Lentera Islam - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W.

AGAMA BAHA'I, mengapa?



Dalam buku AGAMA BAHA’I, pada halaman 7 ada gambar, tertulis di bawah gambar tersebut: MAKAM SANG BAB. Apa dan Siapakah BAB itu?
BAB artinya pintu. Karena dialah satu-satunya pintu menuju Imam Mahdi.
BAB itu adalah gelarAli bin Muhammad Ridha as-Syirazi.
Ia lahir di Syiraz Iran pada tahun 1819M.
(Sumber: Muhadharat fi al-Milal wa an-Nihal, DR.Muhammad Mushthafa as-Syinnawi dan DR.Khalid Ibrahim Hasballah, Mesir 1998, hal.283).
Pada awalnya ia mengaku sebaga BAB, pintu menuju Imam Mahdi.
Pada fase selanjutnya, ia mengaku nabi, BAB; pintu yang menyampaikan kepada Allah.
Akhirnya ia mengaku Allah bersemayam dalam dirinya.
(Sumber: al-Babiyyah wa al-Baha’iyyah fi al-Mizan, hal.51).

Apakah hubungan BAHA’I dengan BAB?
Setelah Ali bin Muhammad Ridha as-Syirazi yang bergelar BAB mati, maka murid-muridnya terpecah menjadi tiga:
PERTAMA: Pengikut BAB yang tetap berpegang pada wasiat Ali bin Muhammad Ridha as-Syirazi.
KEDUA: Pengikut Yahya Ali an-Nuri al-Mazandarani bergelar Shubh Azal.
KETIGA: Pengikut Husain an-Nuri al-Mazandarani bergelar Baha’ullah. Pengikutnya disebut BAHA’I.
Mereka saling mengkafirkan. Meskipun Yahya Ali an-Nuri al-Mazandarani adalah saudara kandung Husain an-Nuri al-Mazandarani (Baha’ullah), tapi ia mengkafirkan Baha’ullah dan pengikutnya dengan sabdanya:
خذوا ما أظهرنا بقوة وأعرضوا عن الإثم لعلكم ترحمون إن الذين يتخذون العجل من بعد نور الله أولئك هم المشركون
“Lawanlah kenyataan yang terjadi di tengah-tengah kita dengan kekuatan. Tolaklah dosa, mudah-mudahan kamu mendapat rahmat. Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu sebagai tuhan setelah cahaya Allah, mereka itu adalah orang-orang yang musyrik”.
Yahya Ali an-Nuri al-Mazandarani menyamakan Baha’ullah seperti Samiri yang telah menyesatkan Bani Israil dengan membuat patung anak lembu.
(Sumber: Fitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.13).

Apakah BAHA’I itu?
تعريف البهائية:
ديانة منحرفة أسستها طائفة خرجت في إيران ، جعلت لها كتاباً بدل القرآن سموه: البيان , وكتابا آخر اسمه: الأقدس , وهم يعتقدون أن البيان والأقدس أفضل من القرآن، وإنهما ناسخان له
Definisi Baha’i.
Baha’i adalah agama menyimpang yang didirikan oleh suatu kelompok di Iran. Kelompok ini membuat kitab suci pengganti al-Qur’an, mereka sebut dengan al-Bayan. Satu lagi kitab al-Aqdas. Mereka meyakini bahwa al-Bayan dan al-Aqdas lebih utama daripada al-Qur’an. Al-Bayan dan al-Aqdas telah menghapus al-Qur’an.
(Prof. DR. Thal’at Zahran as-Sakandari, al-Baha’iyyah, hal.20).

Mengapa Istana BAHA’I bisa ada di ISRAEL?
Konflik saudara kandung (Yahya Ali an-Nuri al-Mazandarani bergelar Shubh Azal dan
Husain an-Nuri al-Mazandarani bergelar Baha’ullah). Shubh Azal pernah berusaha meracun Baha’ullah dan Baha’ullah pula melakukan percobaan pembunuhan terhadap Shubh Azal. Akhirnya, Shubh Azal diasingkan ke Cyprus, sedangkan Baha’ullah diasingkan ke ‘Akka Palestina. Shubh Azal mati di Cyprus. Kepemimpinan ia wasiatkan kepada puteranya yang akhirnya masuk Kristen, pengikutnya pun terpecah. Sedangkan Baha’ullah di ‘Akka lebih beruntung, ia mendapatkan bantuan dari Zionis Israel. Mereka membuatkan istana megah untuknya, disebut Istana al-Bahjah. Di sanalah dimakamkan Baha’ullah. Kaum Baha’i menjadikannya kiblat ritual dan berhaji. Terlihat jelas campur tangan asing dalam Baha’i.
(Sumber: Fitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.13).

Bagaimanakah akhir hayat BAHA’ULLAH?
Di akhir hayatnya, Allah menjadikannya sebagai pelajaran, ia tertimpa penyakit GILA. Ia menutup wajahnya dengan kain seperti wanita, agar para pengikutnya tidak bisa melihatnya, hingga membuat anak tertuanya bernama Abbas Affandi Abdul Baha’ mengurungnya agar tidak dilihat orang banyak karena ia dalam kondisi GILA. Akhirnya ia menderita demam panas di seluruh tubuhnya. Sampai akhirnya, setelah penderitaan panjang itu, Allah membinasakannya pada bulan Mei 1892M.
(Sumber: Fitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.16).


Bagaimanakah perkembangan BAHA’I setelah kematian Baha’ullah?
Selanjutnya kepemimpinan Baha’i dipimpin oleh Abbas Affandi Abdul Baha’.

Apakah Sikap BAHA’I terhadap penjajahan ISRAEL terhadap Palestina?
Jelas terlihat dukungan BAHA’I terhadap ISRAEL, bisa dilihat dalam pidato Abbas Affandi:
وفي هذا الزمان وفي تلك الدورة سيجتمع بنو إسرائيل في الأرض المقدسة ويمتلكون الأراضي والقرى ويسكنون فيها ويزدادون تدريجيا إلى أن تصير فلسطين كلها وطنا لهم
“Pada masa ini, pada fase tersebut, bangsa Israel akan berkumpul di tanah suci, mereka akan menguasai dan memiliki tanah-tanah dan desa-desa. Mereka akan mendiaminya. Secara perlahan-lahan mereka akan terus bertambah hingga seluruh Palestina akan menjadi negeri Israel”.
(Sumber: Fitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.17).
Bagaimanakah ‘AQIDAH BAHA’I?
Mereka meyakini bahwa tuhan bersemayam dalam diri para pendiri mereka. Ini jelas dalam ucapan Baha’ullah saat mewasiatkan kepemimpinan kepada Abbas Afandi dengan berfirman
من الله العزيز الحكيم إلى الله اللطيف الخبير
“Dari Allah Yang Maha Kuasa dan Bijaksana kepada Allah Yang Maha Lembut dan Mengetahui”. Maksudnya: dari Baha’ullah kepada Abbas Affandi. Karena mereka meyakini tuhan bersemayam dalam diri mereka.
(Sumber: Fitnah al-Baha’iyyah, Abu Hafsh Ahmad bin Abdissalam as-Sakandari, hal.16).
Dalam kitab suci mereka  al-Aqdas disebutkan:
"من عرفني فقد عرف المقصود ، ومن توجه إلي فقد توجه إلى المعبود‍".
“Siapa yang mengenal aku (Baha’ullah), maka ia telah mengenal yang dimaksud.
Siapa yang menghadap kepadaku, maka ia telah menghadap kepada yang disembah”.

BAHA’I meyakini semua agama benar.
Inilah yang membuat mereka bisa diterima semua golongan, karena memberikan pembenaran. Abbas Affandi Abdul Baha’ mengajarkan pluralisme agama. Ia berkata dalam al-Khithabat Abd al-Baha’, pidatonya  halaman 99:
اعلم أن الملكوت ليس خاصا بجمعية مخصوصة فإنك يمكن أن تكون بهائيا مسيحيا وبهائيا ماسونيا وبهائيا يهوديا وبهائيا مسلما
“Ketahuilah bahwa kuasa tuhan tidak hanya khusus pada kelompok tertentu, Anda bisa menjadi seorang Baha’i Kristen, Baha’i Freemasonry, Baha’i Yahudi dan Baha’i Muslim”.

BEBERAPA PENYIMPANGAN BAHA’I,
disebutkan Prof.DR.Thal’at Zahran as-Sakandari dalam al-Baha’iyyah:
·         Tidak boleh shalat berjamaah. Kecuali shalat jenazah. Ritual ibadah mereka hanya tiga kali saja; shubuh, zhuhur dan sore. Setiap satu ritual terdiri dari tiga rakaat, caranya tidak ditentukan, dilaksanakan secara bebas.
·         Arah kiblat ke istana al-Bahjah di ‘Akka di Palestina.
·         Wudhu’ hanya pada wajah dan tangan dengan air bunga mawar dengan mengucapkan: Bismillah al-Athhar al-Athhar sebanyak lima kali.
·         Tidak ada najis dan junub. Karena semua orang yang meyakini BAHA’I maka ia telah suci.
·         Mengagungkan angka 19.
·         Puasa hanya 19 hari dalam setahun. Dari tanggal 2 sampai 21 Maret. Disebut dengan bukan al-‘Ala’, akhir bulan Baha’i.
·         Zakat sebanyak 19% dari total harta.
·         Haji ke makam Baha’ullah di istana al-Bahjah di ‘Akka.
·         Tidak ada hukuman.
·         Boleh menikah bagi pasangan homo dan lesbi. Ini yang membuat BAHA’I diterima di Eropa yang memang masyarakat sakit.
·         Mengharamkan hijab bagi wanita. Oleh sebab itu di buku AGAMA BAHA’I banyak sekali gambar wanita tidak menutup aurat.
·         Mengharamkan jihad. Itulah rahasia mengapa mereka mendapatkan bantuan dan support dari barat dan Israel.
·         Menyatakan kenabian para tokoh seperti Sidarta Gautama, Konghucu, Zaratusta dan para filosof India, Cina dan Persia.
·         Mengingkari mukjizat para nabi.
·         Membolehkan nikah mut’ah (nikah kontrak).
·         Agama BAHA’I menghapus syariat nabi Muhammad Saw.
·         Kitab al-Aqdas lebih hebat daripada al-Qur’an.
·         Wahyu masih terus ada, tidak terputus, karena makna Khatam adalah hiasan, bukan penutup.
·         Tidak boleh berzikir. Dalam kitab al-Aqdas disebutkan:
o   ليس لأحد أن يحرك لسانه ويلهج بذكر الله أمام الناس ، حين يمشي في الطرقات والشوارع
·         “Tidak seorang pun boleh menggerakkan lidahnya atau menyibukkan diri berzikir mengingat Allah di hadapan manusia, ketika berjalan di jalan dan pasar”.
·         Tidak percaya kepada surga dan neraka.
·         Tidak percaya kepada malaikat dan jin.
·         Tidak percaya kepada alam barzakh. Menurut mereka, makna barzakh itu adalah fase antara nabi Muhammad Saw dan BAB.

Apakah Fatwa ULAMA tentang BAHA’I?
نص فتوى دار الإفتاء بالأزهر :
" بسم الله ، والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله ، وبعد:...
فالبهائية فرقة مرتدة عن الإسلام ، لا يجوز الإيمان بها ، ولا الاشتراك فيها ، ولا السماح لها بإنشاء جمعيات أو مؤسسات ؛ لأنها تقوم على عقيدة الحلول ، وتشريع غير ما أنزل الله ، وادعاء النبوة ، بل والألوهية ، وهذا ما أفتى به مجمع البحوث الإسلامية في عهد الشيخ جاد الحق ، وأقره المجمع الحالي .
Teks Fatwa Darul Ifta’ (Lembaga Fatwa) di Al-Azhar, Mesir.
Bismillah, walhamdulillah, shalawat dan salam kepada Rasulullah Saw, amma ba’du:
Adapun Baha’i adalah kelompok murtad dari agama Islam. Tidak boleh mempercayainya. Tidak boleh bergabung dengan kelompok ini. Tidak boleh memberikan izin pendirian persatuan atau lembaga untuk kelompok ini. Karena kelompok ini berdiri atas dasar ‘aqidah al-Hulul (tuhan menempati makhluk/Baha’ullah). Menetapkan syariat selain yang diturunkan Allah. Menyatakan kenabian. Bahkan menyatakan diri sebagai tuhan. Demikian fatwa Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah (Lembaga Riset Islam) pada masa Syekh Jad al-Haq. Masih berlaku sampai sekarang.

يقول فضيلة الشيخ جاد الحق علي جاد الحق شيخ الأزهر السابق - رحمه الله - :
.. والبابية أو البهائية فكر خليط من فلسفات وأديان متعددة ، ليس فيها جديد تحتاجه الأمة الإسلامية لإصلاح شأنها وجمع شملها ، بل وضُح أنها تعمل لخدمة الصهيونية والاستعمار ، فهي سليلة أفكار ونحل ابتليت بها الأمة الإسلامية حربا على الإسلام وباسم الدين " ا.هـ .
Syekh Jad al-Haq Ali Jad al-Haq Pimpinan Tertinggi (Grand Syekh) lembaga al-Azhar berkata:
Al-Babiyah atau Baha’i adalah pemikiran yang menggabungkan antara filsafat dan pluralisme agama. Di dalamnya tidak ada hal baru yang dibutuhkan ummat Islam untuk memperbaiki ummat Islam dan untuk menyatukan ummat Islam. Bahkan jelas bahwa Baha’i bekerja untuk Zionis Israel dan penjajahan. Baha’i adalah aliran pemikiran dan sekte yang menjadi ujian bagi ummat Islam, memerangi Islam dengan nama agama.
(Prof. DR. Thal’at Zahran as-Sakandari, al-Baha’iyyah, hal.22)

FATWA SYEKH ABDUL AZIZ IBNU BAZ MUFTI KERAJAAN SAUDI ARABIA:
فتوى الشيخ ابن باز مفتي المملكة السعودية - رحمه الله -: الذين اعتنقوا مذهب (بهاء الله) الذي ادعى النبوة ، وادعى أيضا حلول الله فيه ، هل يسوغ للمسلمين دفن هؤلاء الكفرة في مقابر المسلمين؟
Para pengikut Baha’i atau Baha’ullah yang mengaku nabi, ia juga menyatakan Hulullah (Allah bersemayam dalam dirinya). Apakah kaum muslimin boleh memakamkan mereka di pemakaman kaum muslimin?
فأجاب: إذا كانت عقيدة البهائية كما ذكرتم فلا شك في كفرهم وأنه لا يجوز دفنهم في مقابر المسلمين ؛ لأن من ادعى النبوة بعد نبينا محمد –صلى الله عليه وسلم- فهو كاذب وكافر بالنص وإجماع المسلمين ؛ لأن ذلك تكذيب لقوله تعالى: {مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ} (40) سورة الأحزاب ، ولما تواترت به الأحاديث عن رسول الله –صلى الله عليه وسلم- أنه خاتم الأنبياء لا نبي بعده ، وهكذا من ادعى أن الله سبحانه حال فيه ، أو في أحد من الخلق فهو كافر بإجماع المسلمين ؛ لأن الله سبحانه لا يحل في أحد من خلقه بل هو أجل وأعظم من ذلك ، ومن قال ذلك فهو كافر بإجماع المسلمين
Jawaban:
Jika aqidah Baha’i seperti yang kamu sebutkan, maka tidak diragukan lagi bahwa mereka itu kafir. Mereka tidak boleh dikuburkan di pemakaman kaum muslimin. Karena siapa yang menyatakan kenabian setelah nabi Muhammad Saw maka dia adalah pendusta dan kafir berdasarkan nash dan Ijma’ kaum muslimin. Karena perbuatan itu telah mendustakan firman Allah Swt, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Qs. al-Ahzab [33]: 40). Juga telah mengingkari hadits-hadits Mutawatir dari Rasulullah Saw bahwa Nabi Muhammad Saw adalah penutup para nabi. Tidak ada nabi lagi setelah nabi Muhammad Saw. Demikianlah, maka siapa yang menyatakan diri bahwa Allah Swt telah bersemayam dalam dirinya, atau pada salah satu dari makhluk-Nya, maka ia telah kafir berdasarkan Ijma’ Kaum muslimin. Karena Allah Swt tidak berdiam di dalam salah satu makhluk-Nya. Allah Swt Maha Agung dan Mulia dari sifat itu. Siapa yang menyatakan demikian, maka ia kafir berdasarkan Ijma’ kaum muslimin.
(Prof.DR.Thal’at Zahran as-Sakandari, al-Baha’iyyah, hal.22)
Share:

Mencium Hajar Aswad

Assalamu'alaikum Wr Wb
Ada seseorang ikut kajian ma'rifat namanya ustadz, katanya, mencium hajar aswad itu karena bentuk hajar aswad itu seperti bentuk kemaluan ibu kita. Apa benar demikian ustadz?

wa'alaikumussalam.
Bentuk hajar aswad itu seperti ini:

jadi, hajar aswad adalah batu kecil-kecil itu. yang ada tanda panah.
apa bentuk kemaluan ibu dia seperti itu, wallahu a'lam.
supaya batu-batu itu tidak copot, maka diikat dengan batu dan pin besi,
bentuknya seperti ini:
setelah diberi pin besi, maka jadilah bentuk hajar aswad itu sekarang seperti ini:

kebetulan kawan kamu yang ikut kajian ma'rifat itu ngeres otaknya, tapi sok tau, sok ngerti ma'rifat, akibat masa kecil tidak mau belajar agama. akhirnya dia mikir, jadilah kesimpulan dia yang aneh bin ajaib itu, mencium hajar aswad karena bentuknya seperti kemaluan perempuan. suruh dia taubat nasuha dan belajar islam yang benar.
kita mencium hajar aswad karena mengikuti sunnah Rasulullah Saw.
shahabat nabi setingkat Umar bin Khatthab pun hanya mampu berkata,
"Wahai batu, aku tahu engkau tidak bisa mendatangkan manfaat dan mudharat, kalaulah bukan karena Nabi Muhammad Saw menciummu, aku pun tidak mau menicummu".
wassalam

d
Share:

Komentar Terhadap Risalah Hj.Shaari Hj.Mohd. Yusof




Pada hari Sabtu 29 November 2014, salah seorang jamaah  memberikan satu risalah kepada saya berjudul Ilmu Ma’rifat Tok Kenali Kelantan, kumpulan tulisan Hj. Shaari Hj. Mohd Yusof. Saya diminta memberikan komentar atas risalah ini berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Komentar Saya:
Pertama, Tok Kenali adalah salah seorang ulama besar dari Kelantan (Malaysia), belajar agama Islam sampai ke Makkah al-Mukarramah. Semasa di Makkah, beliau satu angkatan dengan mufti kerajaan Indragiri (Riau) bernama Syekh Abdurrahman Shiddiq. Seorang peneliti dari Malaysia bernama Wan Mohd. Shaghir Abdullah ketika menulis biografi Syekh Abdurrahman Shiddiq ada menyebutkan, “Sahabatnya yang lain ialah Haji Abdullah Fahim (lahir 1286H/1869M, Tok Kenali (lahir 1287H/1871M)”. (Wan Modh. Shaghir Abdullah, Ulama Nusantara). Mereka adalah para ulama yang benar dalam menyampaikan risalah Islam ke negeri Melayu. Adapun ajaran yang diklaim sebagai Ma’rifat Tok Kenali ini tidak mungkin diajarkan seorang ulama besar seperti Tok Kenali, apalagi silsilah Hj.Shaari tidak jelas, pada halaman 20 dia sebutkan, “Datuk saya almarhum al-‘arif billah al-waliyullah Tok Awang sewaktu beliau menerima ilmu ini dari salah seorang anak murid Tok Kenali yang datang ke Penang dekat masjid Indai (kalau saya tidak salah). Tapi nama anak murid Tok Kenali ini kami anak cucu Tok Awang tak ingat namanya”. Dalam silsilah keilmuan Islam, amat sangat penting validitas data, dari mana ilmu itu diperoleh. Bahkan para ulama tarekat amat sangat menjaga silsilah guru-guru mereka, karena dalam dunia Tasauf dinyatakan,
من لا شيخ له فالشيطان شيخه
“Siapa yang tidak memiliki Syaikh (tidak berguru), maka setan lah gurunya”. (Ibnu ‘Ajibah, Iqazh al-Himam Syarh Matn al-Hikam, hal.57). Banyak orang memanfaatkan nama besar ulama untuk mengklaim kebenaran ajarannya. Ini terjadi pada Imam al-Ghazali, seseorang menulis kitab berjudul al-Aufaq, isinya mantra dan sihir, lalu ia nisbatkan kepada Imam al-Ghazali, ternyata itu palsu. Itu juga terjadi pada Imam as-Suyuthi, ada kitab berjudul al-Kibrit al-Ahmar, kitab mantra dan sihir sesat, dinisbatkan kepada Imam as-Suyuthi, untuk mempengaruhi masyarakat awam yang haus ilmu tapi jahil, mudah terpedaya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan memberikan mereka hidayah ke jalan yang benar. Amin.

 Kedua, Hj. Shaari Hj.Mohd Yusof banyak sekali menulis hadits palsu,
Pada halaman 28, Shaari menulis: “Dalam hadis “ana araftu Rabbi Birabbi” (aku mengenal tuhan dengan tuhanku”.
Padahal ini bukan hadits, ini adalah ucapan Dzun Nun al-Mishri.
Demikian disebutkan  Imam al-Qusyairi dalam kitab ar-Risalah al-Qusyairiyyah halaman: 142.
Demikian juga disebutkan Imam Ibnu ‘Ajibah dalam Iqazh al-Himam Syarh Matn al-Hikam, halaman: 180.
Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin, juz.IV halaman: 257 menyebut ini ucapan ulama Tasawuf.
Dalam Syarh al-Hikam al-‘Atha’iyyah halaman 115 ini disebut hanya pendapat ulama Tasawuf.
Kalau memang Hj.Shaari seperti pernyataannya telah mendapat Ma’rifat, mengapa “Allah” Hj.Shaari itu diam sahaja ketika Hj.Shaari berbuat salah?!
Bukankah diam terhadap kebenaran itu perbuatan setan?!
من سكت عن الحق فهو شيطان اخرس
“Diam terhadap kebenaran adalah setan bisu”. (Syarh an-Nawawi ‘ala Shahih Muslim, juz.2, halaman: 20).
Jelaslah bahwa yang dirasakan Hj.Shaari dalam Makrifatnya itu adalah setan bisu. Kerana, jika benar dia Allah, pastilah dia akan beritahu Hj.Shaari:
أخطأت يا ساري، الذي ذكرته ليس بحديث
Kalau Hj.Shaari tidak boleh bahasa Arab, tentu Allah boleh bagi ilham bahasa melayu, “Korang salah tau, tu bukan hadis! Tu cakap Dzun Nun al-Mishri. Belaja lah sikit, baru jadi tuk guru. Awak ni menengade lah”.
Bukan itu saja,
Hj.Shaari menulis lagi di halaman: 29, berpandukan sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits, “Barang siapa mengenal diri, maka akan kenallah ia akan Allah”.
Tuan Hj.Shaari, itu bukan hadits, cuba tengok cakap Imam as-Suyuthi,
إن هذا الحديث ليس بصحيح وقد سئل عنه النووي في فتاويه فقال أنه ليس بثابت وقال ابن تيمية وقال الزركشي  في الأحاديث المشتهرة ذكر ابن السمعاني أنه من كلام يحيى بن معاذ الرازي.
Riwayat ini tidak shahih. Imam an-Nawawi pernah ditanya tentang hadits ini dalam fatwanya, beliau menjawab, “Tidak kuat”. Ibnu Taimiah dan az-Zarkasyi berkata dalam kumpulan hadits populer, “Ibnu as-Sam’ani menyebutkan bahwa ini ucapan Yahya bin Mu’adz ar-Razi” (Imam as-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawa, juz.III, hal.355).
Hj. Shaari menulis lagi di halaman: 30, “Berpandukan sebagaimana yang dinyatakan di dalam hadis, “Matilah diri kau sebelum kamu mati”.
Ini bukan hadits, demikian dinyatakan para ulama ahli hadits dalam:
·         Asna’ al-Mathalib fi Ahadits Mukhtalif al-Maratib, Muhammad bin Darwisy bin Muhammad al-Hut, halaman: 295.
·         Al-Asrar al-Marfu’ah fi Ahadits al-Maudhu’ah, Imam Mulla ‘Ali al-Qari, halaman: 363.
·         Al-Jadd al-Hatsits fi Bayan Ma Laisa bi Hadits, Imam al-‘Amiri, halaman: 240.
·         Al-Fawa’id al-Maudhu’ah fi Ahadits al-Maudhu’ah, al-Karami, halaman: 140.
·         Al-Lu’lu’ al-Marshu’, Muhammad bin Khalil bin Ibrahim al-Masyisyi at-Tharablusi, halaman: 204.
·         Al-Mashnu’ fi Ma’rifati al-Hadits al-Maudhu’, al-Qari, halaman: 198.
·         Al-Maqashid al-Hasanah, as-Sakhawi, halaman: 682.
·         An-Nukhbah al-Bahiyyah fi al-Ahadits al-Makhdzubah ‘ala Khair al-Bariyyah, al-‘Allamah Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki, halaman: 20.
·         Kasyf al-Khafa’, al-‘Ajluni, Juz.2, halaman: 291.
Hj.Shaari ulang lagi di halaman: 32.
Hj.Shaari ulang lagi di halaman: 37.
Hj.Shaari ulang lagi di halaman: 48.
Ingat Tuan Hj.Shaari !!!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Siapa yang berdusta terhadapku secara sengaja, maka siapkanlah tempat duduk dari api neraka”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim).

Ketiga, menafikan al-Qur’an, Sunnah dan ulama.
Pada halaman: 20 Hj.Shaari menulis: “Mengenal Allah itu tidak sekali-kali melalui bimbingan guru, malaikat atau bimbingan al-Qur’an”.
Kalimat ini jelas-jelas batil. Karena hanya al-Qur’an, Sunnah dan Ulama sajalah jalan mengenal Allah Swt. Itulah sumber yang terpercaya. Lain daripada itu adalah batil, jika tidak sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Rasulullah Saw bersabda,
" تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما إن تمسكتم بهما : كتاب الله وسنتي ولن يتفرقا حتى يردا على الحوض " 
[ رواه مالك بلاغا والحاكم موصلا بإسناد حسن ]
“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh dengan keduanya: kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku. Tidak akan terpisah hingga datang ke telaga (Muhammad Saw)”. (HR. Malik dan al-Hakim).
Keempat, Hj.Shaari menjelaskan Ma’rifat dengan rasa.
Kita lihat penjelasan ulama tentang ma’rifat (pengenalan/pengetahuan tentang sesuatu. Ma’rifatullah berarti pengetahuan tentang Allah). Berikut kutipan dari kitab ar-Risalah al-Qusyairiyyah:
أخبرنا محمد بن يحيى الصوفي، قال: أخبرنا عبد الله بن علي التميمي الوصفي، يحكى عن الحسين بن علي الدامغاني، قال: سئل أبو بكر الزاهر اباذي عن المعرفة، فقال: المعرفة: اسم، ومعناه وجود تعظيم في القلب يمنعك عن التعطيل والتشبيه.
Muhammad bin Yahya as-Shufi memberitakan kepada kami, Abdullah bin Ali at-Tamimi al-Washfi memberitakan kepada kami, ia ceritakan dari al-Husain bin Ali ad-Damighani, ia berkaa, “Abu Bakar az-Zahir Abazi ditanya tentang Ma’rifat, ia menjawab, “Ma’rifat adalah nama. Maknanya: adanya pengagungan (terhadap Allah) di dalam hati, sehingga dapat mencegah ta’thil (menafikan Allah) dan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk). (ar-Risalah al-Qusyairiyyah, hal.2).
Hj.Shaari menjelaskan dalam risalahnya bahwa Ma’rifat itu cukup dengan rasa.
Lihat apa kata ahli Ma’rifat, Imam al-Ghazali:
وإنما الوصول إليه بالمجاهدة التي جعلها الله سبحانه مقدمة للهداية حيث قال تعالى والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وإن الله لمع المحسنين
Mencapai Ma’rifah itu dengan al-Mujahadah (kesungguhan amal) yang dijadikan Allah sebagai jalan menuju hidayah dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan  Kami Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. al-‘Ankabut: 69). (Ihya’ ‘Ulumiddin, al-Ghazali: juz.I, hal. 23).

Kelima, di banyak halaman Hj.Shaari mengejek Feqah (ilmu fiqh/ilmu ritual ibadah).
Saya khawatir, inilah kelompok yang dikhawatirkan Imam al-Ghazali, kelompok yang mengaku telah sampai kepada Ma’rifat, lalu menyepelekan Fiqh. Termauk satu diantara tujuh puluh sekian kelompok sesat. Lihat pernyataan al-Ghazali:
وظن طائفة أن المقصود من العبادات المجاهدة حتى يصل العبد بها إلى معرفة الله تعالى فإذا حصلت المعرفة فقد وصل وبعد الوصول يستغني عن الوسيلة والحيلة فتركوا السعي والعبادة وزعموا أنه ارتفع محلهم في معرفة الله سبحانه عن أن يمتهنوا بالتكاليف وإنما التكليف على عوام الخلق ووراء هذا مذاهب باطلة وضلالات هائلة يطول إحصاؤها إلى ما يبلغ نيفا وسبعين فرقة وإنما الناجي منها فرقة واحدة وهي السالكة ما كان عليه رسول الله صلى الله عليه و سلم وأصحابه وهو أن لا يترك الدنيا بالكلية ولا يقمع الشهوات بالكلية
Ada satu kelompok menyangka bahwa yang dimaksud dengan ibadah adalah mujahadah hingga sampai kepada Ma’rifat. Jika telah sampai kepada Ma’rifat, maka ia pun telah sampai (pada tujuan). Setelah sampai, maka tidak perlu lagi wasilah (jalan) dan usaha. Mereka pun meninggalkan usaha dan ibadah. Mereka menyatakan bahwa kedudukan mereka telah tinggi dalam Ma’rifat sehingga mereka merasa tidak perlu lagi dibebani ibadah, karena ibadah itu hanya bagi orang awam saja. Di balik kelompok ini adalah aliran batil dan sesat, terlalu banyak untuk dihitung, hingga sampai tujuh puluh sekian kelompok banyaknya. Yang selamat hanya satu kelompok saja, yaitu jalan yang dilalui Rasulullah Saw dan para shahabat, yaitu jalan tidak meninggalkan dunia secara keseluruhan dan tidak pula membuang nafsu secara keseluruhan. (Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, juz.III, hal.230).

Keenam, Hj.Shaari menakwilkan yang tidak perlu ditakwilkan. Memang ada metode takwil yang biasa dipakai ahli takwil, tapi yang ditakwilkan itu memang yang perlu penakwilan. Adapun ayat-ayat yang sudah qath’i ad-Dilalah seperti anjing dan babi tidak perlu ditakwilkan. Tapi Hj.Shaari mentakwilkan anjing dan babi. Di halaman 63 Hj.Shaari menyebutkan, “Dalam pengajian ilmu ma’rifat itu kita tidak boleh menzalimi anjing mahupun babi… anjing dan babi itu adalah kiasan atau tamsil”.
Mentakwil anjing dan babi ini berbahaya, karena ayat itu Qath’i ad-Dilalah, tidak perlu penakwilan. Ini bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Karena yang dimaksud anjing dan babi dalam al-Qur’an itu adalah babi, bukan anjing dan babi versi Hj.Shaari.
Imam ibnu Katsir menyebutkan,
فلما كلمه الحَبْران قال لهما رسول الله صلى الله عليه وسلم: "أسْلِمَا" قالا قد أسلمنا. قال: "إنَّكُمَا لَمْ تُسْلِمَا فأسْلِما" قالا بلى، قد أسلمنا قبلك. قال: "كَذَبْتُمَا، يمْنَعُكُمَا مِنَ الإسْلامِ دُعَاؤكُما لله ولدا، وَعِبَادَتُكُمَا الصَّلِيبَ وأكْلُكُمَا الخِنزيرَ".
Ketika kedua pendeta berbicara kepada Rasulullah Saw, Rasulullah Saw berkata kepada kedua pendeta itu, “Masuk Islam lah kalian berdua”. Mereka menjawab, “Kami sudah masuk Islam”. Rasulullah Saw berkata, “Kalian belum masuk Islam, maka masuk Islam lah kamu”. Mereka berdua menjawab, “Kami sudah masuk Islam. Kami sudah masuk Islam sebelum engkau wahai Muhammad”. Rasulullah Saw menjawab, “Kalian berdua sudah berdusta. Yang mencegah kalian masuk Islam adalah karena kalian mengatakan Allah punya anak, kalian menyembah salib dan memakan babi”. (Tafsir Ibnu Katsir, juz.II, hal.51). benar-benar makan babi, sampai sekarang. Tidak perlu penakwilan. Oleh sebab itu Rasulullah Saw menyatakan bahwa Nabi Isa akan datang membunuh babi. Rasulullah Saw bersabda,
وَاللَّهِ لَيَنْزِلَنَّ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَادِلًا فَلَيَكْسِرَنَّ الصَّلِيبَ وَلَيَقْتُلَنَّ الْخِنْزِيرَ
“Demi Allah, akan turun Isa putra Maryam sebagai pemimpin yang adil. Ia akan menghancurkan salib dan akan membunuh babi”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Tentang anjing, tidak perlu ditakwilkan, karena hadits sudah jelas, Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ مَاشِيَةٍ نَقَصَ مِنْ أَجْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطَانِ
“Siapa yang memelihara anjing, bukan anjing untuk berburu dan bukan pula untuk menjaga ternak, maka balasan pahala amalnya berkurang setiap hari dua Qirath (dua bukit yang besar)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
            Bukan hanya sekedar memelihara, hasil penjualannya juga haram berdasarkan hadits,
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَمَهْرِ الْبَغِيِّ وَحُلْوَانِ الْكَاهِنِ
Dari Abu Mas’ud al-Anshari, sesungguhnya Rasulullah Saw melarang: hasil penjualan anjing, upah wanita tunasusila dan upah dukun. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
            Pendapat Imam an-Nawawi,
وأما اقتناء الكلاب فمذهبنا أنه يحرم اقتناء الكلب بغير حاجة ويجوز اقتناؤه للصيد وللزرع وللماشية
Adapun memelihara anjing, maka menurut mazhab kami (Mazhab Syafi’i): haram hukumnya memelihara anjing tanpa ada kebutuhan. Boleh memelihara anjing untuk berburu, menjaga tanaman dan menjaga ternak.[Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, juz.X (Dar Ihya’ at-Turats, Beirut), hal.236].

Ketujuh, dalam debat, yang pertama dilihat adalah kapasitas keilmuan lawan. Para ulama di al-Azhar tidak akan melayani Hj.Shaari karena kejahilannya dalam dasar-dasar agama Islam. Berkali-kali sampai tidak terhitung dia menulis Zuk, Zuk, Zuk, sampai lelah mata melihatnya. Padahal itu dari bahasa Arab ( ذوق ) Dzauq, artinya rasa. Nampak Hj.Shaari tidak belajar. Sedangkan Tok Kenali belajar sampai ke Makkah al-Mukarramah. Kasihan Tok Kenali dipercaya orang macam Hj.Shaari. yang lebih kasihan lagi adalah orang-orang yang ikut Hj.Shaari.
Pada halaman 20 dia sebutkan, “Datuk saya almarhum al-‘arif billah al-waliyullah Tok Awang”. Kalimat al-Waliyullah (الولي الله ) adalah kesalahan fatal yang termaafkan. Tapi orang-orang yang sudah tertelan celoteh Hj.Shaari susah menolak itu, karena Rasulullah Saw pernah bersabda,
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
“Kekagumanmu terhadap sesuatu membuatmu buta dan bisu”. (HR. Abu Daud). saya berharap Allah membukakan mata dan hati orang-orang yang mencari kebenaran tidak terkecoh dengan permainan kata Hj.Shaari. Wallahu a’lam bisshawab.



Share:

Sample Text

Copyright © Lentera Islam .NET - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com