹ِŁ„َ Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ً Ų£َŲ­ْيَانًŲ§ Ų¬َŲ§Ų²َ .
Shalat sunnat dilaksanakan secara berjamaah ada dua jenis:
Pertama: shalat sunnat yang disunnatkan dilaksanakan secara berjamaah terus menerus seperti shalat Kusuf (gerhana matahari), Istisqa’ (minta hujan), Qiyamullail Ramadhan, ini jenis shalat yang dilaksanakan berjamaah terus menerus sebagaimana yang disebutkan Sunnah.
Kedua: shalat sunnat yang tidak disunnatkan untuk dilaksanakan secara berjamaah secara terus menerus, seperti Qiyamullail, shalat-shalat sunnat Rawatib, shalat Dhuha, shalat Tahyatulmasjid, dan sejenisnya. Shalat-shalat sunnat seperti ini jika dilaksanakan secara berjamaah jarang-jarang/sekali-sekali (tidak terus menerus). (Majmu’ Fatawa Ibni Taimiah: juz. 5, hal. 381).

Pertanyaan: Bilakah Waktu Pelaksanaan Shalat Sunnat Tasbih?
Jawaban:

صلاة Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ Ł†ŁˆŲ¹ من صلاة النفل المطلق تفعل على صورة Ł…Ų®ŲµŁˆŲµŲ© ، تقدم Ų°ŁƒŲ±Ł‡Ų§ ، ŁˆŁŠŁƒŲ±Ł‡ اداؤها في Ų§ŁˆŁ‚Ų§ŲŖ Ų§Ł„ŁƒŲ±Ų§Ł‡Ų© على الراجح .

shalat Sunnat Tasbih adalah jenis shalat sunnat mutlaq (tidak terikat waktu) yang dilaksanakan dengan cara khusus –sebagaimana yang telah disebutkan di atas-. Makruh dilaksanakan pada waktu-waktu terlarang melaksanakan shalat (setelah ‘Ashar, setelah Shubuh dan menjelang Zawal/tergelincir matahari), demikian menurut pendapat yang kuat.

Pertanyaan: Apakah keutamaan melaksanakan shalat sunnat Tasbih?
Jawaban: Di awal hadits, Rasulullah Saw menyatakan:
يَŲ§ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ُ يَŲ§ Ų¹َŁ…َّاهُ Ų£َلاَ Ų£ُŲ¹ْŲ·ِيكَ Ų£َلاَ Ų£َŁ…ْنَŲ­ُكَ Ų£َلاَ Ų£َŲ­ْŲØُوكَ Ų£َلاَ Ų£َفْŲ¹َŁ„ُ ŲØِكَ Ų¹َŲ“ْŲ±َ Ų®ِŲµَŲ§Ł„ٍ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų£َنْŲŖَ فَŲ¹َŁ„ْŲŖَ Ų°َŁ„ِكَ ŲŗَفَŲ±َ اللَّهُ Ł„َكَ Ų°َنْŲØَكَ Ų£َوَّŁ„َهُ وَŲ¢Ų®ِŲ±َهُ Ł‚َŲÆِŁŠŁ…َهُ وَŲ­َŲÆِيثَهُ Ų®َŲ·َŲ£َهُ وَŲ¹َŁ…ْŲÆَهُ ŲµَŲŗِيرَهُ وَكَŲØِيرَهُ Ų³ِŲ±َّهُ وَŲ¹َلاَنِيَŲŖَهُ Ų¹َŲ“ْŲ±َ Ų®ِŲµَŲ§Ł„ٍ
“Wahai ‘Abbas, wahai paman, maukah engkau aku berikan, sudikah engkau aku lakukan sesuatu terhadapmu 10 perkara jika engkau mau melakukannya; Allah mengampuni dosamu, yang pertama dan yang terakhir, yang dahulu dan yang baru, yang tersilap dan sengaja, yang kecil dan yang besar, yang rahasia dan yang nyata, 10 perkara”.
Di akhir hadits Rasulullah Saw nyatakan:
Ų„ِنِ Ų§Ų³ْŲŖَŲ·َŲ¹ْŲŖَ Ų£َنْ ŲŖُŲµَŁ„ِّيَهَŲ§ فِى كُŁ„ِّ يَوْŁ…ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً فَافْŲ¹َŁ„ْ فَŲ„ِنْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ْ فَفِى كُŁ„ِّ Ų¬ُŁ…ُŲ¹َŲ©ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً فَŲ„ِنْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ْ فَفِى كُŁ„ِّ Ų“َهْŲ±ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً فَŲ„ِنْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ْ فَفِى كُŁ„ِّ Ų³َنَŲ©ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً فَŲ„ِنْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَفْŲ¹َŁ„ْ فَفِى Ų¹ُŁ…ُŲ±ِكَ Ł…َŲ±َّŲ©ً ».
“Jika engkau mampu melaksanakannya satu kali sehari, maka laksakanlah. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah seminggu sekali. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah satu bulan sekali. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah setahun sekali. Jika engkau tidak mampu, maka seumur hidup sekali”. Menunjukkan betapa pentingnya shalat sunnat Tasbih.

ŁˆŁ…Ł† Ų§Ł„Ų§Ų¬ŁˆŲ± في هذه الصلاة كثرة ذكر الله Ų¹Ų² ŁˆŲ¬Ł„ ŁŁŠŁ‡Ų§ ، ففي ŁƒŁ„ ركعة ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł…ŲµŁ„ŁŠ : سبحان الله ، ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł…ŲÆ لله ، ŁˆŁ„Ų§ اله الا الله ، ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ اكبر ( هذه الاربع تسبيحات واحدة ) خمسا ŁˆŲ³ŲØŲ¹ŁŠŁ† Ł…Ų±Ų© ، وفي الاربع ركعات ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ثلاث Ł…Ų¦Ų© Ł…Ų±Ų© ، ŁˆŲ§Ł† فرقنا Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ ( ŁˆŁ‡Ł† Ų§Ų±ŲØŲ¹ ŁƒŁ„Ł…Ų§ŲŖ ) ŁŠŁƒŁˆŁ† Ł…Ų¬Ł…ŁˆŲ¹Ł‡Ų§ في Ų§Ł„Ų±ŁƒŲ¹Ų§ŲŖ الاربع الفا ŁˆŁ…Ų¦ŲŖŁŠŁ† ، ŁˆŁ‡Ų°Ų§ في اللفظ ŁˆŲ§Ł„Ų¹ŲÆŲÆ .
ŁˆŲ§Ł„Ų­Ų³Ł†Ų© ŲØŲ¹Ų“Ų± امثالها ŁŁŠŁƒŁ† في الاجر Ų§Ų«Ł†ŁŠ Ų¹Ų“Ų± الفا ( ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ يضاعف لمن يؓاؔ
Diantara balasan dalam shalat sunnat Tasbih adalah banyaknya zikir dalam shalat tersebut. Dalam satu rakaat diucapkan:
Ų³ُŲØْŲ­َانَ اللَّهِ ، وَŲ§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆُ Ł„ِŁ„َّهِ ، وَلاَ Ų„ِŁ„َهَ Ų„ِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ Ų£َكْŲØَŲ±ُ
Sebanyak 75 kali, 4 rakaat berarti 300 kali. Jika kalimat Tasbih ini dipecah menjadi empat, berarti 1200 kali. Setiap satu kebaikan diberi balasan 10 kebaikan, maka berarti 12.000 kali. Dan Allah melipatgandakan lebih banyak daripada itu, kepada orang-orang yang Ia kehendaki.

Catatan: Sebagian dikutip dari muqaddimah Syekh Masyhur Hasan terhadap kitab Dzikr Shalat at-Tasbih wa al-Ahadits allati Ruwiyat ‘an an-Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam wa Ikhtilaf Alfazh an-Naqilin laha karya Imam al-Khathib al-Baghdadi.
Telah dimuat di blog: www.somadmorocco.blogspot.com
Share:

AURAT PEREMPUAN MENURUT EMPAT MAZHAB.

Diterjemahkan Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA.
ŁˆŲ§Ł„Ł‚ŁˆŁ„ بأن Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ† Ł„ŁŠŲ³Ų§ بعورة Ł‡Łˆ Ł‚ŁˆŁ„ Ų¹Ų§Ų¦Ų“Ų© ŁˆŲ§ŲØŁ† Ų¹ŲØŲ§Ų³ ŁˆŲ§ŲØŁ† عمر رضي الله عنهم.
ŁˆŁ‡Ų°Ų§ Ų§Ł„Ł‚ŁˆŁ„ Ł‡Łˆ Ų§Ł„Ł…Ų­ŁŁˆŲø عن الفقهاؔ، ŁˆŁ„Ų°Ų§ قال ابن Ų¹ŲØŲÆ البر في Ų§Ł„ŲŖŁ…Ł‡ŁŠŲÆ: اختلف العلماؔ في ŲŖŲ£ŁˆŁŠŁ„ Ł‚ŁˆŁ„ الله Ų¹Ų² ŁˆŲ¬Ł„ ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲØŲÆŁŠŁ† Ų²ŁŠŁ†ŲŖŁ‡Ł† ؄لا Ł…Ų§ ظهر منها ŁŲ±ŁˆŁ‰ عن ابن Ų¹ŲØŲ§Ų³ ŁˆŲ§ŲØŁ† عمر ؄لا Ł…Ų§ ظهر منها Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŲ§Ł† ŁˆŲ±ŁˆŁ‰ عن ابن Ł…Ų³Ų¹ŁˆŲÆ (Ł…Ų§ ظهر منها) Ų§Ł„Ų«ŁŠŲ§ŲØ قال لا ŁŠŲØŲÆŁŠŁ† قرطاً ŁˆŁ„Ų§ قلادة ŁˆŁ„Ų§ سواراً ŁˆŁ„Ų§ خلخالا ؄لا Ł…Ų§ ظهر من Ų§Ł„Ų«ŁŠŲ§ŲØ، ŁˆŲ§Ų®ŲŖŁ„Ł Ų§Ł„ŲŖŲ§ŲØŲ¹ŁˆŁ† ŁŁŠŁ‡Ų§ أيضاً على Ł‡Ų°ŁŠŁ† Ų§Ł„Ł‚ŁˆŁ„ŁŠŁ† ŁˆŲ¹Ł„Ł‰ Ł‚ŁˆŁ„ ابن Ų¹ŲØŲ§Ų³ ŁˆŲ§ŲØŁ† عمر الفقهاؔ. انتهى.
Pendapat yang mengatakan bahwa wajah dan telapak tangan bukan aurat adalah pendapat Aisyah, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.
Pendapat ini yang didapat dari para ahli fiqh. Oleh sebab itu Ibnu ‘Abdilbarr berkata dalam at-Tamhid:
“Para ulama berbeda pendapat tentang ta’wil firman Allah: ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲØŲÆŁŠŁ† Ų²ŁŠŁ†ŲŖŁ‡Ł† ؄لا Ł…Ų§ ظهر منها. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Umar: “Kecuali yang biasa tampak, yaitu wajah dan kedua telapak tangan”. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud: “Yang tampak terlihat diatas pakaian, tidak boleh memperlihatkan anting-anting, rantai, gelang tangan dan gelang kaki, kecuali yang tampak diatas pakaian”. Para tabi’in berbeda pendapat berdasarkan dua pendapat ini. para ahli Fiqh juga berbeda pendapat berdasarkan ini.

MAZHAB HANAFI:
قال ال؄مام Ų§Ł„ŁƒŲ§Ų³Ų§Ł†ŁŠ Ų§Ł„Ų­Ł†ŁŁŠ رحمه الله تعالى في ŲØŲÆŲ§Ų¦Ų¹ الصنائع: فلا يجوز النظر من Ų§Ł„Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ ؄لى Ų§Ł„Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠŲ© الحرة ؄لى Ų³Ų§Ų¦Ų± بدنها ؄لا Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ†، Ł„Ł‚ŁˆŁ„Ł‡ تعالى: Ł‚ُŁ„ Ł„ِّŁ„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِنِŁŠŁ†َ يَŲŗُŲ¶ُّوا Ł…ِنْ Ų£َŲØْŲµَŲ§Ų±ِهِŁ…ْ [Ų§Ł„Ł†Ł€Ł€ŁˆŲ±: 30].
Imam al-Kasani al-Hanafi berkata dalam Bada’I’ ash-Shana’I’: “Laki-laki asing (tidak mahram) tidak boleh melihat perempuan yang tidak mahram yang merdeka (bukan hamba sahaya), tidak boleh melihat seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, berdasarkan firman Allah surat an-Nur ayat 30.
؄لا أن النظر ؄لى Ł…ŁˆŲ§Ų¶Ų¹ Ų§Ł„Ų²ŁŠŁ†Ų© الظاهرة ŁˆŁ‡ŁŠ: Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŲ§Ł† Ų±Ų®Ųµ ŲØŁ‚ŁˆŁ„Ł‡ تعالى: وَŁ„َŲ§ يُŲØْŲÆِŁŠŁ†َ Ų²ِŁŠŁ†َŲŖَهُنَّ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ł…َŲ§ ŲøَهَŲ±َ Ł…ِنْهَŲ§ [Ų§Ł„Ł†Ł€Ł€ŁˆŲ±: 31].
Hanya saja pengecualian boleh melihat tempat-tempat perhiasan yang tampak, yaitu wajah dan telapak tangan, ini dispensasi dari ayat 31 surat an-Nur.
ŁˆŲ§Ł„Ł…Ų±Ų§ŲÆ من Ų§Ł„Ų²ŁŠŁ†Ų© Ł…ŁˆŲ§Ų¶Ų¹Ł‡Ų§، ŁˆŁ…ŁˆŲ§Ų¶Ų¹ Ų§Ł„Ų²ŁŠŁ†Ų© الظاهرة: Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŲ§Ł†، ŁˆŁ„Ų£Ł†Ł‡Ų§ ŲŖŲ­ŲŖŲ§Ų¬ ؄لى Ų§Ł„ŲØŁŠŲ¹ ŁˆŲ§Ł„Ų“Ų±Ų§Ų”، ŁˆŲ§Ł„Ų£Ų®Ų° ŁˆŲ§Ł„Ų¹Ų·Ų§Ų”، ŁˆŁ„Ų§ يُŁ…ْŁƒŁ†Ł‡Ų§ Ų°Ł„Łƒ Ų¹Ų§ŲÆŲ©ً ؄لا بكؓف Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ†، ŁŁŠŲ­Ł„ لها Ų§Ł„ŁƒŲ“Ł. ŁˆŁ‡Ų°Ų§ Ł‚ŁˆŁ„ أبي Ų­Ł†ŁŠŁŲ© رضي الله عنه. انتهى.
Yang dimaksud dengan perhiasan adalah tempat perhiasan tersebut. Tempat perhiasan yang tampak nyata adalah wajah dan telapak tangan, karena dibutuhkan pada transaksi jual beli, mengambil dan memberi. Menurut kebiasan, semua itu tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan memperlihatkan wajah dan telapak tangan, maka boleh diperlihatkan. Ini pendapat Imam Hanafi radhiallahu’anhu.
MAZHAB MALIKI:
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ų§Ł„ŲÆŲ±ŲÆŁŠŲ± Ų§Ł„Ł…Ų§Ł„ŁƒŁŠ ŁƒŁ…Ų§ في: أقرب Ų§Ł„Ł…Ų³Ų§Ł„Łƒ : وعورة المرأة Ł…Ų¹ رجل Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ عنها Ų¬Ł…ŁŠŲ¹ البدن غير Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ†. انتهى.
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن Ų£Ų­Ł…ŲÆ Ų§Ł„Ł…Ų¹Ų±ŁˆŁ ŲØŲ¹Ł„ŁŠŲ“ في (منح Ų§Ł„Ų¬Ł„ŁŠŁ„ Ų“Ų±Ų­ Ł…Ų®ŲŖŲµŲ± Ų®Ł„ŁŠŁ„) قال: ŁˆŁ‡ŁŠ أي Ų§Ł„Ų¹ŁˆŲ±Ų© من Ų­Ų±Ų© Ł…Ų¹ رجل Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ مسلم Ų¬Ł…ŁŠŲ¹ جسدها غير Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ† ظهراً ŁˆŲØŲ·Ł†Ų§ً، ŁŲ§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŲ§Ł† Ł„ŁŠŲ³Ų§ عورة فيجوز لها ŁƒŲ“ŁŁ‡Ł…Ų§ Ł„Ł„Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ. انتهى.
Imam ad-Dardir al-Maliki berkata sebagaimana yang disebutkan dalam Aqrab al-Masalik: “Aurat perempuan terhadap laki-laki yang tidak mahram adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan. Muhammad bin Ahmad yang dikenal denganm nama ‘Alisy berkata dalam Manh al-Jalil Syarh Mukhtashar Khalil: “Aurat perempuan merdeka terhadap laki-laki tidak mahram yang muslim adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, bagian atas dan bawah. Wajah dan telapak tangan bukan aurat, boleh dibuka terhadap laki-laki yang bukan mahram.


MAZHAB SYAFI’I:
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ ؓيخ ال؄سلام زكريا Ų§Ł„Ų£Ł†ŲµŲ§Ų±ŁŠ Ų§Ł„Ų“Ų§ŁŲ¹ŁŠ في Ų£Ų³Ł†ŁŠ المطالب: وعورة الحرة في الصلاة ŁˆŲ¹Ł†ŲÆ Ų§Ł„Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ ŁˆŁ„Łˆ خارجها Ų¬Ł…ŁŠŲ¹ بدنها ؄لا Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ† ظهراً ŁˆŲØŲ·Ł†Ų§ً ؄لى Ų§Ł„ŁƒŁˆŲ¹ŁŠŁ†. انتهى.
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ ابن قدامة Ų§Ł„Ų­Ł†ŲØŁ„ŁŠ في Ų§Ł„Ł…ŲŗŁ†ŁŠ: فصل: ŁˆŁ„Ų§ خلاف ŲØŁŠŁ† أهل العلم في Ų„ŲØŲ§Ų­Ų© النظر أي للخاطب ؄لى ŁˆŲ¬Ł‡Ł‡Ų§ ŁˆŲ°Ł„Łƒ لأنه Ł„ŁŠŲ³ بعورة ŁˆŁ‡Łˆ مجمع المحاسن، ŁˆŁ…ŁˆŲ¶Ų¹ النظر ŁˆŁ„Ų§ يباح له النظر ؄لى Ł…Ų§ لا ŁŠŲøŁ‡Ų± Ų¹Ų§ŲÆŲ©. انتهى.
Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshari asy-Syafi’i berkata dalam Asna al-Mathalib: “Aurat perempuan dalam shalat dan terhadap laki-laki yang bukan mahram meskipun di luar shalat adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, bagian luar dan bagian dalam, hingga pergelangan tangan.
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ų§Ł„Ų±Ų­ŁŠŲØŲ§Ł†ŁŠ في Ų“Ų±Ų­ Ų§Ł„ŲŗŲ§ŁŠŲ©: فستر رأسها ŁƒŁ„Ł‡ Ų£ŁˆŁ„Ł‰ Ł„ŁƒŁˆŁ†Ł‡ أي: الرأس عورة في الصلاة ŁˆŲ®Ų§Ų±Ų¬Ł‡Ų§ ŁˆŁ„Ų§ يختص ستره ŲØŲ„Ų­Ų±Ų§Ł… وكؓف Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ بخلافه. انتهى.
Ar-Rahibani berkata dalam Syarh al-Ghayah: “Menutup seluruh kepala lebih utama, karena kepala itu aurat baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Tidak hanya ketika ihram. Berbeda dengan memperlihatkan wajah.
MAZHAB HANBALI:
ŁˆŲ£Ł…Ų§ Ų§Ł„Ł‚ŁˆŁ„ بأنهما عورة ŁŁ‡Łˆ Ł‚ŁˆŁ„ ŲØŲ¹Ų¶ الحنابلة ŁƒŁ…Ų§ Ų³ŲØŁ‚ قال ابن قدامة رحمه الله تعالى في Ų§Ł„Ł…ŲŗŁ†ŁŠ: ŁˆŁ‚Ų§Ł„ ŲØŲ¹Ų¶ أصحابنا: المرأة ŁƒŁ„Ł‡Ų§ عورة، لأنه قد روي في حديث عن Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…: المرأة عورة. Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų§Ł„ŲŖŲ±Ł…Ų°ŁŠ ŁˆŁ‚Ų§Ł„: حديث حسن صحيح. ŁˆŁ„ŁƒŁ† Ų±Ų®Ųµ لها في كؓف ŁˆŲ¬Ł‡Ł‡Ų§ ŁˆŁƒŁŁŠŁ‡Ų§، لما في ŲŖŲŗŲ·ŁŠŲŖŁ‡ من المؓقة، وأبيح النظر Ų„Ł„ŁŠŁ‡ لأجل الخطبة، لأنه مجمع المحاسن. انتهى.
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa wajah dan telapak tangan adalah aurat, ini adalah pendapat sebagian mazhab Hanbali. Ibnu Qudamah berkata dalam al-Mughni: “Sebagian ulama mazhab Hanbali berkata, ‘Sesungguhnya perempuan itu seluruh tubuhnya adalah aurat. Karena diriwayatkan dalam hadits dari Rasulullah Saw, “Perempuan itu aurat”. Hadits riwayat at-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits hasan shahih”. Akan tetapi diberi dispensasi untuk memperlihatkan wajah dan telapak tangan, karena menutupinya menimbulkan kesulitan, dank arena boleh melihat wajah dan telapak tangan ketika proses pertunangan, karena tempat berkumpulnya kebaikan.
Share:

MENGGERAKKAN TELUNJUK KETIKA TASYAHUD.

ŁˆŁ†Ł†ŲØŁ‡Łƒ ؄لى أن الفقهاؔ Ų§ŲŖŁŁ‚ŁˆŲ§ على أن العمل Ų§Ł„ŁƒŲ«ŁŠŲ± ŁŠŲØŲ·Ł„ الصلاة، ŁˆŲ§Ų®ŲŖŁ„ŁŁˆŲ§ في تحديد Ų§Ł„ŁƒŲ«Ų±Ų©، ŁˆŁ„Ł… يصح حديث عن Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… بأن ثلاث حركات ŲŖŲØŲ·Ł„ الصلاة، ŁˆŲ„Ł†Ł…Ų§ Ł‡Łˆ تحديد من ŲØŲ¹Ų¶ الفقهاؔ.
ŁˆŲ¹Ł„ŁŠŁ‡ فلا يصح Ų§Ł„Ų„Ł†ŁƒŲ§Ų± على من حرك أصبعه في الصلاة،
Kami ingatkan kepada Anda bahwa para ahli Fiqh sepakat bahwa perbuatan banyak membatalkan shalat. Mereka berbeda pendapat tentang batasan banyak. Tidak shahih hadits dari Rasulullah Saw bahwa tiga gerakan membatalkan shalat. Batasan itu dari sebagian ahli fiqh. Oleh sebab itu tidak dibenarkan mengingkari orang yang menggerakkan jarinya dalam shalat.
فقد ذهب ؄لى Ų°Ł„Łƒ أئمة ŁˆŁ…Ł†Ł‡Ł… Ų§Ł„Ł…Ų§Ł„ŁƒŁŠŲ© رحمهم الله ف؄نهم ŁŠŲ±ŁˆŁ† تحريك الأصبع في التؓهد ŁƒŁ„Ł‡ ŁˆŁŠŁƒŁˆŁ† ŲŖŲ­Ų±ŁŠŁƒŁ‡Ų§ ŁŠŁ…ŁŠŁ†Ų§ ŁˆŲ“Ł…Ų§Ł„Ų§ لا ŁŁˆŁ‚ وتحت،
ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł†Ų§ŲØŁ„Ų© ŁŠŲ±ŁˆŁ† ال؄ؓارة بها عند ذكر لفظ الجلالة (الله) ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł†ŁŁŠŲ© ŁŠŲ±ŁˆŁ† أنه يؓار بها عند Ł‚ŁˆŁ„ (لا ؄له) ŁˆŲ¶Ł…Ł‡Ų§ عند Ł‚ŁˆŁ„ (؄لا الله)
ŁˆŲ§Ł„Ų“Ų§ŁŲ¹ŁŠŲ© ŁŠŲ±ŁˆŁ† ال؄ؓارة بها عند Ł‚ŁˆŁ„ (؄لا الله) ؄لى ŲØŁ‚ŁŠŲ© التؓهد ŲÆŁˆŁ† تحريك
Menurut Mazhab Maliki: menggerakkan jari telunjuk dari awal hingga akhir tasyahhud. Digerakkan ke kanan dan ke kiri, bukan ke atas dan ke bawah.
Menurut Mazhab Hanbali: mengangkat telunjuk ketika pada lafaz Allah (؄لا الله).
Menurut Mazhab Hanafi: mengangkat telunjuk pada lafaz: La Ilaha (لا ؄له). Kemudian kembali menurunkan telunjuk pada lafaz: Illa Allah (؄لا الله).
Menurut Mazhab Syafi’I: mengangkat telunjuk pada lafaz: Illallah (؄لا الله), hingga akhir Tasyahhud berakhir, tanpa menggerakkan telunjuk.
لما Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų£Ų­Ł…ŲÆ ŁˆŲ§Ł„Ł†Ų³Ų§Ų¦ŁŠ وأبو داود ŁˆŲŗŁŠŲ±Ł‡Ł… عن ŁˆŲ§Ų¦Ł„ بن Ų­Ų¬Ų± رضي الله عنه، أنه قال في صفة صلاة Ų±Ų³ŁˆŁ„ الله صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…: Ų«Ł… قعد فافترؓ رجله Ų§Ł„ŁŠŲ³Ų±Ł‰ ووضع ŁƒŁŁ‡ Ų§Ł„ŁŠŲ³Ų±Ł‰ على فخذه ŁˆŲ±ŁƒŲØŲŖŁ‡ Ų§Ł„ŁŠŲ³Ų±Ł‰، ŁˆŲ¬Ų¹Ł„ Ų­ŲÆ مرفقه Ų§Ł„Ų£ŁŠŁ…Ł† على فخذه Ų§Ł„ŁŠŁ…Ł†Ł‰، Ų«Ł… قبض Ų«Ł†ŲŖŁŠŁ† من أصابعه ŁˆŲ­Ł„Ł‚ حلقة Ų«Ł… رفع ؄صبعه ŁŲ±Ų£ŁŠŲŖŁ‡ ŁŠŲ­Ų±ŁƒŁ‡Ų§ يدعو بها.
Berdasarkan riwayat Imam Ahmad, an-Nasa’i, Abu Daud dan lainnya, dari Wa’il bin Hajar, ia berkata tentang sifat shalat nabi: “Kemudian Rasulullah Saw duduk iftirasy; menduduki kaki kiri, meletakkan telapak tangan kiri diatas paha dan lutut kiri. Meletakkan siku kanan diatas paha kanan. Kemudian menggenggam kedua jari tangannya dan membuat lingkaran, kemudian mengangkat salah satu jemarinya, saya melihatnya menggerakkannya sambil berdoa.
قال ال؄مام Ų§Ł„ŲØŁŠŁ‡Ł‚ŁŠ رحمه الله: ŁŠŲ­ŲŖŁ…Ł„ أن ŁŠŁƒŁˆŁ† مراده ŲØŲ§Ł„ŲŖŲ­Ų±ŁŠŁƒ ال؄ؓارة بها لا تكرار ŲŖŲ­Ų±ŁŠŁƒŁ‡Ų§، حتى لا يعارض حديث ابن Ų§Ł„Ų²ŲØŁŠŲ± عند Ų£Ų­Ł…ŲÆ وأبي داود ŁˆŲ§Ł„Ł†Ų³Ų§Ų¦ŁŠ ŁˆŲ§ŲØŁ† حبان في ŲµŲ­ŁŠŲ­Ł‡ بلفظ: "ŁƒŲ§Ł† يؓير بالسبابة ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲ­Ų±ŁƒŁ‡Ų§، ŁˆŁ„Ų§ يجاوز بصره ؄ؓارته". قال الحافظ في Ų§Ł„ŲŖŁ„Ų®ŁŠŲµ Ų§Ł„Ų­ŲØŁŠŲ±: ŁˆŁ‡Ų°Ų§ Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ« أصله في مسلم ŲÆŁˆŁ† Ł‚ŁˆŁ„Ł‡: ŁˆŁ„Ų§ يجاوز بصره ؄ؓارته.
Imam al-Baihaqi berkata: “Ada kemungkinan mengandung makna bahwa yang dimaksud dengan kalimat ‘menggerakkan’, maksudnya adalah menunjuk, bukan menggerakkannya berkali-kali, agar tidak bertentangan dengan hadits riwayat Ibnu az-Zubair dalam riwayat ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i dan Ibnu Hibban dengan lafaz: “Rasulullah Saw menunjuk dengan jari telunjuk, tidak menggerakkannya. Pandangan matanya tidak melewati telunjuknya”.
Al-Hafizh berkata dalam at-Talkhish al-Habir: “Asal hadits ini dalam Shahih Muslim, tanpa kalimat: “Pandangan matanya tidak melewati telunjuknya”.
ŁˆŲ§Ł„Ų­Ų§ŲµŁ„ أن المسألة من مسائل الخلاف ŲØŁŠŁ† أهل العلم، ŁˆŁ„ŁƒŁ„ Ų±Ų£ŁŠŁ‡، ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŁ†ŲØŲŗŁŠ للمسلم أن ŁŠŲ¶ŁŠŁ‚ صدره Ų°Ų±Ų¹Ų§ بالخلاف ŁŁŠŁ‡Ų§، ف؄ن اتفاق العلماؔ Ų­Ų¬Ų© قاطعة ŁˆŲ§Ų®ŲŖŁ„Ų§ŁŁ‡Ł… Ų±Ų­Ł…Ų© واسعة.
ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ أعلم.
Kesimpulannya, masalah ini adalah masalah khilafiyah diantara para ulama, setiap ulama punya pendapat masing-masing, tidak selayaknya seorang muslim merasa bersempit dada terhadap ikhtilaf dalam masalah ini. Karena kesepakatan ulama itu hujjah yang kuat, sedangkan ikhtilaf ulama itu rahmat yang luas. Wallahu a’lam.
diterjemahkan dari islamweb.com
Share:

Berkata Baik Atau Diam


Hadits Ke-15


Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan hadits yang penting dalam bidang adab. Makna hadits ini telah tercakup di dalam hadits ke-12.
Hak Alloh Dan Hak Hamba
Pada hadits di atas menunjukkan ada 2 hak yang harus ditunaikan, yaitu hak Alloh dan hak hamba. Penunaian hak Alloh porosnya ada pada senantiasa merasa diawasi oleh Alloh. Di antara hak Alloh yang paling berat untuk ditunaikan adalah penjagaan lisan. Adapun penunaian hak hamba, yaitu dengan memuliakan orang lain.
Menjaga Lisan
Menjaga lisan bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata baik, namun masih lebih baik dibandingkan dengan berkata yang tidak baik.
Berkata baik terkait dengan 3 hal, seperti tersebut dalam surat An-Nisa’: 114, yaitu perintah bershadaqoh, perintah kepada yang makruf atau berkata yang membawa perbaikan pada manusia. Perkataan yang di luar ketiga hal tersebut bukan termasuk kebaikan, namun hanya sesuatu yang mubah atau bahkan suatu kejelekan. Pada menjaga lisan ada isyarat menjaga seluruh anggota badan yang lain, karena menjaga lisan adalah yang paling berat.
Memuliakan Orang Lain
Memuliakan berarti melakukan tindakan yang terpuji yang bisa mendatangkan kemuliaan bagi pelakunya. Dengan demikian memuliakan orang lain adalah melakukan tindakan yang terpuji terkait dengan tuntutan orang lain.
Batasan Tetangga Dan Tamu
Tetangga menurut syariat adalah sesuai dengan pengertian adat, artinya kapan secara adat dinilai sebagai tetangga maka dinilai sebagai tetangga juga oleh syariat. Kaidah menyatakan semua istilah yang ada dalam syariat dan tidak ada batasannya secara syariat dan bahasa maka pengertiannya dikembalikan kepada adat.
Batasan tamu yang wajib diterima dan dilayani adalah jika dia tidak memiliki kemampuan untuk mencari tempat untuk tinggal atau untuk makan. Jika mampu maka hukumnya sunnah. Adapun batasan lamanya adalah 1 hari 1 malam, sempurnanya 3 hari 3 malam.
Share:

Mencintai milik orang lain seperti miliknya sendiri


Hadits Ke-13


Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu pelayan Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hakikat Penafian Iman
Penafian iman mencakup menafikan iman secara keseluruhan atau hanya menafikan kesempurnaan imannya. Suatu amalan yang menyebabkan pelakunya dinafikan imannya menunjukkan bahwa amalan tersebut merupakan amal kekafiran atau dosa besar. Dalam hadits ini penafian iman yang dimaksud adalah penafian atas kesempurnaan iman.
Mencintai Saudara Muslim Laksana Mencintai Diri Sendiri
Seorang muslim wajib merasa senang jika saudaranya memiliki agama yang baik. Dia senang jika saudaranya memiliki aqidah yang benar, tutur kata yang bagus dan perbuatan yang baik. Sebaliknya dia merasa benci jika keadaan saudaranya tersebut justru sebaliknya.
Seorang muslim disunahkan untuk senang jika saudaranya mendapatkan kebaikan-kebaikan duniawi. Dia merasa senang jika saudaranya berharta, sejahtera, sehat, berkedudukan dan lain-lain dari kenikmatan duniawi, dan dia tidak senang jika saudaranya miskin, sengsara, dan menderita.
Mendahulukan Kepentingan Saudara Muslim
Jika dalam urusan dunia, mendahulukan kepentingan saudaranya termaksud perbuatan yang terpuji dan disunahkan, namun jika dalam urusan akhirat, mendahulukan saudaranya termasuk perbuatan yang makruh.
Share:

Larangan Berzina, Membunuh & Murtad


Hadits Ke-14


Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hakikat Seorang MuslimSeorang muslim yang sesungguhnya adalah yang bersyahadatain dan menunaikan tauhid serta melaksanakan konsekuensinya. Adapun yang sekedar mengaku muslim dengan mengucapkan syahadatain namun melakukan syirik akbar atau bidĆ”h mukafirah maka hakikatnya bukan seorang muslim. Seorang muslim tidak boleh ditumpahkan darahnya kecuali dengan alasan yang syar’i seperti tersebut dalam hadits.
Muslim Yang Halal Darahnya
Ada tiga sebab seorang muslim boleh ditumpahkan darahnya yaitu:
  1. Zina ba’da ihshonin, yaitu jika seorang muslim yang sudah pernah menikah secara syari kemudian berzina maka dengan sebab itu halal darahnya, dengan cara dirajam.
  2. Qishosh, yaitu jika seorang muslim membunuh muslim yang lain dengan sengaja maka dengan sebab itu halal darahnya dengan cara di-qishosh.
  3. Meninggalkan Agama, yaitu ada 2 pengertian:
    a. murtad, artinya keluar dari agamanya dengan sebab melakukan kekafiran.
    b. Meninggalkan jamaah, artinya meninggalkan jamaah yang telah bersatu di atas agama yang benar, dengan demikian ia telah meninggalkan agama yang benar. Termasuk makna meninggalkan jamaah adalah jika memberontak imam yang sah.
Pelaksana Eksekusi
Seorang muslim yang telah dihukumi halal darahnya eksekusinya ada di tangan penguasa (imam) atau yang mewakilinya, jika di negaranya berlaku hukum Alloh. Apabila berada di Negara yang tidak menerapkan hukum Alloh maka tak seorang pun berhak mengeksekusi penumpahan darah. Untuk eksekusi yang tidak sampai penumpahan darah, seperti cambuk, qishosh non-bunuh, maka boleh dilakukan oleh seorang ‘alim jika atas kemauan pelaku. Demikian pendapat sebagian ulama.
Share:

Meninggalkan yang tidak bermanfaat


Hadits Ke-12


Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)
Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan landasan dalam bab adab.
Kebagusan Islam Seseorang
Kebagusan Islam seseorang bertingkat-tingkat. Cukuplah seseorang berpredikat bagus Islamnya jika telah melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Dan puncak kebagusannya jika sampai derajat ihsan, yang tersebut dalam hadits ke-dua. Besarnya pahala dan tingginya kemuliaan seseorang sesuai dengan kadar kebagusan Islamnya.
Meninggalkan Sesuatu Yang Tidak Penting
Sesuatu yang penting adalah sesuatu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Standar manfaat diukur oleh syariat, karena sudah maklum bahwa yang diperintahkan oleh syariat pasti membawa manfaat dan yang dilarang pasti menimbulkan mudhorot oleh karena itu upaya untuk paham syariat adalah aktivitas yang sangat bermanfaat. Menjadi kewajiban seseorang demi kebagusan Islamnya untuk meninggalkan semua yang tidak penting karena semua aktivitas hamba akan dicatat dan celakalah seseorang yang memenuhi 
Share:

Tinggalkanlah keragu-raguan


Hadits Ke-11


Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abu Tholib, cucu Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam dan kesayangan beliau rodhiallohu ‘anhuma, dia berkata: ”Aku telah hafal (sabda) dari Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i. Tirmidzi berkata: Ini adalah Hadits Hasan Shahih)
Kedudukan Hadits
Kedudukan hadits ini seperti kedudukan hadits ke enam (lihat hadits ke-6)
Tinggalkan Sesuatu Yang Meragukan
Sesuatu yang meragukan adalah sesuatu yang membuat tidak tenang dan memunculkan rasa khawatir, jikalau ternyata hal itu tidak boleh dilakukan. Jika kita menghadapi kondisi demikian maka tinggalkanlah yang meragukan tersebut dan lakukan sesuatu yang meyakinkan atau yang membuat tenang. Adalah termasuk perbuatan tercela jika ada keraguan akan tetapi tetap dikerjakan.
Share:

Makanlah dari yg halal


Hadits Ke-10


Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, ia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Alloh itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rosul, Alloh berfirman, “Wahai para Rosul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal sholih” (QS Al Mukminun: 51). Dan Dia berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al Baqoroh: 172). Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Robbku, wahai Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.” (HR. Muslim)

Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan salah satu ashlud din (pokok agama), di mana kebanyakan hukum syariat berporos pada hadits tersebut.
Alloh Itu Thoyyib Tidak Menerima Kecuali Yang Thoyyib
Thoyyib adalah suci, tidak ada kekurangan dan cela. Demikian juga Alloh, Dia itu thoyyib. Dia suci, tidak ada kekurangan dan cela pada diri-Nya. Dia sempurna dalam seluruh sisi.
Alloh tidak menerima sesuatu kecuali yang thoyyib. Thoyyib dalam aqidah, thoyyib dalam perkataan dan thoyyib dalam perbuatan. Tidak menerima artinya tidak ridho, atau tidak memberi pahala. Dan ketidakridhoan Alloh terhadap sebuah amal biasanya melazimkan tidak memberi pahala pada amalan tersebut.
Pengaruh Makanan Yang Thoyyib
Mengonsumsi sesuatu yang thoyyib merupakan karakteristik para rasul dan kaum mukminin. Makanan yang thoyyib sangat berpengaruh terhadap kebagusan ibadah, terkabulnya doa dan diterimanya amal.
Sebab-Sebab Terkabulnya Doa
  1. Musafir.
  2. Berpenampilan hina.
  3. Mengangkat kedua tangan.
  4. Mengulang-ulang doa.
  5. Menyebut Rububiyah Alloh.
  6. Mengonsumsi yang halal.
Sifat mengangkat tangan dalam doa:
  1. Mengisyaratkan dengan telunjuk, yaitu bagi khatib tatkala berdoa di atas mimbar.
  2. Mengangkat tangan tinggi-tinggi, yaitu ketika doa istisqo’.
Adapun secara umum dengan menengadahkan kedua telapak tangan di depan dada seperti seorang pengemis yang sedang meminta-minta.
Share:

Melaksanakan perintah sesuai kemampuan


Hadits Ke-9


Dari Abu Hurairoh ’Abdurrohman bin Shakhr rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda: ” Apa saja yang aku larang bagi kamu hendaklah kamu jauhi, dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu maka lakukanlah sesuai kemampuanmu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).” (HR. Bukhori dan Muslim)
Perintah dan Larangan
Pada dasarnya syariƔt Islam adalah berupa perintah. Oleh karena itu, larangan yang ada jumlahnya sedikit. Semua yang diperintahkan akan membawa kebaikan bagi pelakunya, meski tidak berniat karena Allah. Dan semua yang dilarang membawa kejelekan bagi pelakunya. Dengan demikian manusia butuh kepada sesuatu yang diperintahkan dan tidak butuh kepada sesuatu yang dilarang.
Perintah dan larangan Allah terbagi dua, yaitu wajib dan sunnah. Jika perintah dan larangan terkait dengan urusan ibadah maka perintah dan larangan tersebut hukumnya wajib, dan jika terkait dengan urusan dunia maka hukumnya sunnah, kecuali ada dalil yang memalingkan dari hukum asalnya.
Melaksanakan perintah terikat dengan kemampuan, karena jumlahnya sangat banyak. Sedangkan larangan jumlahnya sedikit dan tidak dibutuhkan, maka tidak terikat dengan kemampuan. Melaksanakan perintah lebih mulia dibanding meninggalkan larangan, demikian juga meninggalkan perintah lebih hina dibanding menerjang larangan.
Sebab Kehancuran Dan Kebinasaan
Sebab utama kehancuran umat adalah sekedar banyak bertanya dan menentang perintah nabinya. Sikap yang benar adalah bertanya untuk diamalkan dan tunduk pada perintah nabi. Maka orang yang sekedar banyak bertanya, bukti akan kelemahan agamanya dan tidak wara’-nya. Diantara dampak jelek banyak bertanya adalah timbulnya perpecahan.
Share:

Sample Text

Copyright © Lentera Islam .NET - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com