Lentera Islam - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W.

Larangan keras mengucapkan selamat natal bagi muslim - Kajian Islam

Lentera Islam


Lentera Islam .NET - Kajian Islam - Larangan keras mengucapkan selamat natal bagi muslim - Pertanyaan mengenai bagaimana Hukumnya mengucapkan selamat Natal bagi Muslim kepada Nasrani.

Tidak Boleh, Orang Muslim harus Ingkar Munkar.
Orang-orang Muslim yang mengatakan bahwasannya Boleh saja mecungapkan Selamat Natal, Saya Berani Sumpah Ikhwa, bahwa Orang ini tidak mempunyai ilmu Agama dan Imannya masih sangat tipis.

Mengucapkan Selamat Natal kepada Orang Nasrani sama halnya Muslim Mengatakan "Selamat Allah Punya Anak".

Bagaimana bisa Anda berani mengucapkan Bahwa Allah punya Anak?
Itu kalimat yang sangat berat, Tidak Boleh karena tidak ada sekutu bagi Allah, Tidak beranak dan tidak di peranakkan, dan Allah telah mengkafirkan orang-orang Nasrani dalam Surat Al-maidah ayat 73:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

Tidak boleh, mengucapkan selamat, artinya mengucapkan selamat atas keyakinan kalian yang Allah sudah Cap mereka Kafir dengan Keyakinan itu.

Bagaimana bisa dikatakan untuk menjaga hubungan dengan mereka?
Jika Anda menjaga hubungan dengan orang Non Muslim/Nasrani dengan berteman, bertetangga, Partner bisnis, begitu.
Orang tua kita yang Kafir tetap kita bersilaturahmi, tetap berbakti kepadanya, kerabat-kerabat yang masih nonmuslim kita silaturahim, jenguk jika sakit, membantu mereka yang miskin, itu boleh. Islam tidak melarang itu.

Tapi jangan sama sekali berhubungan dengan masalah keyakinan dan ibadah mereka, gak boleh memang dalam masalah ibadah.

Berikut ini adalah sebab turunnya Surat Al-kafirun, Al-mughirah telah datang kepada Nabi Muhammad S.A.W, mengatakan:

Muhammad, Mekah kita bagi dua saja, Sehari untukmu dan Sehari untuk kami"
"Coba jelaskan lagi, saya belum paham" jawab Nabi S.A.W 
Dan Kata dia "Sehari Muhammad, Kau dukung Ibadah kami, Kau ucapkan selamat kepada kami, Kau ikuti Ajaran agama Kami. Dan sehari lagi besok kami dukung agamamu, kami ucapkan selamat kepadamu, kami dukung Agamamu"
"Sehari-sehari? Supaya adil? Tidak boleh" Jawab Nabi S.A.W
Kata dia "Wahai Muhammad, Sehari untuk kami, dukung kami, ucapkan selamat untuk kami, ikuti ritual kami, seminggu untuk Kamu, 
"Tidak Boleh" Kata Nabi S.A.W
"Muhammad, Sehari untuk kami, sebulan untuk Kamu" 
 "Tidak Boleh" 
"Muhammad, Sehari untuk kami, setahun untuk Kamu" 
 "Tidak Boleh" Kata Nabi S.A.W
"Terakhir ya Muhammad, Sehari untuk kami, seumur hidup untuk Kamu. Sehari dukung kami, ikuti ritual kami, beri selamat untuk kami" 
 Nabi S.A.W tetap berkata "Tidak Boleh" 

Lalu Malaikat Jibril datang pada saat itu membawa Surat Al-kafirun:



Jika anda berkata, itukan hanya Kata-kata, gak masalah.
Hati-hati, kata-kata bisa membuat Anda murtad. bisa masuk neraka.

Sadarkah anda dengan satu kalimat yang apabila anda katakan dengan keyakinan dalam hati, maka semenit kemudian anda meninggal dapat membuat anda masuk neraka?
Apabila anda mengayakan "Anda murtad", memang dari hati ingin keluar dari islam, lalu semenit kemudian Malaikat Mau mencabut nyawa Anda. masuk neraka anda.

Kalimat, ini hanya kata-kata, bahaya.

Mungkin anda sudah mengetahui Dialog antara Muslim dan nasrani di amerika.
Si nasrani mengatakan "Mengapa kamu tidak mengucapkan Kalimat natal untukk saya? inikan hanya Kata-kata"
Kata si Muslim "Apakah kamu Syahadat?"
"Gak"
"Kenapa kamu tidak Syahadat?" Tanya Si Muslim
Lalu nasrani menjawab "Jika saya Syahadat, maka saya meninggalkan agama saya" 
"Loh kan itu hanya kata-kata, sama." Kata si Muslim

Jika anda ingin berteman, bertetangga, silahkan. tapi jangan Dukung ibadahanya, Tidak boleh.
Hati-hati saudaraku.

Semoga dengan adanya artikel ini, kita menjadi tau mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.


Jangan Lupa Share.

Semoga bermanfaat, Wassalam.
Share:

7 Golongan yang Mendapatkan Naungan Allah - Kajian Islam

Lentera Hikmah


Lentera Islam .NET - Kajian Islam - 7 Golongan yang Mendapatkan Naungan Allah.

Pada hari kiamat manusia dikumpulkan di padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatan yang telah dikerjakanya selama di dunia.

Kondisi pada saat itu sangatlah panas sekali, karena matahari didekatkan di atas kepala manusia dengan jarak satu mil. Ditambah manusia pada saat itu dalam keadaan tak beralas kaki, tidak berkhitan dan tidak mengenakan pakaian.

Namun berkat rahmat Allah ta'ala ada sekelompok manusia yang akan dinaungi oleh Allah ta'ala dari panasnya terik matahari saat itu.
.
Disebutkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan ‘Arsy Allah Ta’ala dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan Allah Ta’ala. Yaitu:

1. Pemimpin yang adil
2. Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta’ala
3. Seorang yang hatinya senantiasa bergantung di masjid
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah Ta’ala. Mereka berkumpul karena Allah dan mereka pun berpisah juga karena Allah Ta’ala.
5. Seorang yang diajak wanita untuk berbuat yang tidak baik, dimana wanita tersebut memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia mampu mengucapkan, “Sungguh aku takut kepada Allah”.
6. Seorang yang bersedekah dan dia sembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
7. Seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian sehingga kedua matanya meneteskan air mata."

Inilah 7 Golongan yang Mendapatkan Naungan Allah.
Semoga kita termasuk dari mereka. Aamiin ...

Wallahu A'lam, Semoga Bermanfaat.

Share:

Tentang kalimat, "Dunia itu kebun akhirat".

Apakah kalimat ini hadits?
الدنيا مزرعة الاخرة

Jawaban:
ونقل عن السخاوي أنه قال: لم أقف عليه. وذكر الملا علي القاري أن معناه صحيح يقتبس من قوله تعالى: مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ {الشورى:20}.

diriwayatkan bahwa Imam as-Sakhawi berkata:
"Saya tidak menemukannya (sebagai hadits)".
Imam al-Mulla 'Ali al-Qari berkata:
"Maknanya shahih. Terinspirasi dari firman Allah Swt, "Siapa yang menginginkan kebun akhirat, maka Kami tambah kebunnya". (Qs. as-Syura: 20).
Share:

Shalat Witir 2 : 1, adakah dalilnya?




عن ابن عمر رضي الله عنهما أنه كان يفصل بين شفعه ووتره بتسليمة ، وأخبر أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يفعل ذلك . قال الحافظ في الفتح (2/482) : إسناده قوي .
Abdullah ibn Umar memisahkan antara 2 rakaat (syaf’) dan 1 rakaat witir, masing-masing satu salam. Abdulah ibn Umar memberitahukan bahwa Rasulullah Saw melakukan seperti itu.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata,  “Sanadnya kuat”.
Syaikh  Muhammad Shalih al-Munajjid berkata,
وهذا الحديث يدل على أن المراد بالشفع الركعتان قبل ركعة الوتر .
Hadits ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan syaf’ adalah shalat 2 rakaat sebelum shalat witir 1 rakaat.

Adapun shalat witir 3 rakaat 1 salam:
ما رواه الحاكم من حديث عائشة أنه كان - صلى الله عليه وسلم - يوتر بثلاث لا يقعد إلا في آخرهن . وروى النسائي من حديث أبي بن كعب نحوه ، ولفظه يوتر بسبح اسم ربك الأعلى وقل يا أيها الكافرون وقل هو الله أحد ولا يسلم إلا في آخرهن
Rasulullah Saw shalat witir 3 rakaat, beliau duduk tasyahud hanya di akhir saja”.
Riwayat al-Hakim dari Aisyah.
Rasulullah Saw shalat Witir 3 rakaat. Rakaat pertama membaca surat al-A’la. Rakaat kedua membaca al-Kafirun. Rakaat ketiga membaca al-Ikhlas.
Salam pada rakaat terakhir saja (satu kali tasyahud)
Share:

Shalat Sunnat Lagi Setelah Witir, bolehkan ?




مسلم من طريق أبي سلمة عن عائشة أنه - صلى الله عليه وسلم - كان يصلي ركعتين بعد الوتر وهو جالس
“Rasulullah Saw shalat dua rakaat setelah Witir. Beliau shalat dalam keadaan duduk”.
Hadits riwayat Muslim, dari Aisyah ra.
Makna hadits ini menurut Imam an-Nawawi:
وحمله النووي على أنه - صلى الله عليه وسلم - فعله لبيان جواز التنفل بعد الوتر وجواز التنفل جالسا
Boleh shalat sunnat lagi setelah shalat Witir.
Boleh shalat sunnat dalam keadaan duduk.
Share:

SHALAT TARAWIH 4 RAKA’AT 1 SALAM



Menurut Empat Mazhab:
Mazhab Hanafi : Terhitung dua rakaat.
Mazhab Hanbali : Sah, tapi makruh.
Mazhab Maliki : Sah, tapi makruh karena meninggalkan sunnah tasyahud dan salam setiap dua rakaat.
Mazhab Syafi’i : BATAL.
Sumber: al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, Syaikh Abu Bakr al-Jazairi, juz.I, hal.525)
Teks lengkap:
          الحنفية قالوا : إذا صلى أربع ركعات بسلام واحد نابت عن ركعتين اتفاقا وإذا صلى أكثر من أربع بسلام واحد اختلف التصحيح فيه فقيل : ينوب عن شفع من التراويح وقيل : يفسد
           الحنابلة قالوا : تصح مع الكراهة وتحسب عشرين ركعة
           المالكية قالوا : تصح وتحسب عشرين ركعة ويكون تاركا لسنة التشهد والسلام في كل ركعتين . وذلك مكروه
           الشافعية قالوا : لا تصح إلا إذا سلم بعد كل ركعتين فإذا صلاها بسلام واحد لم تصح سواء قعد على رأس كل ركعتين أو لم يقعد فلا بد عندهم من أن يصليها ركعتين ركعتين ويسلم على رأس كل ركعتين
(الفقه على المذاهب الأربعة: 1/525)

:
Fatwa Syekh ‘Athiyyah Shaqar Mufti Al-Azhar:
روى البخارى وغيره عن السيدة عائشة رضى اللَّه عنها أن النبى صلى الله عليه وسلم ما كان يزيد فى رمضان ولا فى غيره على إحدى عشرة ركعة، يصلى أربعا فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ، ثم يصلى أربعا فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ، ثم يصلى ثلاثا .
وقولها : " يصلى أربعا " لا ينافى أنه كان يسلم من ركعتين ، وذلك لقول النبى صلى الله عليه وسلم " صلاة الليل مثنى مثنى" .
Imam al-Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Aisyah: “Rasulullah Saw tidak pernah menambah di dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat”.
Ucapan Aisyah: “Rasulullah Saw shalat empat rakaat”, ini tidak menafikan bahwa Rasulullah Saw itu salam pada setiap dua rakaat”. Ini berdasarkan ucapan Rasulullah Saw: “Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat”.
(Sumber: Fatwa al-Azhar: 8/464).



Fatwa Syekh Abdul Aziz bin Baz (Mufti Saudi Arabia):
ما كان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يزيد في رمضان ولا في غيره على إحدى عشرة ركعة ، يصلي أربعا فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ، ثم يصلي أربعا فلا تسأل عن حسنهن وطولهن ، ثم يصلي ثلاثا متفق عليه .
وقد ظن بعض الناس أن هذه الأربع تؤدى بسلام واحد ، وليس الأمر كذلك ، وإنما مرادها أنه يسلم من كل اثنتين كما ورد في روايتها السابقة ، ولقوله - صلى الله عليه وسلم - : صحيح البخاري الصلاة (460),صحيح مسلم صلاة المسافرين وقصرها (749),سنن الترمذي الصلاة (461),سنن النسائي قيام الليل وتطوع النهار (1694),سنن أبو داود الصلاة (1421),سنن ابن ماجه إقامة الصلاة والسنة فيها (1175),مسند أحمد بن حنبل (2/78),موطأ مالك النداء للصلاة (269),سنن الدارمي الصلاة (1458). صلاة الليل مثنى مثنى ولما ثبت أيضا في الصحيح من حديث ابن عباس أنه عليه الصلاة والسلام كان يسلم من كل اثنتين.

“Rasulullah Saw tidak pernah menambah di dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Sebagian orang menyangka bahwa empat rakaat tersebut satu salam, tidaklah demikian, maksudnya adalah bahwa salam setelah selesai dua rakaat, sebagaimana yang telah disebutkan dalam riwayat di atas dan berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat”. Juga berdasarkan hadits shahih dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw salam setiap selesai dua rakaat”.
(Sumber: Majmu’ Fatawa Ibn Baz: 11/374-375).

Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin (Ulama Saudi Arabia) :
ففي حديث عائشة تقول: (يصلي أربعاً) فهل يسردها؟ فهم بعض الناس أن المعنى أنه يسردها، فصار يسرد اربعاً بسلام واحد وتشهد واحد، ثم يصلي أربعاً بتشهد واحد وسلام واحد، ثم يصلي ثلاثاً بتشهد واحد وسلام واحد. وهذا وإن كان اللفظ محتملاً له، لكن ينبغي لطالب العلم أن يكون أفقه واسعاً، وأن يجمع بين أطراف الأدلة حتى لا تتناقض ولا تتنافى، فهذا الظاهر الذي هو كما قلنا يعارضه قول النبي صلى الله عليه وسلم حين سئل عن صلاة الليل قال: "مثنى مثنى"(1) وعلى هذا فيحمل قولها يصلي اربعاً على أنه يصلي أربعاً بتسليمتين، لكنه يستريح بعد الأربع، ثم يستأنف الأربع الأخرى بدليل قولها: "يصلي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي" وثم في اللغة العربية تفيد التراخي، وعلى هذا فيكون المعنى أنه يسلم من ركعتين، ثم من ركعتين، ثم يستريح، ثم يأتي بركعتين، ثم ركعتين، ثم يستريح، ثم يأتي بالثلاث.
Dalam hadits riwayat Aisyah disebutkan: “Rasulullah Saw shalat empat rakaat”. Apakah beliau melaksanakannya langsung? Ada sebagian orang yang memahami bahwa maknanya Rasulullah Saw melaksanakannya langsung empat rakaat dengan satu salam dan satu tasyahud, kemudian Rasulullah Saw shalat lagi empat rakaat langsung dengan satu tasyahud dan satu salam, kemudian shalat lagi tiga rakaat dengan satu tasyahud dan satu salam. pendapat ini, meskipun mengandung makna demikian, akan tetapi penuntut ilmu mesti memahami dengan pemahaman fiqh yang luas, menggabungkan dari semua dalil, agar tidak saling kontradiktif dan saling menafikan. Ini terlihat jelas bertentangan dengan hadits lain yang menyebutkan: “Shalat malam itu dua rakaat – dua rakaat”. Dengan demikian maka makna ucapan Aisyah: “Rasulullah Saw shalat empat rakaat”, maknanya: Rasulullah Saw shalat empat rakaat dengan dua salam, akan tetapi Rasulullah Saw duduk istirahat setelah empat rakaat, kemudian Rasulullah Saw memulai empat rakaat berikutnya dengan dalil ucapan Aisyah: “Rasulullah Saw shalat empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Rasulullah Saw shalat”. Kata tsumma (kemudian) dalam kaedah bahasa Arab mengandung makna at-Tarakhi (dilaksanakan kemudian). Dengan demikian maka maknanya bahwa Rasulullah Saw mengucapkan salam setelah dua rakaat, kemudian salam lagi setelah dua rakaat, setelah itu Rasulullah Saw duduk istirahat. Kemudian shalat lagi dua rakaat, kemudian shalat lagi dua rakaat, kemudian duduk istirahat. Kemudian shalat lagi tiga rakaat.
(Sumber:  Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin: 14/104).

وهنا مسألة وهي: أن بعض الناس فهم من حديث عائشة رضي الله عنها حين سئلت كيف كانت صلاة النبي صلى الله عليه وسلم في رمضان؟ فقالت: "ما كان يزيد في رمضان ولا غيره على إحدى عشرة ركعة، يصلي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي ثلاثاً"(3). حيث ظن أن الأربع الأولى بسلام واحد، والأربع الثانية بسلام واحد، والثلاث الباقية بسلام واحد. ولكن هذا الحديث يحتمل ما ذكر، ويحتمل أن مرادها أنه يصلي أربعاً ثم يجلس للاستراحة واستعادة النشاط، ثم يصلي أربعاً وهذا الاحتمال أقرب أي أنه يصلي ركعتين ركعتين، لكن الأربع الأولى يجلس بعدها ليستريح ويستعيد نشاطه، وكذلك الأربع الثانية يصلي ركعتين ركعتين ثم يجلس ليستريح ويستعيد نشاطه. ويؤيد هذا قوله عليه الصلاة والسلام: "صلاة الليل مثنى مثنى"(1). فيكون في هذا جمع بين فعله وقوله صلى الله عليه وسلم، واحتمال أن تكون أربعاً بسلام واحد وارد لكنه مرجوح لما ذكرنا من أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "صلاة الليل مثنى مثنى".
Ada suatu masalah: ada sebagian orang memahami hadits Aisyah ketika beliau ditanya tentang bagaimana shalat Rasulullah Saw di dalam bulan Ramadhan? Aisyah menjawab: “Rasululllah Saw tidak pernah menambah di dalam bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat”. Sebagian orang menyangka bahwa 4 rakaat itu satu salam. kemudian 4 rakaat satu salam. kemudian 3 rakaat satu salam. hadits ini mengandung makna bahwa Rasulullah Saw shalat 4 rakaat, kemudian beliau duduk istirahat dan untuk mempersiapkan kekuatan. Demikian juga 4 rakaat berikutnya. Rasulullah Saw shalat dua rakaat-dua rakaat, kemudian duduk untuk istirahat dan untuk mempersiapkan kekuatan. Ini didukung hadits: “Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat”. Dengan demikian digabungkan antara perbuatan dan ucapan Rasulullah Saw. Kemungkinan bahwa Rasulullah Saw shalat empat rakaat satu salam, pendapat itu marjuh (lemah) berdasarkan yang telah kami sebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Shalat malam dua rakaat-dua rakaat”.
(Sumber:  Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin: 14/104).


4 rakaat 1 salam TIDAK SUNNAH
ولا يجوز له أن يقرن بين الركعات، يعني بمعنى: أن يصلي أربعاً جميعاً وأربعاً جميعاً؛ لأن هذا ليس من السنة، بل قال النبي صلى الله عليه وسلم: (صلاة الليل مثنى مثنى)، ثم إنه قد يشق على الناس إذا جمع أربع ركعات جميعا
Tidak boleh menggabungkan 4 rakaat, artinya: shalat empat rakaat sekaligus, karena ini tidak sesuai Sunnah. Rasulullah Saw bersabda: “Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat”. Empat rakaat itu terkadang memberatkan bagi sebagian orang.
(Sumber: Fatwa Syekh Ibnu ‘Utsaimin dalam Liqa’at Bab al-Maftuh: 22/174).

4 rakaat 1 salam GAGAL FAHAM
لكن قد يقول قائل: ما تقولون في حديث عائشة : (كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يزيد في رمضان ولا غيره على إحدى عشرة ركعة، يصلي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي ثلاثاً)؟نقول: هي حكت عدد القيام أنه إحدى عشرة، ثم فصلت فقالت: أربع وأربع وثلاث، ومعنى ذلك: أنه إذا صلى أربعاً توقف، ثم صلى أربعاً، هذا هو المتعين، ولا يمكن أن يحمل على أنها أربع مسرودة لوجهين: الوجه الأول: أن هذا الإجمال الذي حصل في حديث عائشة فصل من عائشة رضي الله عنها نفسها: (أنه كان يصلي ركعتين ثم ركعتين ثم ركعتين ثم ركعتين ثم ثلاث). ثانياً: أن الرسول عليه الصلاة والسلام نفسه قال: (صلاة الليل مثنى مثنى) ومن فهم من بعض الناس أنه يجمع الأربع فقد فهم خطأً، ولم يجمع بين النصوص.
Akan tetapi jika ada seseorang yang bertanya: Apa pendapat anda tentang hadits riwayat Aisyah: “Rasulullah Saw tidak pernah menambah di dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat.
Kami jawab: Aisyah bercerita tentang jumlah shalat Rasulullah Saw, 11 rakaat. Kemudian Aisyah merincikannya: empat rakaat-empat rakaat dan tiga rakaat. Artinya: Rasulullah Saw shalat 4 rakaat, kemudian beliau berhenti. Kemudian shalat 4 rakaat. Demikianlah maknanya. Tidak mungkin memahaminya bahwa Rasulullah Saw shalat 4 rakaat sekaligus, karena dua jawaban:
Pertama, pemahaman umum yang difahami dari hadits Aisyah di atas diperincikan hadits Aisyah yang lain: “Rasulullah Saw shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian tiga rakaat”.
Kedua, Rasulullah Saw bersabda: “Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat”. Siapa yang memahami bahwa ia menggabungkan empat rakaat, maka ia telah keliru dan ia tidak menggabungkan antara beberapa teks hadits.
(Sumber: Fatwa Syekh Ibnu ‘Utsaimin dalam Liqa’at Bab al-Maftuh: 22/174).
Share:

Anak Kecil Shalat di Masjid.




يجوز صلاة الصبي المميِّز في أثناء الصف بعد أن يؤدَّب ويعلم احترام المسجد والمصلين بشرط الأمن من العبث ، وبشرط الطهارة الكاملة ، والأولى أن يكون الصبيان خلف الرجال إلا إذا خيف من اجتماعهم كثرة اللعب والضحك الذي يشوش على المصلين فالواجب تفريقهم ، فأما من دون التمييز فلا يُمكَّنون من دخول المسجد وقت الصلاة أو أثناء الخطبة فإنهم لا يعرفون حرمة المسجد .
Boleh hukumnya anak kecil yang telah mumayyiz (dapat membedakan baik dan buruk) berada di tengah shaf, jika anak tersebut telah dididik dan diajarkan memuliakan masjid, dengan syarat: aman dari kesia-siaan dan suci secara sempurna.
Lebih utama jika anak-anak kecil itu berada di belakang laki-laki dewasa, kecuali jika perkumpulan mereka itu dikhawatirkan menyebabkan mereka banyak bermain dan tertawa sehingga mengganggu orang yang shalat, maka mereka wajib dipisah.
Adapun anak yang belum sampai usia tamyiz (tidak dapat membedakan baik dan buruk, maka mereka tidak diberi kesempatan untuk masuk masjid, baik ketika shalat sedang berlangsung atau ketika khutbah, karena mereka tidak mengerti kemuliaan masjid.
Sumber:
الكتاب : فتاوى إسلامية لأصحاب الفضيلة العلماء
سماحة الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز
فضيلة الشيخ محمد بن صالح بن عثيمين
فضيلة الشيخ عبدالله بن عبدالرحمن الجبرين
إضافة إلى اللجنة الدائمة وقرارات المجمع الفقهيالمحقق : محمد بن عبدالعزيز المسند
Kumpulan Fatwa Para Ulama:
Syaikh Abdul Aziz ibn Baz
Syaikh Muhammad Shalih ibn ‘Utsaimin
Syaikh Abdullah ibn ‘Abdirrahman al-Jibrin
Juz.I, hal.432.
Share:

Sample Text

Copyright © Lentera Islam .NET - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com