Lentera Islam - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W.

Harta dan Kewajibannya.


Oleh:
H. Abdul Somad, Lc., MA.
S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Dar Al-Hadith, Maroko.
Anggota Komisi Pengembangan, Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Riau. Dosen UIN Suska.

Islam dan Harta.
Allah Swt berfirman:
ŁŠَŲ§ Ų£َŁŠُّŁ‡َŲ§ Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ Ų¢َŁ…َŁ†ُŁˆŲ§ Ł„َŲ§ ŲŖُŁ„ْŁ‡ِŁƒُŁ…ْ Ų£َŁ…ْŁˆَŲ§Ł„ُŁƒُŁ…ْ ŁˆَŁ„َŲ§ Ų£َŁˆْŁ„َŲ§ŲÆُŁƒُŁ…ْ Ų¹َŁ†ْ Ų°ِŁƒْŲ±ِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah”. (Qs. Al-Munafiqun [63]: 9).
ŁˆَŲ§Ų¹ْŁ„َŁ…ُŁˆŲ§ Ų£َŁ†َّŁ…َŲ§ Ų£َŁ…ْŁˆَŲ§Ł„ُŁƒُŁ…ْ ŁˆَŲ£َŁˆْŁ„َŲ§ŲÆُŁƒُŁ…ْ ŁِŲŖْŁ†َŲ©ٌ
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan”. (Qs. Al-Anfal [8]: 28).
Sekilas kelihatannya Islam mengajarkan umatnya membenci harta, karena harta hanya akan menjadi cobaan dan melalaikan dari Allah Swt. Akan tetapi kita tidak dapat menarik kesimpulan hanya dari satu atau dua ayat. Karena dalam ayat lain diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt setelah melaksanakan ibadah:
ŁَŲ„ِŲ°َŲ§ Ł‚ُŲ¶ِŁŠَŲŖِ Ų§Ł„ŲµَّŁ„َŲ§Ų©ُ ŁَŲ§Ł†ْŲŖَŲ“ِŲ±ُŁˆŲ§ ŁِŁŠ Ų§Ł„ْŲ£َŲ±ْŲ¶ِ ŁˆَŲ§ŲØْŲŖَŲŗُŁˆŲ§ Ł…ِŁ†ْ ŁَŲ¶ْŁ„ِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah”. (Qs. Al-Jumu’ah [62]: 10).
Bahkan saat melaksanakan ibadah sekalipun dibenarkan mencari harta:
Ł„َŁŠْŲ³َ Ų¹َŁ„َŁŠْŁƒُŁ…ْ Ų¬ُŁ†َŲ§Ų­ٌ Ų£َŁ†ْ ŲŖَŲØْŲŖَŲŗُŁˆŲ§ ŁَŲ¶ْŁ„ًŲ§ Ł…ِŁ†ْ Ų±َŲØِّŁƒُŁ…ْ
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”.  (Qs. Al-Baqarah [2]: 198). Ayat ini bercerita tentang jamaah haji yang membawa barang dagangan ketika musim haji.
Dalam kehidupan kaum muslimin generasi awal dapat kita lihat bahwa mereka tidak meninggalkan usaha mencari harta, oleh sebab itu orang-orang Muhajirin tetap berdagang dan orang-orang Anshar tetap bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan dalah sebuah hadits Rasulullah Saw nyatakan:
Ų§Ł„ŲŖَّŲ§Ų¬ِŲ±ُ Ų§Ł„ŲµَّŲÆُŁˆŁ‚ُ Ų§Ł„Ų£َŁ…ِŁŠŁ†ُ Ł…َŲ¹َ Ų§Ł„Ł†َّŲØِŁŠِّŁŠŁ†َ ŁˆَŲ§Ł„ŲµِّŲÆِّŁŠŁ‚ِŁŠŁ†َ ŁˆَŲ§Ł„Ų“ُّŁ‡َŲÆَŲ§Ų”ِ
“Seorang pedagang yang jujur dan amanah bersama para nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada”. (HR. At-Tirmidzi).
                Islam tidak hanya menganjurkan umatnya mencari harta, bahkan harta dijadikan sebagai standar ukuran derajat seorang hamba di hadapan Allah Swt.
Ų§Ł„ْŁŠَŲÆُ Ų§Ł„ْŲ¹ُŁ„ْŁŠَŲ§ Ų®َŁŠْŲ±ٌ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ْŁŠَŲÆِ Ų§Ł„Ų³ُّŁْŁ„َŁ‰
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ُ Ų§Ł„ْŁ‚َŁˆِŁ‰ُّ Ų®َŁŠْŲ±ٌ ŁˆَŲ£َŲ­َŲØُّ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ِ Ų§Ł„Ų¶َّŲ¹ِŁŠŁِ
“Seorang mukmin yang yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim).
                Bahkan sebagian ibadah pilihan dalam Islam hanya dapat dilakukan jika seorang mukmin memiliki harta, misalnya ibadah haji yang merupakan puncak rukun Islam membuntuhkan finansial yang besar, biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi, disamping biaya tambahan lainnya.

Harta di Dalam Harta.
Ajaran tolong menolong merupakan anjuran semua agama, akan tetapi konsep ada harta orang miskin di dalam harta orang yang kaya, ini hanya ada dalam agama Islam. Allah Swt berfirman:
ŁˆَŲ§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ ŁِŁŠ Ų£َŁ…ْŁˆَŲ§Ł„ِŁ‡ِŁ…ْ Ų­َŁ‚ٌّ Ł…َŲ¹ْŁ„ُŁˆŁ…ٌ (24) Ł„ِŁ„Ų³َّŲ§Ų¦ِŁ„ِ ŁˆَŲ§Ł„ْŁ…َŲ­ْŲ±ُŁˆŁ…ِ (25)
Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”. (Qs. al-Ma’arij [70]: 24-25).
Ketika orang yang mampu memberi kepada orang yang tidak mampu, maka ia tidak merasa telah memberi, akan tetapi ia baru saja mengeluarkan harta orang lain dari harta miliknya. Demikian juga sebaliknya, orang miskin yang menerima tidak merasa hina, karena ia baru saja menerima harta miliknya yang dititipkan Allah dalam harta orang lain. Pertanyaan yang mungkin muncul, mengapa Allah Yang Maha Kuasa tidak memberikan langsung? Mengapa mesti lewat perantaraan orang lain? Sesungguhnya disanalah letak kebijaksanaan Allah Swt. Ujian yang diberikan Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya untuk menguji keimanan mereka dalam berbagai macam bentuk. Semua ujian itu untuk membentuk manusia menjadi manusia yang sempurna dalam pandangan Allah Swt. Mata diuji dengan perintah menundukkan pandangan dan bangun tengah malah melawan kantuk. Kaki diuji dengan perintah jihad, melangkah ke masjid dan silaturahim. Perut diuji dengan melaksanakan puasa menahan nafsu makan dan minum. Ada saatnya ujian datang pada sikap kecintaan terhadap harta benda, seorang mukmin yang menyerahkan hidupnya hanya kepada Allah mesti menerima keputusan Allah bahwa dalam harta yang ia miliki ada harta orang lain yang mesti ia berikan. Dalam 40 ekor kambing ada satu ekor kambing milik orang lain. Dalam 653 kg hasil panen gandum, ada 10 (tadah hujan) atau 5 persen (dengan irigasi) milik orang lain. Dalam 85 gr emas ada 2,5 persen milik orang lain yang mesti dikeluarkan. Ketika memahami harta sebagai ujian, maka sadarlah seorang mukmin bahwa ia sedang diuji oleh Allah Swt, apakah ia bersyukur atau tidak, syukur tidak hanya dalam ucapan lidah akan tetapi dalam bentuk sikap keikhlasan untuk mengeluarkan milik orang lain yang dititipkan Allah Swt dalam harta benda yang mereka usahakan.

Sanksi Tidak Menunaikan Kewajiban Harta.
Islam tidak hanya mengajarkan Tauhid dan Akhlaq, tapi juga mewajibkan hukuman. Ketika kewajiban tidak ditunaikan, maka hukuman siap menanti untuk dijatuhkan. Berkaitan dengan sikap keengganan menunaikan kewajiban harta, Allah menyebutkan hukuman yang akan diterima kelak di akhirat:
ŁˆَŲ§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ ŁŠَŁƒْŁ†ِŲ²ُŁˆŁ†َ Ų§Ł„Ų°َّŁ‡َŲØَ ŁˆَŲ§Ł„ْŁِŲ¶َّŲ©َ ŁˆَŁ„َŲ§ ŁŠُŁ†ْŁِŁ‚ُŁˆŁ†َŁ‡َŲ§ ŁِŁŠ Ų³َŲØِŁŠŁ„ِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁَŲØَŲ“ِّŲ±ْŁ‡ُŁ…ْ ŲØِŲ¹َŲ°َŲ§ŲØٍ Ų£َŁ„ِŁŠŁ…ٍ (34) ŁŠَŁˆْŁ…َ ŁŠُŲ­ْŁ…َŁ‰ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡َŲ§ ŁِŁŠ Ł†َŲ§Ų±ِ Ų¬َŁ‡َŁ†َّŁ…َ ŁَŲŖُŁƒْŁˆَŁ‰ ŲØِŁ‡َŲ§ Ų¬ِŲØَŲ§Ł‡ُŁ‡ُŁ…ْ ŁˆَŲ¬ُŁ†ُŁˆŲØُŁ‡ُŁ…ْ ŁˆَŲøُŁ‡ُŁˆŲ±ُŁ‡ُŁ…ْ Ł‡َŲ°َŲ§ Ł…َŲ§ ŁƒَŁ†َŲ²ْŲŖُŁ…ْ Ł„ِŲ£َŁ†ْŁُŲ³ِŁƒُŁ…ْ ŁَŲ°ُŁˆŁ‚ُŁˆŲ§ Ł…َŲ§ ŁƒُŁ†ْŲŖُŁ…ْ ŲŖَŁƒْŁ†ِŲ²ُŁˆŁ†َ (35)
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (Qs. at-Taubah [9]: 34-35).
                Ketika seseorang tidak mengeluarkan kewajiban hartanya, berarti ia telah memakan harta orang lain yang dititipkan Allah Swt dalam hartanya, maka sesungguhnya ia telah memakan harta yang haram, meskipun pada lahirnya kelihatan halal karena harta itu hasil usahanya, tapi haram dalam pandangan Allah Swt. Dampak dari makanan yang haram itu menghalangi terkabulnya doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt.  Dalam sebuah hadits dinyatakan:
Ų«ُŁ…َّ Ų°َŁƒَŲ±َ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„َ ŁŠُŲ·ِŁŠŁ„ُ Ų§Ł„Ų³َّŁَŲ±َ Ų£َŲ“ْŲ¹َŲ«َ Ų£َŲŗْŲØَŲ±َ ŁŠَŁ…ُŲÆُّ ŁŠَŲÆَŁŠْŁ‡ِ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„Ų³َّŁ…َŲ§Ų”ِ ŁŠَŲ§ Ų±َŲØِّ ŁŠَŲ§ Ų±َŲØِّ ŁˆَŁ…َŲ·ْŲ¹َŁ…ُŁ‡ُ Ų­َŲ±َŲ§Ł…ٌ ŁˆَŁ…َŲ“ْŲ±َŲØُŁ‡ُ Ų­َŲ±َŲ§Ł…ٌ ŁˆَŁ…َŁ„ْŲØَŲ³ُŁ‡ُ Ų­َŲ±َŲ§Ł…ٌ ŁˆَŲŗُŲ°ِŁ‰َ ŲØِŲ§Ł„ْŲ­َŲ±َŲ§Ł…ِ ŁَŲ£َŁ†َّŁ‰ ŁŠُŲ³ْŲŖَŲ¬َŲ§ŲØُ Ł„ِŲ°َŁ„ِŁƒَ
Kemudian Rasulullah Saw menyebutkan seseorang dalam perjalanan panjang, rambutnya kusut dan berdebu, ia tengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berucap, “Ya Allah, ya Allah”. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia diberi makanan yang haram, apakah mungkin doanya akan diperkenankan?!”. (HR. Muslim).
                Kelak semua manusia akan dihadapkan ke hadapan Allah Swt untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah ia lakukan, akhir dari pertanggungjawaban itu adalah ditempatkannya manusia di tempat kenikmatan dan azab. Yang merasakan kenikmatan dan azab itu bukanlah ruh semata, akan tetapi fisik manusia ikut merasakannya. Tubuh yang terdiri dari darah dan daging jika ia berasal dari yang haram, maka tidak ada tempat lain kecuali api neraka, demikian pesan Rasulullah Saw kepada Ka’ab bin ‘Ujrah:
ŁŠَŲ§ ŁƒَŲ¹ْŲØُ ŲØْŁ†َ Ų¹ُŲ¬ْŲ±َŲ©َ Ų„ِŁ†َّŁ‡ُ Ł„Ų§َ ŁŠَŲÆْŲ®ُŁ„ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ†َّŲ©َ Ł„َŲ­ْŁ…ٌ Ł†َŲØَŲŖَ Ł…ِŁ†ْ Ų³ُŲ­ْŲŖٍ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų±ُ Ų£َŁˆْŁ„َŁ‰ ŲØِŁ‡ِ
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari yang haram, api neraka lebih utama baginya”. (HR. Ahmad).
                 Semoga harta benda yang kita miliki tidak berubah menjadi azab, penghalang doa dan mengharamkan kita untuk masuk ke dalam surga tempat keabadian.







Share:

Jamin 6 Perkara, Surga Sebagai Balasan.


Teks Hadits
Ų¹َŁ†ْ Ų¹ُŲØَŲ§ŲÆَŲ©َ ŲØْŁ†ِ Ų§Ł„ŲµَّŲ§Ł…ِŲŖِ Ų£َŁ†َّ Ų§Ł„Ł†َّŲØِŁ‰َّ -ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ł‚َŲ§Ł„َ
 « Ų§Ų¶ْŁ…َŁ†ُŁˆŲ§ Ł„ِŁ‰ Ų³ِŲŖًّŲ§ Ł…ِŁ†ْ Ų£َŁ†ْŁُŲ³ِŁƒُŁ…ْ Ų£َŲ¶ْŁ…َŁ†ْ Ł„َŁƒُŁ…ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ†َّŲ©َ
 Ų§ŲµْŲÆُŁ‚ُŁˆŲ§ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų­َŲÆَّŲ«ْŲŖُŁ…ْ
 ŁˆَŲ£َŁˆْŁُŁˆŲ§ Ų„ِŲ°َŲ§ ŁˆَŲ¹َŲÆْŲŖُŁ…ْ
ŁˆَŲ£َŲÆُّŁˆŲ§ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų§Ų¦ْŲŖُŁ…ِŁ†ْŲŖُŁ…ْ
ŁˆَŲ§Ų­ْŁَŲøُŁˆŲ§ ŁُŲ±ُŁˆŲ¬َŁƒُŁ…ْ
ŁˆَŲŗُŲ¶ُّŁˆŲ§ Ų£َŲØْŲµَŲ§Ų±َŁƒُŁ…ْ
ŁˆَŁƒُŁُّŁˆŲ§ Ų£َŁŠْŲÆِŁŠَŁƒُŁ…ْ ».
Terjemah:
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
“Jaminkan terhadap diri kamu enam perkara, 
maka akan aku jamin surga untuk kamu:
Benarlah, jika bicara.
Penuhi, jika berjanji.
Tunaikan, jika diberi amanah.
Jagalah kemaluan.
Tundukkan pandangan.
Tahan perbuatan tangan”.

(Hadits Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal).
Share:

Hadits: Menahan Amarah, Menjaga Lidah dan Memohon Ampunan Allah Swt.

Teks Hadits:
 Ų¹Ł† Ų£Ł†Ų³ ŲØŁ† Ł…Ų§Ł„Łƒ ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ : Ł‚Ų§Ł„ Ų±Ų³ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… : (Ł…Ł† ŁƒŁ ŲŗŲ¶ŲØŁ‡ ŁƒŁ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł†Ł‡ Ų¹Ų°Ų§ŲØŁ‡، ŁˆŁ…Ł† Ų®Ų²Ł† Ł„Ų³Ų§Ł†Ł‡ Ų³ŲŖŲ±
  Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹ŁˆŲ±ŲŖŁ‡، ŁˆŁ…Ł† Ų§Ų¹ŲŖŲ°Ų± Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ł‚ŲØŁ„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ų°Ų±Ł‡)

 Terjemah:
Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang menahan amarahnya, maka Allah akan menahan azab darinya. Siapa yang menjaga lidahnya, maka Allah akan menutupi aibnya. Siapa yang memohon ampun kepada Allah, maka Allah akan menerimanya”. (terdapat perbedaan susunan antara beberapa riwayat).

Sumber:
Musnad Abi Ya’la al-Maushili, Syu’ab al-Iman Imam al-Baihaqi, Ibnu Abi ad-Dunia dalam Dzam al-Ghadhab.

Status Hadits: Hadits Hasan, Shahih Kunuz as-Sunnah.
Share:

HADITS: PENGHUNI SURGA ADA TIGA.

Petikan dari khutbah Rasulullah Saw yang disebutkan dalam Shahih Muslim dan Musnad Ahmad bin Hanbal.

Teks Hadits:
ŁˆَŲ£َŁ‡ْŁ„ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ†َّŲ©ِ Ų«َŁ„Ų§َŲ«َŲ©ٌ Ų°ُŁˆ Ų³ُŁ„ْŲ·َŲ§Ł†ٍ Ł…ُŁ‚ْŲ³ِŲ·ٌ Ł…ُŲŖَŲµَŲÆِّŁ‚ٌ Ł…ُŁˆَŁَّŁ‚ٌ
ŁˆَŲ±َŲ¬ُŁ„ٌ Ų±َŲ­ِŁŠŁ…ٌ Ų±َŁ‚ِŁŠŁ‚ُ Ų§Ł„ْŁ‚َŁ„ْŲØِ Ł„ِŁƒُŁ„ِّ Ų°ِŁ‰ Ł‚ُŲ±ْŲØَŁ‰ ŁˆَŁ…ُŲ³ْŁ„ِŁ…ٍ
ŁˆَŲ¹َŁِŁŠŁٌ Ł…ُŲŖَŲ¹َŁِّŁٌ Ų°ُŁˆ Ų¹ِŁŠَŲ§Ł„ٍ

Terjemah:
“Penghuni surga itu ada tiga:
(Pertama) seseorang yang memiliki kuasa; adil, berbagi dan mendapatkan taufiq (sesuai al-Qur’an dan Sunnah).
(Kedua) seseorang yang penyayang, memiliki hati yang lembut kepada semua kerabat dan sesama muslim.
(Ketiga) seseorang yang menjaga kehormatan dirinya, menghindarkan diri dari segala yang syubhat, meskipun ia memiliki tanggungan (sangat membutuhkan).
Share:

HADITS: ZALIM ADA TIGA.

Teks Hadits:
Ų¹Ł† Ų£Ł†Ų³ ، Ł‚Ų§Ł„ : Ł‚Ų§Ł„ Ų±Ų³ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… :
« Ų§Ł„ŲøŁ„Ł… Ų«Ł„Ų§Ų«Ų© : ŁŲøŁ„Ł… Ł„Ų§ ŁŠŲŖŲ±ŁƒŁ‡ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ، ŁˆŲøŁ„Ł… ŁŠŲŗŁŲ± ، ŁˆŲøŁ„Ł… Ł„Ų§ ŁŠŲŗŁŲ± ،
ŁŲ£Ł…Ų§ Ų§Ł„ŲøŁ„Ł… Ų§Ł„Ų°ŁŠ Ł„Ų§ ŁŠŲŗŁŲ± ŁŲ§Ł„Ų“Ų±Łƒ Ł„Ų§ ŁŠŲŗŁŲ±Ł‡ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ،
ŁˆŲ£Ł…Ų§ Ų§Ł„ŲøŁ„Ł… Ų§Ł„Ų°ŁŠ ŁŠŲŗŁŲ± ŁŲøŁ„Ł… Ų§Ł„Ų¹ŲØŲÆ ŁŁŠŁ…Ų§ ŲØŁŠŁ†Ł‡ ŁˆŲØŁŠŁ† Ų±ŲØŁ‡ ،
ŁˆŲ£Ł…Ų§ Ų§Ł„Ų°ŁŠ Ł„Ų§ ŁŠŲŖŲ±Łƒ ŁŁ‚Ųµ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲØŲ¹Ų¶Ł‡Ł… Ł…Ł† ŲØŲ¹Ų¶ »

Terjemah:
Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Zalim itu ada tiga: zalim yang tidak dibiarkan Allah, zalim yang diampuni dan zalim yang tidak diampuni.
Adapun yang zalim yang tidak diampuni adalah syirik, Allah tidak mengampuninya.
Adapun zalim yang diampuni adalah zalim antara hamba dan Tuhannya.
Adapun zalim yang tidak dibiarkan, Allah menetapkan hukum balas diantara mereka”.

Sumber:
Musnad ath-Thayalisi.

Status Hadits:
Hadits Hasan.
Share:

SHALAT BERJAMA'AH.

Disusun Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA.

Hukum Shalat Berjamaah Menurut Mazhab:
Mazhab Hanafi dan Maliki: Sunnat Mu’akkad.
Dalil:
ŲµَŁ„Ų§َŲ©ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ِ ŲŖَŁْŲ¶ُŁ„ُ ŲµَŁ„Ų§َŲ©َ Ų§Ł„ْŁَŲ°ِّ ŲØِŲ³َŲØْŲ¹ٍ ŁˆَŲ¹ِŲ“ْŲ±ِŁŠŁ†َ ŲÆَŲ±َŲ¬َŲ©ً
“Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian 27 derajat”. (HR. Al-Bukhari). Ini menunjukkan bahwa shalat berjamaah itu termasuk jenis anjuran, seakan-akan Rasulullah Saw mengatakan, “Shalat berjamaah lebih sempurna daripada shalat sendirian”.
Ų§Ł„Ų¬Ł…Ų§Ų¹Ų© Ł…Ł† Ų³Ł†Ł† Ų§Ł„Ł‡ŲÆŁ‰ Ł„Ų§ ŁŠŲŖŲ®Ł„Ł Ų¹Ł†Ł‡Ų§ Ų§Ł„Ų§ Ł…Ł†Ų§ŁŁ‚
“Shalat berjamaah itu termasuk salah satu sunnah hidayah, tidak ada yang terlambat darinya kecuali orang munafiq”.

Mazhab Syafi’i: Fardhu Kifayah.
Dalil:
Ł…َŲ§ Ł…ِŁ†ْ Ų«َŁ„Ų§َŲ«َŲ©ٍ ŁِŁ‰ Ł‚َŲ±ْŁŠَŲ©ٍ ŁˆَŁ„Ų§َ ŲØَŲÆْŁˆٍ Ł„Ų§َ ŲŖُŁ‚َŲ§Ł…ُ ŁِŁŠŁ‡ِŁ…ُ Ų§Ł„ŲµَّŁ„Ų§َŲ©ُ Ų„ِŁ„Ų§َّ Ł‚َŲÆِ Ų§Ų³ْŲŖَŲ­ْŁˆَŲ°َ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِŁ…ُ Ų§Ł„Ų“َّŁŠْŲ·َŲ§Ł†ُ ŁَŲ¹َŁ„َŁŠْŁƒَ ŲØِŲ§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ِ ŁَŲ„ِŁ†َّŁ…َŲ§ ŁŠَŲ£ْŁƒُŁ„ُ Ų§Ł„Ų°ِّŲ¦ْŲØُ Ų§Ł„ْŁ‚َŲ§ŲµِŁŠَŲ©َ
“Tidaklah tiga orang berada di suatu kampung atau perkampungan badui, tidak didirikan shalat berjamaah pada mereka, maka mereka dikuasai setan. Hendaklah engkau melaksanakan shalat berjamaah, sesungguhnya srigala hanya memakan kambing yang memisahkan diri dari gerombolannya”. (HR. Abu Daud).


Mazhab Hanbali: Wajib ‘Ain.
Dalil:
 ŁˆَŲ„ِŲ°َŲ§ ŁƒُŁ†ْŲŖَ ŁِŁŠŁ‡ِŁ…ْ ŁَŲ£َŁ‚َŁ…ْŲŖَ Ł„َŁ‡ُŁ…ُ Ų§Ł„ŲµَّŁ„َŲ§Ų©َ
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka”. (QS. An-Nisa’ [4]: 102).
Jika dalam kondisi perang saja tetap disyariatkan shalat berjamaah, apalagi dalam kondisi aman.
ŁˆَŲ§Ų±ْŁƒَŲ¹ُŁˆŲ§ Ł…َŲ¹َ Ų§Ł„Ų±َّŲ§ŁƒِŲ¹ِŁŠŁ†َ (43)
“Laksanakanlah shalat bersama orang-orang yang shalat”. (Qs. al-Baqarah [2]: 43).
Ų„ِŁ†َّ Ų£َŲ«ْŁ‚َŁ„َ ŲµَŁ„Ų§َŲ©ٍ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ْŁ…ُŁ†َŲ§ŁِŁ‚ِŁŠŁ†َ ŲµَŁ„Ų§َŲ©ُ Ų§Ł„ْŲ¹ِŲ“َŲ§Ų”ِ ŁˆَŲµَŁ„Ų§َŲ©ُ Ų§Ł„ْŁَŲ¬ْŲ±ِ ŁˆَŁ„َŁˆْ ŁŠَŲ¹ْŁ„َŁ…ُŁˆŁ†َ Ł…َŲ§ ŁِŁŠŁ‡ِŁ…َŲ§ Ł„Ų£َŲŖَŁˆْŁ‡ُŁ…َŲ§ ŁˆَŁ„َŁˆْ Ų­َŲØْŁˆًŲ§ ŁˆَŁ„َŁ‚َŲÆْ Ł‡َŁ…َŁ…ْŲŖُ Ų£َŁ†ْ Ų¢Ł…ُŲ±َ ŲØِŲ§Ł„ŲµَّŁ„Ų§َŲ©ِ ŁَŲŖُŁ‚َŲ§Ł…َ Ų«ُŁ…َّ Ų¢Ł…ُŲ±َ Ų±َŲ¬ُŁ„Ų§ً ŁَŁŠُŲµَŁ„ِّŁ‰َ ŲØِŲ§Ł„Ł†َّŲ§Ų³ِ Ų«ُŁ…َّ Ų£َŁ†ْŲ·َŁ„ِŁ‚َ Ł…َŲ¹ِŁ‰ ŲØِŲ±ِŲ¬َŲ§Ł„ٍ Ł…َŲ¹َŁ‡ُŁ…ْ Ų­ُŲ²َŁ…ٌ Ł…ِŁ†ْ Ų­َŲ·َŲØٍ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ł‚َŁˆْŁ…ٍ Ł„Ų§َ ŁŠَŲ“ْŁ‡َŲÆُŁˆŁ†َ Ų§Ł„ŲµَّŁ„Ų§َŲ©َ ŁَŲ£ُŲ­َŲ±ِّŁ‚َ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِŁ…ْ ŲØُŁŠُŁˆŲŖَŁ‡ُŁ…ْ ŲØِŲ§Ł„Ł†َّŲ§Ų±ِ
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat Isya’ dan shalat Shubuh, andai mereka mengetahui apa yang ada pada kedua shalat itu pastilah mereka akan datang walau pun merangkak. Aku ingin memerintahkan shalat, maka shalat pun dilaksanakan, kemudian aku perintahkan seorang laki-laki melaksanakan shalat berjamaah bersama orang banyak. Kemudian beberapa orang pergi bersamaku, mereka membawa beberapa ikat kayu bakar kepada kaum yang tidak melaksanakan shalat berjamaah, aku akan membakar rumah mereka dengan api”. (HR. Muslim).
Ų¹َŁ†ْ Ų£َŲØِŁ‰ Ł‡ُŲ±َŁŠْŲ±َŲ©َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų£َŲŖَŁ‰ Ų§Ł„Ł†َّŲØِŁ‰َّ -ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ų±َŲ¬ُŁ„ٌ Ų£َŲ¹ْŁ…َŁ‰ ŁَŁ‚َŲ§Ł„َ ŁŠَŲ§ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ų„ِŁ†َّŁ‡ُ Ł„َŁŠْŲ³َ Ł„ِŁ‰ Ł‚َŲ§Ų¦ِŲÆٌ ŁŠَŁ‚ُŁˆŲÆُŁ†ِŁ‰ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ْŁ…َŲ³ْŲ¬ِŲÆِ. ŁَŲ³َŲ£َŁ„َ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ -ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ų£َŁ†ْ ŁŠُŲ±َŲ®ِّŲµَ Ł„َŁ‡ُ ŁَŁŠُŲµَŁ„ِّŁ‰َ ŁِŁ‰ ŲØَŁŠْŲŖِŁ‡ِ ŁَŲ±َŲ®َّŲµَ Ł„َŁ‡ُ ŁَŁ„َŁ…َّŲ§ ŁˆَŁ„َّŁ‰ ŲÆَŲ¹َŲ§Ł‡ُ ŁَŁ‚َŲ§Ł„َ « Ł‡َŁ„ْ ŲŖَŲ³ْŁ…َŲ¹ُ Ų§Ł„Ł†ِّŲÆَŲ§Ų”َ ŲØِŲ§Ł„ŲµَّŁ„Ų§َŲ©ِ ». ŁَŁ‚َŲ§Ł„َ Ł†َŲ¹َŁ…ْ. Ł‚َŲ§Ł„َ « ŁَŲ£َŲ¬ِŲØْ ».
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Seorang laki-laki buta datang kepada Rasulullah Saw, ia berkata: ‘Wahai Rasulullah, tidak ada yang membimbing saya ke masjid”. Ia meminta kepada Rasulullah Saw agar diberi keringanan shalat di rumah, lalu Rasulullah Saw memberikan keringanan. Ketika ia akan pergi, Rasulullah Saw memanggilnya seraya bertanya, “Apakah engkau mendengar seruan adzan?”. Ia menjawab: “Ya”. Rasulullah Saw berkata: “Maka engkau wajib datang”. (HR. Muslim).
Allah Swt tetap mewajibkan shalat berjamaah dalam kondisi menakutkan (perang), memperbolehkan shalat jama’ saat hujan, semua itu bertujuan untuk menjaga shalat berjamaah. Andai shalat berjamaah itu sunnat, pastilah semua itu tidak dibolehkan.
[Lihat: al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, juz.2, hal. 1167-1169].

Ijma’.
 Para shahabat telah Ijma’ tentang disyariatkannya shalat berjamaah setelah hijrah.
 Kalangan Salaf berdukacita tiga hari jika ketinggalan takbiratul ihram shalat jamaah. Berdukacita tujuh hari jika ketinggalan shalat berjamaah.
(al-Fiqh al-Islamy wa Adullatuhu, 2/1165).

‘Udzur Meninggalkan Shalat Berjamaah:
 Sakit kuat. Tidak termasuk sakit kepala dan demam ringan.
 Menimbulkan mudharat.
 Hujan deras.
 Menahan buang air kecil dan besar. Karena dapat mencegah kesempurnaan dan kekhusyu’an shalat.
 Selesai makan makanan yang sangat bau.
 Tertahan di suatu tempat.
(al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, 2/1189-1190).

Bacaan Ayat Imam:
 Thiwal al-mufashshal : Qaf/al-Hujurat ke an-Naba’.
 Ausath al-mufashshal : an-Nazi’at ke adh-Dhuha.
 Qishar al-Mufashshal : al-Insyirah ke an-nas.
Shubuh dan Zhuhur : Thiwal al-Mufashshal.
‘Ashar dan Isya’ : Ausath al-Mufashshal.
Maghrib : Qishar al-Mufashshal.
(al-Adzkar, Imam an-Nawawi).

Lama Ruku’ dan Sujud:
Ł‚Ų§Ł„ Ų§ŲØŁ† Ł‚ŲÆŲ§Ł…Ų© ŁŁŠ Ų§Ł„Ł…ŲŗŁ†ŁŠ:
Ł‚Ų§Ł„ Ų§Ų­Ł…ŲÆ Ų¬Ų§Ų” Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ« Ų¹Ł† Ų§Ł„Ų­Ų³Ł† Ų§Ł„ŲØŲµŲ±ŁŠ Ų£Ł†Ł‡ Ł‚Ų§Ł„: Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­ Ų§Ł„ŲŖŲ§Ł… Ų³ŲØŲ¹، ŁˆŲ§Ł„ŁˆŲ³Ų· Ų®Ł…Ų³Ų©، ŁˆŲ£ŲÆŁ†Ų§Ł‡ Ų«Ł„Ų§Ų«Ų©.
Ibnu Qudamah berkata dalam al-Mughni:
Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Terdapat riwayat dari al-Hasan al-Bashri bahwa ia berkata:
“Tasbih yang sempurna itu tujuh, pertengahan itu lima dan yang paling rendah itu tiga”.

Zikir dan Doa Setelah Shalat:
ŁِŁŠŁ‡ِ Ų­َŲÆِŁŠŲ« Ų§ِŲØْŁ† Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ Ų±َŲ¶ِŁŠَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ Ų¹َŁ†ْŁ‡ُŁ…َŲ§ Ł‚َŲ§Ł„َ : ( ŁƒُŁ†َّŲ§ Ł†َŲ¹ْŲ±ِŁ Ų§ِŁ†ْŁ‚ِŲ¶َŲ§Ų” ŲµَŁ„َŲ§Ų© Ų±َŲ³ُŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِ ŁˆَŲ³َŁ„َّŁ…َ ŲØِŲ§Ł„ŲŖَّŁƒْŲØِŁŠŲ±ِ ) ŁˆَŁِŁŠ Ų±ِŁˆَŲ§ŁŠَŲ© ( Ų£َŁ†َّ Ų±َŁْŲ¹َ Ų§Ł„ŲµَّŁˆْŲŖ ŲØِŲ§Ł„Ų°ِّŁƒْŲ±ِ Ų­ِŁŠŁ† ŁŠَŁ†ْŲµَŲ±ِŁ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų³ Ł…ِŁ†ْ Ų§Ł„ْŁ…َŁƒْŲŖُŁˆŲØَŲ© ŁƒَŲ§Ł†َ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ų¹َŁ‡ْŲÆ Ų§Ł„Ł†َّŲØِŁŠّ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِ ŁˆَŲ³َŁ„َّŁ…َ ŁˆَŲ£َŁ†َّŁ‡ُ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų§ِŲØْŁ† Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ Ų±َŲ¶ِŁŠَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ Ų¹َŁ†ْŁ‡ُŁ…َŲ§ : ŁƒُŁ†ْŲŖ Ų£َŲ¹ْŁ„َŁ… Ų„ِŲ°َŲ§ Ų§ِŁ†ْŲµَŲ±َŁُŁˆŲ§ ŲØِŲ°َŁ„ِŁƒَ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų³َŁ…ِŲ¹ْŲŖ ) Ł‡َŲ°َŲ§ ŲÆَŁ„ِŁŠŁ„ Ł„ِŁ…َŲ§ Ł‚َŲ§Ł„َŁ‡ُ ŲØَŲ¹ْŲ¶ Ų§Ł„Ų³َّŁ„َŁ Ų£َŁ†َّŁ‡ُ ŁŠُŲ³ْŲŖَŲ­َŲØّ Ų±َŁْŲ¹ Ų§Ł„ŲµَّŁˆْŲŖ ŲØِŲ§Ł„ŲŖَّŁƒْŲØِŁŠŲ±ِ ŁˆَŲ§Ł„Ų°ِّŁƒْŲ± Ų¹َŁ‚ِŲØ Ų§Ł„ْŁ…َŁƒْŲŖُŁˆŲØَŲ© .
Dalam masalah ini ada hadits riwayat Ibnu Abbas, ia berkata: “Kami mengetahui bahwa shalat Rasulullah Saw telah selesai dengan (mendengar) suara takbir”.
Dalam riwayat lain: “Sesungguhnya men-jahar-kan suara zikir ketika selesai shalat wajib telah ada sejak masa Rasulullah Saw”.
Ibnu abbas berkata: “Saya mengetahui mereka telah selesai shalat ketika saya mendengarnya”.
Ini dalil pendapat sebagian kalangan Salaf bahwa dianjurkan men-jahar-kan suara takbir dan zikir setelah shalat”. (Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi).

ŁˆَŁŠُŲ³ِŲ±ُّ ŲØِŲÆُŲ¹َŲ§Ų¦ِŁ‡ِ ŁˆَŁ„َŲ§ ŁŠَŲ¬ْŁ‡َŲ±ُ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ų£َŁ†ْ ŁŠَŁƒُŁˆŁ†َ Ų„ِŁ…َŲ§Ł…ًŲ§ ŁŠُŲ±ِŁŠŲÆُ ŲŖَŲ¹ْŁ„ِŁŠŁ…َ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų³ِ Ų§Ł„ŲÆُّŲ¹َŲ§Ų”َ ، ŁَŁ„َŲ§ ŲØَŲ£ْŲ³َ Ų£َŁ†ْ ŁŠَŲ¬ْŁ‡َŲ±َ ŲØِŁ‡ِ (Ų§Ł„Ų­Ų§ŁˆŁŠ Ų§Ł„ŁƒŲØŁŠŲ±: 2/342).
Doa dibaca sirr, tidak di-jahar-kan, kecuali imam ingin mengajarkan kepada orang banyak, maka boleh men-jahar-kan. (al-Hawi al-Kabir, Imam al-Mawardi: 2/342).
Hikmah Shalat Berjamaah:
1. Lipat Ganda Amal.
Ų¹َŁ†ِ Ų§ŲØْŁ†ِ Ų¹ُŁ…َŲ±َ Ų£َŁ†َّ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ -ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ł‚َŲ§Ł„َ: « ŲµَŁ„Ų§َŲ©ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ِ Ų£َŁْŲ¶َŁ„ُ Ł…ِŁ†ْ ŲµَŁ„Ų§َŲ©ِ Ų§Ł„ْŁَŲ°ِّ ŲØِŲ³َŲØْŲ¹ٍ ŁˆَŲ¹ِŲ“ْŲ±ِŁŠŁ†َ ŲÆَŲ±َŲ¬َŲ©ً ».
“Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh tingkatan”. (HR. Muslim).
2. Dijauhkan Dari Syetan.
Ų„ِŁ†َّ Ų§Ł„Ų“َّŁŠْŲ·َŲ§Ł†َ Ų°ِŲ¦ْŲØُ Ų§Ł„Ų„ِŁ†ْŲ³َŲ§Ł†ِ ŁƒَŲ°ِŲ¦ْŲØِ Ų§Ł„ْŲŗَŁ†َŁ…ِ ŁŠَŲ£ْŲ®ُŲ°ُ Ų§Ł„Ų“َّŲ§Ų©َ Ų§Ł„ْŁ‚َŲ§ŲµِŁŠَŲ©َ ŁˆَŲ§Ł„Ł†َّŲ§Ų­ِŁŠَŲ©َ ŁَŲ„ِŁŠَّŲ§ŁƒُŁ…ْ ŁˆَŲ§Ł„Ų“ِّŲ¹َŲ§ŲØَ ŁˆَŲ¹َŁ„َŁŠْŁƒُŁ…ْ ŲØِŲ§Ł„ْŲ¬َŁ…Ų§Ų¹َŲ©ِ ŁˆَŲ§Ł„ْŲ¹َŲ§Ł…َّŲ©ِ ŁˆŲ§Ł„ْŁ…َŲ³ْŲ¬ِŲÆِ
“Sesungguhnya setan itu bagi manusia seperti srigala bagi kambing, srigala menangkap kambing yang memisahkan diri dari gerombolannya dan kambing yang menyendiri. Maka janganlah kamu memisahkan diri dari jamaah, hendaklah kamu berjamaah, bersama orang banyak dan senantiasa memakmurkan masjid”. (HR. Ahmad bin Hanbal).
3. Semakin Banyak Balasan Dengan Banyaknya Jumlah Orang Yang Shalat.
ŁˆَŲ„ِŁ†َّ ŲµَŁ„Ų§َŲ©َ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„ِ Ł…َŲ¹َ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„ِ Ų£َŲ²ْŁƒَŁ‰ Ł…ِŁ†ْ ŲµَŁ„Ų§َŲŖِŁ‡ِ ŁˆَŲ­ْŲÆَŁ‡ُ ŁˆَŲµَŁ„Ų§َŲŖُŁ‡ُ Ł…َŲ¹َ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„َŁŠْŁ†ِ Ų£َŲ²ْŁƒَŁ‰ Ł…ِŁ†ْ ŲµَŁ„Ų§َŲŖِŁ‡ِ Ł…َŲ¹َ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„ِ ŁˆَŁ…َŲ§ ŁƒَŲ«ُŲ±َ ŁَŁ‡ُŁˆَ Ų£َŲ­َŲØُّ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŲŖَŲ¹َŲ§Ł„َŁ‰
“Sesungguhnya shalat seseorang dengan satu orang lebih utama daripada shalat sendirian. Shalat seseorang bersama dua orang lebih utama daripada shalatnya bersama satu orang. Jika lebih banyak, maka lebih dicintai Allah Swt”. (HR. Abu Daud).
4. Dijauhkan Dari Nifaq.
Ł…َŁ†ْ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ł„ِŁ„َّŁ‡ِ Ų£َŲ±ْŲØَŲ¹ِŁŠŁ†َ ŁŠَŁˆْŁ…ًŲ§ ŁِŁ‰ Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ ŁŠُŲÆْŲ±ِŁƒُ Ų§Ł„ŲŖَّŁƒْŲØِŁŠŲ±َŲ©َ Ų§Ł„Ų£ُŁˆŁ„َŁ‰ ŁƒُŲŖِŲØَŲŖْ Ł„َŁ‡ُ ŲØَŲ±َŲ§Ų”َŲŖَŲ§Ł†ِ ŲØَŲ±َŲ§Ų”َŲ©ٌ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų±ِ ŁˆَŲØَŲ±َŲ§Ų”َŲ©ٌ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„Ł†ِّŁَŲ§Ł‚ِ
“Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt selama empat puluh hari berjamaah, ia mendapatkan takbiratul ihram. Maka dituliskan baginya dijauhkan dari dua perkara; dari neraka dan dijauhkan dari kemunafikan”. (HR. At-Tirmidzi).
5. Mendapatkan Perlindungan Allah Swt.
Ł…َŁ†ْ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų§Ł„ŲµُّŲØْŲ­َ ŁَŁ‡ُŁˆَ ŁِŁ‰ Ų°ِŁ…َّŲ©ِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ
“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt”. (HR. Muslim).
6. Mendapatkan Balasan Pahala Seperti Haji dan ‘Umrah.
Ł…َŁ†ْ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų§Ł„ْŲŗَŲÆَŲ§Ų©َ ŁِŁ‰ Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ Ų«ُŁ…َّ Ł‚َŲ¹َŲÆَ ŁŠَŲ°ْŁƒُŲ±ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡َ Ų­َŲŖَّŁ‰ ŲŖَŲ·ْŁ„ُŲ¹َ Ų§Ł„Ų“َّŁ…ْŲ³ُ Ų«ُŁ…َّ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų±َŁƒْŲ¹َŲŖَŁŠْŁ†ِ ŁƒَŲ§Ł†َŲŖْ Ł„َŁ‡ُ ŁƒَŲ£َŲ¬ْŲ±ِ Ų­َŲ¬َّŲ©ٍ ŁˆَŲ¹ُŁ…ْŲ±َŲ©ٍ ». Ł‚َŲ§Ł„َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ -ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- « ŲŖَŲ§Ł…َّŲ©ٍ ŲŖَŲ§Ł…َّŲ©ٍ ŲŖَŲ§Ł…َّŲ©ٍ ».
“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, kemudian ia duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat. Maka ia mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah”. Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, “Sempurna, sempurna, sempurna”. (HR. At-Tirmidzi).
7. Mendapatkan Balasan Pahala Seperti Qiyamullail.
Ł…َŁ†ْ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų§Ł„ْŲ¹ِŲ“َŲ§Ų”َ ŁِŁ‰ Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ ŁَŁƒَŲ£َŁ†َّŁ…َŲ§ Ł‚َŲ§Ł…َ Ł†ِŲµْŁَ Ų§Ł„Ł„َّŁŠْŁ„ِ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų§Ł„ŲµُّŲØْŲ­َ ŁِŁ‰ Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ ŁَŁƒَŲ£َŁ†َّŁ…َŲ§ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁŠْŁ„َ ŁƒُŁ„َّŁ‡ُ
“Siapa yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail setengah malam. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail sepanjang malam”. (HR. Muslim).
8. Berkumpul Dengan Para Malaikat.
ŁŠَŲŖَŲ¹َŲ§Ł‚َŲØُŁˆŁ†َ ŁِŁŠŁƒُŁ…ْ Ł…َŁ„Ų§َŲ¦ِŁƒَŲ©ٌ ŲØِŲ§Ł„Ł„َّŁŠْŁ„ِ ŁˆَŁ…َŁ„Ų§َŲ¦ِŁƒَŲ©ٌ ŲØِŲ§Ł„Ł†َّŁ‡َŲ§Ų±ِ ، ŁˆَŁŠَŲ¬ْŲŖَŁ…ِŲ¹ُŁˆŁ†َ ŁِŁ‰ ŲµَŁ„Ų§َŲ©ِ Ų§Ł„ْŁَŲ¬ْŲ±ِ ŁˆَŲµَŁ„Ų§َŲ©ِ Ų§Ł„ْŲ¹َŲµْŲ±ِ ، Ų«ُŁ…َّ ŁŠَŲ¹ْŲ±ُŲ¬ُ Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ ŲØَŲ§ŲŖُŁˆŲ§ ŁِŁŠŁƒُŁ…ْ ، ŁَŁŠَŲ³ْŲ£َŁ„ُŁ‡ُŁ…ْ ŁˆَŁ‡ْŁˆَ Ų£َŲ¹ْŁ„َŁ…ُ ŲØِŁ‡ِŁ…ْ ŁƒَŁŠْŁَ ŲŖَŲ±َŁƒْŲŖُŁ…ْ Ų¹ِŲØَŲ§ŲÆِŁ‰ ŁَŁŠَŁ‚ُŁˆŁ„ُŁˆŁ†َ ŲŖَŲ±َŁƒْŁ†َŲ§Ł‡ُŁ…ْ ŁˆَŁ‡ُŁ…ْ ŁŠُŲµَŁ„ُّŁˆŁ†َ ، ŁˆَŲ£َŲŖَŁŠْŁ†َŲ§Ł‡ُŁ…ْ ŁˆَŁ‡ُŁ…ْ ŁŠُŲµَŁ„ُّŁˆŁ†َ
“Malaikat malam dan malaikat siang saling bergantian, mereka berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Kemudian yang bertugas di waktu malam naik, Allah Swt bertanya kepada mereka, Allah Swt Maha Mengetahui, “Bagaimanakah kamu meninggalkan hamba-hamba-Ku?”. Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat dan kami datang kepada mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
9. Didoakan Malaikat.
 Ł„Ų§َ ŁŠَŲ²َŲ§Ł„ُ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆُ ŁِŁ‰ ŲµَŁ„Ų§َŲ©ٍ Ł…َŲ§ ŁƒَŲ§Ł†َ ŁِŁ‰ Ł…ُŲµَŁ„Ų§َّŁ‡ُ ŁŠَŁ†ْŲŖَŲøِŲ±ُ Ų§Ł„ŲµَّŁ„Ų§َŲ©َ ŁˆَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُ Ų§Ł„ْŁ…َŁ„Ų§َŲ¦ِŁƒَŲ©ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُŁ…َّ Ų§ŲŗْŁِŲ±ْ Ł„َŁ‡ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُŁ…َّ Ų§Ų±ْŲ­َŁ…ْŁ‡ُ. Ų­َŲŖَّŁ‰ ŁŠَŁ†ْŲµَŲ±ِŁَ Ų£َŁˆْ ŁŠُŲ­ْŲÆِŲ«َ
“Seorang hamba yang melaksanakan shalat, kemudian ia tetap berada di tempat shalatnya menantikan pelaksanaan shalat, maka malaikat berkata: “Ya Allah, ampunilah ia, curahkanlah rahmat-Mu kepadanya”. Hingga ia beranjak atau berhadas. (HR. Muslim).
10. Serentak Dengan ‘Amin’ Malaikat.
Ų„ِŲ°َŲ§ Ų£َŁ…َّŁ†َ Ų§Ł„Ų„ِŁ…َŲ§Ł…ُ ŁَŲ£َŁ…ِّŁ†ُŁˆŲ§ ŁَŲ„ِŁ†َّŁ‡ُ Ł…َŁ†ْ ŁˆَŲ§ŁَŁ‚َ ŲŖَŲ£ْŁ…ِŁŠŁ†ُŁ‡ُ ŲŖَŲ£ْŁ…ِŁŠŁ†َ Ų§Ł„ْŁ…َŁ„Ų§َŲ¦ِŁƒَŲ©ِ ŲŗُŁِŲ±َ Ł„َŁ‡ُ Ł…َŲ§ ŲŖَŁ‚َŲÆَّŁ…َ Ł…ِŁ†ْ Ų°َŁ†ْŲØِŁ‡ِ
“Apabila imam mengucapkan ‘Amin’, maka ucapkanlah ‘Amin’. Sesungguhnya siapa yang ucapannya sesuai dengan ucapan ‘Amin’ yang diucapkan malaikat, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Akan Datang Walaupun Merangkak.
ŁˆَŁ„َŁˆْ ŁŠَŲ¹ْŁ„َŁ…ُŁˆŁ†َ Ł…َŲ§ ŁِŁ‰ Ų§Ł„ْŲ¹َŲŖَŁ…َŲ©ِ ŁˆَŲ§Ł„ŲµُّŲØْŲ­ِ Ł„Ų£َŲŖَŁˆْŁ‡ُŁ…َŲ§ ŁˆَŁ„َŁˆْ Ų­َŲØْŁˆًŲ§
“Andai mereka mengetahui apa yang ada pada shalat Isya’ dan shalat Shubuh, pastilah mereka akan mendatanginya, walaupun merangkak”.
(HR. Al-Bukhari).
Share:

HADITS: 7 PESAN NABI KEPADA ABU DZAR.

Ų¹َŁ†ْ Ų£َŲØِŁ‰ Ų°َŲ±ٍّ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų£َŁ…َŲ±َŁ†ِŁ‰ Ų®َŁ„ِŁŠŁ„ِŁ‰ -ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- ŲØِŲ³َŲØْŲ¹ٍ:
Dari Abu Dzar, ia berkata: “Orang yang aku kasihi (Rasulullah Saw) memerintahkan aku melakukan tujuh perkara:
Ų£َŁ…َŲ±َŁ†ِŁ‰ ŲØِŲ­ُŲØِّ Ų§Ł„ْŁ…َŲ³َŲ§ŁƒِŁŠŁ†ِ ŁˆَŲ§Ł„ŲÆُّŁ†ُŁˆِّ Ł…ِŁ†ْŁ‡ُŁ…ْ
Ia perintahkan aku mencintai dan mendekati orang-orang miskin.
ŁˆَŲ£َŁ…َŲ±َŁ†ِŁ‰ Ų£َŁ†ْ Ų£َŁ†ْŲøُŲ±َ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ł…َŁ†ْ Ł‡ُŁˆَ ŲÆُŁˆŁ†ِŁ‰ ŁˆَŁ„Ų§َ Ų£َŁ†ْŲøُŲ±َ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ł…َŁ†ْ Ł‡ُŁˆَ ŁَŁˆْŁ‚ِŁ‰
Ia perintahkan aku agar melihat ke bawah, tidak melihat keatas.
ŁˆَŲ£َŁ…َŲ±َŁ†ِŁ‰ Ų£َŁ†ْ Ų£َŲµِŁ„َ Ų§Ł„Ų±َّŲ­ِŁ…َ ŁˆَŲ„ِŁ†ْ Ų£ŲÆŲØŲ±ŲŖ
Ia perintahkan aku agar tetap menjalin silaturahim, meskipun orang tersebut bersikap tidak baik.
ŁˆَŲ£َŁ…َŲ±َŁ†ِŁ‰ Ų£َŁ†ْ Ł„Ų§َ Ų£َŲ³ْŲ£َŁ„َ Ų£َŲ­َŲÆŲ§ً Ų“َŁŠْŲ¦Ų§ً
Ia perintahkan aku agar tidak meminta apa pun kepada orang lain
ŁˆَŲ£َŁ…َŲ±َŁ†ِŁ‰ Ų£َŁ†ْ Ų£َŁ‚ُŁˆŁ„َ ŲØِŲ§Ł„ْŲ­َŁ‚ِّ ŁˆَŲ„ِŁ†ْ ŁƒَŲ§Ł†َ Ł…ُŲ±ًّŲ§
Ia perintahkan aku agar mengucapkan kebenaran, walaupun pahit.
ŁˆَŲ£َŁ…َŲ±َŁ†ِŁ‰ Ų£َŁ†ْ Ł„Ų§َ Ų£َŲ®َŲ§Łَ ŁِŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ł„َŁˆْŁ…َŲ©َ Ł„Ų§َŲ¦ِŁ…ٍ
Ia perintahkan aku agar tidak takut kecaman orang-orang yang mengecam dalam mengamalkan agama Allah (Islam)
ŁˆَŲ£َŁ…َŲ±َŁ†ِŁ‰ Ų£َŁ†ْ Ų£ُŁƒْŲ«ِŲ±َ Ł…ِŁ†ْ Ł‚َŁˆْŁ„ِ Ł„Ų§َ Ų­َŁˆْŁ„َ ŁˆَŁ„Ų§َ Ł‚ُŁˆَّŲ©َ Ų„ِŁ„Ų§َّ ŲØِŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁَŲ„ِŁ†َّŁ‡ُŁ†َّ Ł…ِŁ†ْ ŁƒَŁ†ْŲ²ٍ ŲŖَŲ­ْŲŖَ Ų§Ł„ْŲ¹َŲ±ْŲ“ِ.
Ia perintahkan aku agar memperbanyak kalimat: La haula wa la quwwata illa billah (tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah). Sesungguhnya kalimat itu dari perbendaharaan di bawah ‘Arsy.
(HR. Riwayat Ahmad)
Share:

KAJIAN HADITS MASJID AKRAMUNNAS UNRI 31 MARET 2012

ŁˆŲ¹Ł† Ų£ŲØŁŠ Ų§Ł„ŲÆŲ±ŲÆŲ§Ų” Ų±Ų¶ŁŠ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł†Ł‡ Ų¹Ł† Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… Ł‚Ų§Ł„
Ų«Ł„Ų§Ų«Ų© ŁŠŲ­ŲØŁ‡Ł… Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁˆŁŠŲ¶Ų­Łƒ Ų„Ł„ŁŠŁ‡Ł… ŁˆŁŠŲ³ŲŖŲØŲ“Ų± ŲØŁ‡Ł…
Ų§Ł„Ų°ŁŠ Ų„Ų°Ų§ Ų§Ł†ŁƒŲ“ŁŲŖ ŁŲ¦Ų© Ł‚Ų§ŲŖŁ„ ŁˆŲ±Ų§Ų”Ł‡Ų§ ŲØŁ†ŁŲ³Ł‡ Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ų² ŁˆŲ¬Ł„
ŁŲ„Ł…Ų§ Ų£Ł† ŁŠŁ‚ŲŖŁ„ ŁˆŲ„Ł…Ų§ Ų£Ł† ŁŠŁ†ŲµŲ±Ł‡ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ų² ŁˆŲ¬Ł„ ŁˆŁŠŁƒŁŁŠŁ‡
ŁŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ų§Ł†ŲøŲ±ŁˆŲ§ Ų„Ł„Ł‰ Ų¹ŲØŲÆŁŠ Ł‡Ų°Ų§ ŁƒŁŠŁ ŲµŲØŲ± Ł„ŁŠ ŲØŁ†ŁŲ³Ł‡ ؟
ŁˆŲ§Ł„Ų°ŁŠ Ł„Ł‡ Ų§Ł…Ų±Ų£Ų© Ų­Ų³Ł†Ų© ŁˆŁŲ±Ų§Ų“ Ł„ŁŠŁ† Ų­Ų³Ł† ŁŁŠŁ‚ŁˆŁ… Ł…Ł† Ų§Ł„Ł„ŁŠŁ„
ŁŁŠŁ‚ŁˆŁ„ ŁŠŲ°Ų± Ų“Ł‡ŁˆŲŖŁ‡ ŁˆŁŠŲ°ŁƒŲ±Ł†ŁŠ ŁˆŁ„Łˆ Ų“Ų§Ų” Ų±Ł‚ŲÆ
ŁˆŲ§Ł„Ų°ŁŠ Ų„Ų°Ų§ ŁƒŲ§Ł† ŁŁŠ Ų³ŁŲ± ŁˆŁƒŲ§Ł† Ł…Ų¹Ł‡ Ų±ŁƒŲØ ŁŲ³Ł‡Ų±ŁˆŲ§ Ų«Ł… Ł‡Ų¬Ų¹ŁˆŲ§ ŁŁ‚Ų§Ł… Ł…Ł† Ų§Ł„Ų³Ų­Ų± ŁŁŠ Ų¶Ų±Ų§Ų” ŁˆŲ³Ų±Ų§Ų”
Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų§Ł„Ų·ŲØŲ±Ų§Ł†ŁŠ ŁŁŠ Ų§Ł„ŁƒŲØŁŠŲ± ŲØŲ„Ų³Ł†Ų§ŲÆ Ų­Ų³Ł†

Diriwayatkan dari Abu ad-Darda’, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:

“Tiga orang yang dicintai Allah, Allah tertawa kepada mereka dan memberikan kabar gembira kepada mereka:
Seseorang yang kelompok pasukannya mengalami kekalahan, akan tetapi ia tetap maju berperang sendirian karena Allah.
Mungkin ia akan terbunuh, mungkin juga Allah akan menolong dan mencukupkannya.
Maka Allah berkata: ‘Lihatlah hamba-Ku ini, bagaimana ia bersabar terhadap dirinya demi untuk Aku’.

Seseorang yang mempunyai istri yang baik, memiliki kasur yang lembut dan bagus, namun ia tetap Qiyamullai.
Allah berkata: ‘Ia tinggalkan syahwatnya dan ia mengingat Aku. Padahal jika ia mau, ia bisa tidur’.

Seseorang yang berada dalam suatu perjalanan, ia bersama para penunggang kuda, mereka tidak tidur malam (karena lelah musafir), kemudian mereka tidur. Lalu ia bangun pada waktu sahur dalam keadaan susah dan senang”.

Diriwayatkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir.
Hadits Hasan.
Share:

DOA BERBAHASA INDONESIA DALAM SHALAT.

Pertanyaan:
Apa hukum mengucapkan doa berbahasa Indonesia dalam shalat?

Jawaban:
Imam an-Nawawi berkata:
ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲ¬ŁˆŲ² Ų§Ł† ŁŠŲ®ŲŖŲ±Ų¹ ŲÆŲ¹ŁˆŲ© ŲŗŁŠŲ± Ł…Ų£Ų«ŁˆŲ±Ų© ŁˆŁŠŲ£ŲŖŁ‰ ŲØŁ‡Ų§ Ų§Ł„Ų¹Ų¬Ł…ŁŠŲ© ŲØŁ„Ų§ Ų®Ł„Ų§Ł ŁˆŲŖŲØŲ·Ł„ ŲØŁ‡Ų§ Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų©
“Tidak boleh membuat-buat doa yang tidak ma’tsur (bukan dari al-Qur’an dan Sunnah), kemudian diucapkan dalam bahasa asing (bukan Arab), tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini, shalat menjadi batal disebabkan itu”.
Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: juz. 16, hal. 212.
Share:

TALAK DIWAKILKAN DAN LEWAT SURAT

Pertanyaan:
Apakah sah talak yang diwakilkan dan lewat surat?

Jawaban:
Ų­ŁƒŁ… Ų§Ł„ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„ ŁŁŠ Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚:
Hukum Mewakilkan Thalaq
Diterjemahkan dari Kitab Mausu’ah al-Fiqh al-Islamy
Ensiklopaedia Fiqh Islam.
Ų§Ł„Ų±Ų¬Ł„ ŁƒŁ…Ų§ ŁŠŁ…Ł„Łƒ Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚ ŲØŁ†ŁŲ³Ł‡ ŁŠŁ…Ł„Łƒ Ų„Ł†Ų§ŲØŲ© ŲŗŁŠŲ±Ł‡ ŁŁŠŁ‡، ŁˆŁŠŁ‚Ų¹ Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚ Ł…Ł† ŲŗŁŠŲ± Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ ŲØŲ„Ų°Ł†Ł‡ Ų„Ł…Ų§ ŲØŲ§Ł„ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„، Ų£Łˆ Ų§Ł„ŲŖŁŁˆŁŠŲ¶، Ų£Łˆ Ų§Ł„Ų±Ų³Ų§Ł„Ų©.
ŁŲ§Ł„ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„: Ų„Ł†Ų§ŲØŲ© Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ ŲŗŁŠŲ±Ł‡ ŁŁŠ Ų·Ł„Ų§Ł‚ Ų²ŁˆŲ¬ŲŖŁ‡ ŁƒŲ£Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ł„ŲŗŁŠŲ±Ł‡: ŁˆŁƒّŁ„ŲŖŁƒ ŁŁŠ Ų·Ł„Ų§Ł‚ Ų²ŁˆŲ¬ŲŖŁŠ، ŁŲ„Ų°Ų§ Ł‚َŲØِŁ„ Ų§Ł„ŁˆŁƒŁŠŁ„ Ų§Ł„ŁˆŁƒŲ§Ł„Ų©، Ų«Ł… Ł‚Ų§Ł„ Ł„Ų²ŁˆŲ¬Ų© Ł…ŁˆŁƒِّŁ„Ł‡: Ų£Ł†ŲŖ Ų·Ų§Ł„Ł‚، ŁŁ‚ŲÆ ŁˆŁ‚Ų¹ Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚، ŁˆŁƒŁ„ Ł…Ł† ŲµŲ­ Ų·Ł„Ų§Ł‚Ł‡ ŲµŲ­ ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„Ł‡، ŁˆŲ§Ł„ŁˆŁƒŁŠŁ„ ŁŁŠ Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚ Ł…Ł‚ŁŠŲÆ ŲØŲ§Ł„Ų¹Ł…Ł„ ŲØŲ±Ų£ŁŠ Ų§Ł„Ł…ŁˆŁƒِّŁ„، ŁŲ„Ų°Ų§ ŲŖŲ¬Ų§ŁˆŲ²Ł‡ Ł„Ł… ŁŠŁ†ŁŲ° ŲŖŲµŲ±ŁŁ‡ Ų„Ł„Ų§ ŲØŲ„Ų¬Ų§Ų²Ų© Ų§Ł„Ł…ŁˆŁƒِّŁ„، ŁˆŁ„Ł„Ł…ŁˆŁƒِّŁ„ Ų£Ł† ŁŠŲ¹Ų²Ł„ Ų§Ł„ŁˆŁƒŁŠŁ„ Ł…ŲŖŁ‰ Ų“Ų§Ų”.
ŁˆŲ„Ų°Ų§ ŁˆŁƒŁ„ Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ Ų²ŁˆŲ¬ŲŖŁ‡ ŁŁŠ Ų·Ł„Ų§Ł‚ Ł†ŁŲ³Ł‡Ų§ ŲµŲ­ ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„Ł‡Ų§، ŁˆŲ·Ł„Ų§Ł‚Ł‡Ų§ Ł„Ł†ŁŲ³Ł‡Ų§؛ Ł„Ų£Ł†Ł‡ ŁŠŲµŲ­ ŲŖŁˆŁƒŁŠŁ„Ł‡Ų§ ŁŁŠ Ų·Ł„Ų§Ł‚ ŲŗŁŠŲ±Ł‡Ų§، ŁŁƒŲ°Ų§ ŁŁŠ Ų·Ł„Ų§Ł‚ Ł†ŁŲ³Ł‡Ų§.
Sebagaimana seorang laki-laki memiliki hak thalaq pada dirinya sendiri, maka ia juga memiliki hak untuk mewakilkan thalaq kepada orang lain. Thalaq tetap dianggap jatuh meskipun tidak dijatuhkan suami (secara langsung), akan tetapi dijatuhkan oleh orang lain dengan izin suami, apakah dengan cara diwakilkan kepada orang lain, pelimpahan kuasa atau dengan surat. Makna mewakilkan adalah: suami mewakilkan kepada orang lain untuk menceraikan istrinya, misalnya ia mengatakan kepada orang lain: “Saya wakilkan kepada engkau dalam hal menceraikan istri saya”. Jika si wakil menerimanya, kemudian mengatakan kepada istri orang yang mewakilkan: “Engkau telah diceraikan”. Maka talaqnya jatuh. Semua orang yang sah thalaqnya, maka sah pula jika ia mewakilkan kepada orang lain. Orang yang menjadi wakil dalam masalah thalaq terikat dengan pendapat orang yang mewakilkan. Jika orang yang menjadi wakil itu melampaui batas, maka perbuatannya tidak sah, kecuali dengan izin orang yang mewakilkan. Orang yang mewakilkan dapat menggugurkan hak wakil kapan saja ia berkehendak. Jika seorang suami mewakilkan kepada istrinya untuk menceraikan dirinya sendiri, maka perwakilan itu sah dan thalaqnya juga sah. Karena sah hukumnya jika suami mewakilkan kepada istrinya untuk menceraikan orang lain, maka sah pula hukumnya untuk menceraikan dirinya sendiri.



.Ų­ŁƒŁ… Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚ ŲØŲ§Ł„Ų±Ų³Ų§Ł„Ų©:
Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚ ŲØŲ§Ł„Ų±Ų³Ų§Ł„Ų© Ł„Ł‡ ŲµŁˆŲ±ŲŖŲ§Ł†:
Ų§Ł„Ų£ŁˆŁ„Ł‰: Ų£Ł† ŁŠŁƒŲŖŲØ Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ Ų±Ų³Ų§Ł„Ų© ŲØŲ§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚ Ų„Ł„Ł‰ Ų²ŁˆŲ¬ŲŖŁ‡، ŁˆŁŠŲ±Ų³Ł„Ł‡Ų§ Ł…Ų­Ų±Ų±Ų© Ų„Ł„ŁŠŁ‡Ų§، ŁƒŲ£Ł† ŁŠŁƒŲŖŲØ Ł„Ł‡Ų§ Ų­Ų±ŁŁŠŲ§ً Ų£Ł†ŲŖ Ų·Ų§Ł„Ł‚، Ų£Łˆ Ł…Ų·Ł„Ł‚Ų© ŁˆŁ†Ų­Łˆ Ų°Ł„Łƒ Ł…Ł…Ų§ ŁŠŁŁŠŲÆ Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚، ŁŲ„Ų°Ų§ Ų§Ų³ŲŖŁ„Ł…ŲŖŁ‡Ų§ ŲµŲ§Ų±ŲŖ Ų·Ų§Ł„Ł‚Ų§ً.
Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠŲ©: Ų£Ł† ŁŠŲ±Ų³Ł„ Ų„Ł„ŁŠŁ‡Ų§ Ų±Ų³Ų§Ł„Ų© Ų“ŁŁˆŁŠŲ© ŲØŲ§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚، ŁƒŲ£Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ų²ŁˆŲ¬ Ł„Ų±Ų¬Ł„: Ų§Ų°Ł‡ŲØ Ų„Ł„Ł‰ ŁŁ„Ų§Ł†Ų© Ų²ŁˆŲ¬ŲŖŁŠ ŁˆŁ‚Ł„ Ł„Ł‡Ų§: Ų„Ł† Ų²ŁˆŲ¬Łƒ ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ł„Łƒ Ų£Ł†ŲŖ Ų·Ų§Ł„Ł‚.
ŁŲ„Ų°Ų§ Ų°Ł‡ŲØ Ų§Ł„Ų±Ų³ŁˆŁ„ Ų„Ł„ŁŠŁ‡Ų§، ŁˆŲØŁ„ّŲŗŁ‡Ų§ Ų§Ł„Ų±Ų³Ų§Ł„Ų© Ų¹Ł„Ł‰ ŁˆŲ¬Ł‡Ł‡Ų§، ŁˆŁ‚Ų¹ Ų§Ł„Ų·Ł„Ų§Ł‚، ŁˆŲ§Ł„Ų±Ų³ŁˆŁ„ Ł†Ų§Ł‚Ł„ Ł„Ų§ Ł…Ų·Ł„Ł‚.
Hukum thalaq dengan surat.
Thalaq dengan surat itu ada dua bentuk:
Pertama, suami menulis surat cerai kepada istrinya, ia kirimkan ia tujukan kepada istrinya, ia tulis secara harfiah: “Engkau telah dithalaq”, atau “Engkau diceraikan”, atau kalimat seperti itu yang mengandung makna thalaq. Ketika si istri menerima surat itu, maka thalaq jatuh pada dirinya.
Kedua, suami mengirim pesan lisan, misalnya seorang suami berkata kepada seseorang, “Pergilah engkau kepada si anu istri saya, katakana kepadanya, “Sesungguhnya suamimu telah berkata kepada bahwa engkau telah diceraikan”. Jika utusan itu pergi kepada istri yang bersangkutan dan menyampaikan pesan lisan itu, maka thalaq pun jatuh. Utusan itu hanya membawa pesan, bukan orang yang menjatuhkan thalaq.
Share:

Hadits: Yang Menolong Akan Ditolong.

Ų¹َŁ†ْ Ų£َŲØِŁ‰ Ł‡ُŲ±َŁŠْŲ±َŲ©َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ -ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- « Ł…َŁ†ْ Ł†َŁَّŲ³َ Ų¹َŁ†ْ Ł…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ٍ ŁƒُŲ±ْŲØَŲ©ً Ł…ِŁ†ْ ŁƒُŲ±َŲØِ Ų§Ł„ŲÆُّŁ†ْŁŠَŲ§ Ł†َŁَّŲ³َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų¹َŁ†ْŁ‡ُ ŁƒُŲ±ْŲØَŲ©ً Ł…ِŁ†ْ ŁƒُŲ±َŲØِ ŁŠَŁˆْŁ…ِ Ų§Ł„ْŁ‚ِŁŠَŲ§Ł…َŲ©ِ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŁŠَŲ³َّŲ±َ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ł…ُŲ¹ْŲ³ِŲ±ٍ ŁŠَŲ³َّŲ±َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِ ŁِŁ‰ Ų§Ł„ŲÆُّŁ†ْŁŠَŲ§ ŁˆَŲ§Ł„Ų¢Ų®ِŲ±َŲ©ِ ŁˆَŁ…َŁ†ْ Ų³َŲŖَŲ±َ Ł…ُŲ³ْŁ„ِŁ…ًŲ§ Ų³َŲŖَŲ±َŁ‡ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ŁِŁ‰ Ų§Ł„ŲÆُّŁ†ْŁŠَŲ§ ŁˆَŲ§Ł„Ų¢Ų®ِŲ±َŲ©ِ ŁˆَŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ŁِŁ‰ Ų¹َŁˆْŁ†ِ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆِ Ł…َŲ§ ŁƒَŲ§Ł†َ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆُ ŁِŁ‰ Ų¹َŁˆْŁ†ِ Ų£َŲ®ِŁŠŁ‡ِ ŁˆَŁ…َŁ†ْ Ų³َŁ„َŁƒَ Ų·َŲ±ِŁŠŁ‚ًŲ§ ŁŠَŁ„ْŲŖَŁ…ِŲ³ُ ŁِŁŠŁ‡ِ Ų¹ِŁ„ْŁ…ًŲ§ Ų³َŁ‡َّŁ„َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ł„َŁ‡ُ ŲØِŁ‡ِ Ų·َŲ±ِŁŠŁ‚ًŲ§ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ†َّŲ©ِ ŁˆَŁ…َŲ§ Ų§Ų¬ْŲŖَŁ…َŲ¹َ Ł‚َŁˆْŁ…ٌ ŁِŁ‰ ŲØَŁŠْŲŖٍ Ł…ِŁ†ْ ŲØُŁŠُŁˆŲŖِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁŠَŲŖْŁ„ُŁˆŁ†َ ŁƒِŲŖَŲ§ŲØَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁˆَŁŠَŲŖَŲÆَŲ§Ų±َŲ³ُŁˆŁ†َŁ‡ُ ŲØَŁŠْŁ†َŁ‡ُŁ…ْ Ų„ِŁ„Ų§َّ Ł†َŲ²َŁ„َŲŖْ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِŁ…ُ Ų§Ł„Ų³َّŁƒِŁŠŁ†َŲ©ُ ŁˆَŲŗَŲ“ِŁŠَŲŖْŁ‡ُŁ…ُ Ų§Ł„Ų±َّŲ­ْŁ…َŲ©ُ ŁˆَŲ­َŁَّŲŖْŁ‡ُŁ…ُ Ų§Ł„ْŁ…َŁ„Ų§َŲ¦ِŁƒَŲ©ُ ŁˆَŲ°َŁƒَŲ±َŁ‡ُŁ…ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ŁِŁŠŁ…َŁ†ْ Ų¹ِŁ†ْŲÆَŁ‡ُ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŲØَŲ·َّŲ£َ ŲØِŁ‡ِ Ų¹َŁ…َŁ„ُŁ‡ُ Ł„َŁ…ْ ŁŠُŲ³ْŲ±ِŲ¹ْ ŲØِŁ‡ِ Ł†َŲ³َŲØُŁ‡ُ ».

Sumber:
Shahih Muslim. Kitab: adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-Taubah, Bab: Fadhl al-Ijtima’ ‘ala Tilawati al-Qur’an wa ‘ala adz-Dzikr (Keutamaan berkumpul untuk membaca al-Qur’an dan berzikir).

Terjemah:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa yang melepaskan satu kesulitan dari beberapa kesulitan dunia pada seorang mukmin, maka Allah akan melepaskannya dari satu kesulitan diantara beberapa kesulitan pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya. Siapa yang melewati suatu jalan, ia mencari ilmu di jalan itu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Sekelompok orang berkumpul di rumah Allah, membaca kitab Allah, mengkaji isinya diantara mereka, maka pasti turun ketenangan kepada mereka, rahmat meliputi mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut mereka kepada para malaikat yang ada di sisi-Nya. Siapa yang lamban amalnya, maka nasabnya tidak membuatnya cepat (seseorang dinilai dari amalnya, bukan nasabnya)”.
Share:

Hadits: Mu’min Yang Kuat Lebih Dicintai Allah.

Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ُ Ų§Ł„ْŁ‚َŁˆِŁ‰ُّ Ų®َŁŠْŲ±ٌ ŁˆَŲ£َŲ­َŲØُّ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ِ Ų§Ł„Ų¶َّŲ¹ِŁŠŁِ ŁˆَŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ٍّ Ų®َŁŠْŲ±ٌ Ų§Ų­ْŲ±ِŲµْ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ł…َŲ§ ŁŠَŁ†ْŁَŲ¹ُŁƒَ ŁˆَŲ§Ų³ْŲŖَŲ¹ِŁ†ْ ŲØِŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁˆَŁ„Ų§َ ŲŖَŲ¹ْŲ¬ِŲ²ْ ŁˆَŲ„ِŁ†ْ Ų£َŲµَŲ§ŲØَŁƒَ Ų“َŁ‰ْŲ”ٌ ŁَŁ„Ų§َ ŲŖَŁ‚ُŁ„ْ Ł„َŁˆْ Ų£َŁ†ِّŁ‰ ŁَŲ¹َŁ„ْŲŖُ ŁƒَŲ§Ł†َ ŁƒَŲ°َŲ§ ŁˆَŁƒَŲ°َŲ§. ŁˆَŁ„َŁƒِŁ†ْ Ł‚ُŁ„ْ Ł‚َŲÆَŲ±ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁˆَŁ…َŲ§ Ų“َŲ§Ų”َ ŁَŲ¹َŁ„َ ŁَŲ„ِŁ†َّ Ł„َŁˆْ ŲŖَŁْŲŖَŲ­ُ Ų¹َŁ…َŁ„َ Ų§Ł„Ų“َّŁŠْŲ·َŲ§Ł†ِ

Sumber:
Shahih Muslim, Kitab: al-Qadr, Bab: fi al-Amr bi al-Quwwah wa Tark al-‘Ajz wa al-Isti’anah billah wa Tafwidh al-Maqadir lillah (Perintah agar kuat, meninggalkan sikap lemah, meminta tolong kepada Allah dan menyerahkan takdir kepada Allah Swt).

Terjemah:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dalam semuanya ada kebaikan. Bersemangatlah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa lemah. Jika sesuatu menimpamu, jangan engkau katakan, ‘Andai saya melakukan anu dan anu’. Akan tetapi katakanlah, ‘Takdir Allah, apa yang Ia kehendaki, Ia lakukan’. Karena kalau-kalau itu membuka perbuatan setan”.
Share:

TANYA – JAWAB SHALAT SUNNAT TASBIH

Disusun Oleh:
H. Abdul Somad, Lc., MA.
(S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Darulhadis, Maroko. Dosen UIN Suska).

Pertanyaan: Apakah dalil shalat sunnat Tasbih?
Jawaban: Dalil pelaksanaan shalat sunnat Tasbih berdasarkan sabda Rasulullah Saw:

Ų¹َŁ†ِ Ų§ŲØْŁ†ِ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ٍ Ų£َŁ†َّ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ -ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…- Ł‚َŲ§Ł„َ Ł„ِŁ„ْŲ¹َŲØَّŲ§Ų³ِ ŲØْŁ†ِ Ų¹َŲØْŲÆِ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ·َّŁ„ِŲØِ « ŁŠَŲ§ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ُ ŁŠَŲ§ Ų¹َŁ…َّŲ§Ł‡ُ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£ُŲ¹ْŲ·ِŁŠŁƒَ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£َŁ…ْŁ†َŲ­ُŁƒَ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£َŲ­ْŲØُŁˆŁƒَ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£َŁْŲ¹َŁ„ُ ŲØِŁƒَ Ų¹َŲ“ْŲ±َ Ų®ِŲµَŲ§Ł„ٍ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų£َŁ†ْŲŖَ ŁَŲ¹َŁ„ْŲŖَ Ų°َŁ„ِŁƒَ ŲŗَŁَŲ±َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ł„َŁƒَ Ų°َŁ†ْŲØَŁƒَ Ų£َŁˆَّŁ„َŁ‡ُ ŁˆَŲ¢Ų®ِŲ±َŁ‡ُ Ł‚َŲÆِŁŠŁ…َŁ‡ُ ŁˆَŲ­َŲÆِŁŠŲ«َŁ‡ُ Ų®َŲ·َŲ£َŁ‡ُ ŁˆَŲ¹َŁ…ْŲÆَŁ‡ُ ŲµَŲŗِŁŠŲ±َŁ‡ُ ŁˆَŁƒَŲØِŁŠŲ±َŁ‡ُ Ų³ِŲ±َّŁ‡ُ ŁˆَŲ¹َŁ„Ų§َŁ†ِŁŠَŲŖَŁ‡ُ Ų¹َŲ“ْŲ±َ Ų®ِŲµَŲ§Ł„ٍ Ų£َŁ†ْ ŲŖُŲµَŁ„ِّŁ‰َ Ų£َŲ±ْŲØَŲ¹َ Ų±َŁƒَŲ¹َŲ§ŲŖٍ ŲŖَŁ‚ْŲ±َŲ£ُ ŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ Ų±َŁƒْŲ¹َŲ©ٍ ŁَŲ§ŲŖِŲ­َŲ©َ Ų§Ł„ْŁƒِŲŖَŲ§ŲØِ ŁˆَŲ³ُŁˆŲ±َŲ©ً ŁَŲ„ِŲ°َŲ§ ŁَŲ±َŲŗْŲŖَ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ْŁ‚ِŲ±َŲ§Ų”َŲ©ِ ŁِŁ‰ Ų£َŁˆَّŁ„ِ Ų±َŁƒْŲ¹َŲ©ٍ ŁˆَŲ£َŁ†ْŲŖَ Ł‚َŲ§Ų¦ِŁ…ٌ Ł‚ُŁ„ْŲŖَ Ų³ُŲØْŲ­َŲ§Ł†َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁˆَŲ§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆُ Ł„ِŁ„َّŁ‡ِ ŁˆَŁ„Ų§َ Ų„ِŁ„َŁ‡َ Ų„ِŁ„Ų§َّ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ŁˆَŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų£َŁƒْŲØَŲ±ُ Ų®َŁ…ْŲ³َ Ų¹َŲ“ْŲ±َŲ©َ Ł…َŲ±َّŲ©ً Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ±ْŁƒَŲ¹ُ ŁَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُŁ‡َŲ§ ŁˆَŲ£َŁ†ْŲŖَ Ų±َŲ§ŁƒِŲ¹ٌ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ±ْŁَŲ¹ُ Ų±َŲ£ْŲ³َŁƒَ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„Ų±ُّŁƒُŁˆŲ¹ِ ŁَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُŁ‡َŲ§ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŁ‡ْŁˆِŁ‰ Ų³َŲ§Ų¬ِŲÆًŲ§ ŁَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُŁ‡َŲ§ ŁˆَŲ£َŁ†ْŲŖَ Ų³َŲ§Ų¬ِŲÆٌ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ±ْŁَŲ¹ُ Ų±َŲ£ْŲ³َŁƒَ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„Ų³ُّŲ¬ُŁˆŲÆِ ŁَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُŁ‡َŲ§ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ³ْŲ¬ُŲÆُ ŁَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُŁ‡َŲ§ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ Ų«ُŁ…َّ ŲŖَŲ±ْŁَŲ¹ُ Ų±َŲ£ْŲ³َŁƒَ ŁَŲŖَŁ‚ُŁˆŁ„ُŁ‡َŲ§ Ų¹َŲ“ْŲ±ًŲ§ ŁَŲ°َŁ„ِŁƒَ Ų®َŁ…ْŲ³ٌ ŁˆَŲ³َŲØْŲ¹ُŁˆŁ†َ ŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ Ų±َŁƒْŲ¹َŲ©ٍ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ُ Ų°َŁ„ِŁƒَ ŁِŁ‰ Ų£َŲ±ْŲØَŲ¹ِ Ų±َŁƒَŲ¹َŲ§ŲŖٍ Ų„ِŁ†ِ Ų§Ų³ْŲŖَŲ·َŲ¹ْŲŖَ Ų£َŁ†ْ ŲŖُŲµَŁ„ِّŁŠَŁ‡َŲ§ ŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ ŁŠَŁˆْŁ…ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً ŁَŲ§ŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŲ„ِŁ†ْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ Ų¬ُŁ…ُŲ¹َŲ©ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً ŁَŲ„ِŁ†ْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ Ų“َŁ‡ْŲ±ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً ŁَŲ„ِŁ†ْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ Ų³َŁ†َŲ©ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً ŁَŲ„ِŁ†ْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŁِŁ‰ Ų¹ُŁ…ُŲ±ِŁƒَ Ł…َŲ±َّŲ©ً ».
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw berkata kepada al-‘Abbas bin Abdul Muththalib: “Wahai ‘Abbas, wahai paman, maukah engkau aku berikan, sudikah engkau aku lakukan sesuatu terhadapmu 10 perkara jika engkau mau melakukannya; Allah mengampuni dosamu, yang pertama dan yang terakhir, yang dahulu dan yang baru, yang tersilap dan sengaja, yang kecil dan yang besar, yang rahasia dan yang nyata, 10 perkara. Engkau laksanakan shalat empat rakaat, engkau baca dalam setiap rakaat al-Fatihah dan surat. Ketika selesai membaca itu, ketika engkau tegak, engkau ucapkan: ‘Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar, sebanyak 15 kali. Kemudian engkau ruku’, engkau ucapkan 10 Tasbih. Kemudian engkau angkat kepalamu dari ruku’, engkau ucapkan 10 kali, kemudian engkau sujud, engkau ucapkan 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu dari sujud, engkau ucapkan 10 kali. Kemudian engkau sujud (kedua), engkau ucapkan 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu dari sujud, engkau ucapkan 10 kali. Maka itulah 75 kali tasbih. Engkau lakukan itu sebanyak 4 rakaat. Jika engkau mampu melaksanakannya satu kali sehari, maka laksakanlah. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah seminggu sekali. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah satu bulan sekali. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah setahun sekali. Jika engkau tidak mampu, maka seumur hidup sekali”.



Pertanyaan: Ada sebagian orang yang mengatakan dalil shalat sunnat Tasbih itu tidak kuat karena haditsnya Dha’if? Benarkah demikian?
Jawaban: Beberapa ulama terkemuka memberikan jawaban tentang kualitas hadits tentang shalat sunnat Tasbih:
ŁŲ„Ł† Ų­ŲÆŁŠŲ« ŲµŁ„Ų§Ų© Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ Ł„Ų§ ŁŠŁ†Ų²Ł„ Ų¹Ł† ŲÆŲ±Ų¬Ų© Ų§Ł„Ų­Ų³Ł† ، Ł„ŁƒŲ«Ų±Ų© Ų·Ų±Ł‚Ł‡ ، ŁˆŲŖŁ†ŁˆŲ¹ Ł…ŲµŲ§ŲÆŲ± ŲŖŲ®Ų±ŁŠŲ¬Ł‡. ŁˆŁ‚ŲÆ Ų£ŁŲ±ŲÆ Ų¬Ł…Ų¹ Ł…Ł† Ų§Ł„Ų£Ų¦Ł…Ų© Ł‡Ų°Ų§ Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ« ŲØŲŖŲ£Ł„ŁŠŁ Ų¬Ł…Ų¹ ŁŁŠŁ‡ Ų·Ų±Ł‚Ł‡ ، ŁƒŁ…Ų§ Ł†Ł‚Ł„ Ų°Ł„Łƒ Ų§Ł„Ų­Ų§ŁŲø Ų§ŲØŁ† Ų­Ų¬Ų± ŁŁŠ Ų£Ų¬ŁˆŲØŲŖŁ‡ Ų§Ł„Ł…Ų“Ł‡ŁˆŲ±Ų© Ų¹Ł„Ł‰ Ų£Ų³Ų¦Ł„Ų© Ų¹Ł† Ų£Ų­Ų§ŲÆŁŠŲ« Ų±Ł…ŁŠŲŖ ŲØŲ§Ł„ŁˆŲ¶Ų¹ ، Ų§Ų“ŲŖŁ…Ł„ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡Ų§ ŁƒŲŖŲ§ŲØ Ų§Ł„Ł…ŲµŲ§ŲØŁŠŲ­ Ł„Ł„Ų„Ł…Ų§Ł… Ų§Ł„ŲØŲŗŁˆŁŠ. Ł‚Ų§Ł„ Ų§Ł„Ų­Ų§ŁŲø ŁŁŠ ŲŖŁ„Łƒ Ų§Ł„Ų£Ų¬ŁˆŲØŲ©: "ŁˆŁ‚ŲÆ Ų£Ų®Ų±Ų¬ Ų­ŲÆŁŠŲ«Ł‡Ų§ (ŁŠŲ¹Ł†ŁŠ ŲµŁ„Ų§Ų© Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­) Ų£Ų¦Ł…Ų© Ų§Ł„Ų„Ų³Ł„Ų§Ł… ، ŁˆŲ­ŁŲ§ŲøŁ‡: Ų£ŲØŁˆ ŲÆŲ§ŁˆŲÆ ŁŁŠ Ų§Ł„Ų³Ł†Ł† ، ŁˆŲ§Ł„ŲŖŲ±Ł…Ų°ŁŠ ŁŁŠ Ų§Ł„Ų¬Ų§Ł…Ų¹ ، ŁˆŲ§ŲØŁ† Ų®Ų²ŁŠŁ…Ų© ŁŁŠ ŲµŲ­ŁŠŲ­Ł‡ ، Ł„ŁƒŁ† Ł‚Ų§Ł„: Ų„Ł† Ų«ŲØŲŖ Ų§Ł„Ų®ŲØŲ± ، ŁˆŲ§Ł„Ų­Ų§ŁƒŁ… ŁŁŠ Ų§Ł„Ł…Ų³ŲŖŲÆŲ±Łƒ ، ŁˆŁ‚Ų§Ł„ ŲµŲ­ŁŠŲ­ Ų§Ł„Ų„Ų³Ł†Ų§ŲÆ ، ŁˆŲ§Ł„ŲÆŲ§Ų±Ł‚Ų·Ł†ŁŠ Ų£ŁŲ±ŲÆŁ‡Ų§ ŲØŲ¬Ł…ŁŠŲ¹ Ų·Ų±Ł‚Ł‡Ų§ ŁŁŠ Ų¬Ų²Ų”. Ų«Ł… ŁŲ¹Ł„ Ų°Ł„Łƒ Ų§Ł„Ų®Ų·ŁŠŲØ ، Ų«Ł… Ų¬Ł…Ų¹ Ų·Ų±Ł‚Ł‡Ų§ Ų§Ł„Ų­Ų§ŁŲø Ų£ŲØŁˆ Ł…ŁˆŲ³Ł‰ Ų§Ł„Ł…ŲÆŁŠŁ†ŁŠ ŁŁŠ Ų¬Ų²Ų” Ų³Ł…Ų§Ł‡ ŲŖŲµŲ­ŁŠŲ­ ŲµŁ„Ų§Ų© Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ ..." ŁˆŲ®ŲŖŁ… Ų§ŲØŁ† Ų­Ų¬Ų± Ų¬ŁˆŲ§ŲØŁ‡ ŲØŁ‚ŁˆŁ„Ł‡: "ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł‚ Ų£Ł†Ł‡ ŁŁŠ ŲÆŲ±Ų¬Ų© Ų§Ł„Ų­Ų³Ł† Ł„ŁƒŲ«Ų±Ų© Ų·Ų±Ł‚Ł‡ Ų§Ł„ŲŖŁŠ ŲŖŁ‚ŁˆŁ‰ ŲØŁ‡Ų§ Ų§Ł„Ų·Ų±ŁŠŁ‚ Ų§Ł„Ų£ŁˆŁ„Ł‰".

Sesungguhnya hadits tentang shalat Tasbih tidak turun dari derajat hadits hasan, karena jalur periwayatannya banyak, demikian juga dengan sumber-sumber takhrijnya. Beberapa imam menyusun kitab khusus berkaitan dengan hadits-hadits shalat Tasbih dengan menggabungkan jalur-jalur periwayatannya, sebagaimana yang dinukil oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam jawaban beliau terhadap beberapa pertanyaan seputar hadits-hadits yang dituduh sebagai hadits palsu, terangkum dalam kitab al-Mashabih karya Imam al-Baghawi. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam jawabannya tersebut: “Para ulama telah meriwayatkan tentang hadits shalat Tasbih, diantaranya adalah Imam Abu Daud dalam as-Sunan, at-Tirmidzi dalam al-Jami’, Ibnu Khuzaimah dalam as-Shahih, akan tetapi beliau mengatakan: “Jika khabar ini kuat”. Al-Hakim dalam al-Mustadrak, ia berkata: “Sanadnya shahih”. Ad-Daraquthni menyusun satu kitab khusus tentang hadits shalat Tasbih dengan berbagai jalur periwayatannya. Demikian juga dengan imam al-Khathib. Al-Hafizh Abu Musa al-Madini menyusun satu kitab berjudul Tashih Shalat at-Tasbih. Al-Hafizh Ibnu Hajar menutup jawabannya dengan menyatakan: “Sebenarnya hadits-hadits tentang shalat Tasbih sampai derajat hadits Hasan karena jalur-jalur periwayatannya yang banyak yang menguatkan jaluar riwayat yang pertama”. (Fatawa asy-Syabakah al-Islamiyyah, juz. 3, hal: 483).
Nashiruddin al-Albani menyatakan dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: “Hadits Shahih li Ghairihi”. (Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: juz. 1, hal. 165).






Pertanyaan: Bagaimanakah tata cara pelaksanaan shalat sunnat Tasbih?
Jawaban: Cara melaksanakan shalat sunnat Tasbih sebagai berikut:

ŲµŁ„Ų§Ų© Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ Ų§Ų±ŲØŲ¹ Ų±ŁƒŲ¹Ų§ŲŖ ŁŁŠ ŁƒŁ„ Ų±ŁƒŲ¹Ų© Ų®Ł…Ų³ ŁˆŲ³ŲØŲ¹ŁˆŁ† ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų© ، ŲŖŁˆŲ²Ų¹ Ł‡Ų°Ł‡ Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ Ł€Ł€Ł€ ŁˆŁ‡ŁŠ : Ų³ŲØŲ­Ų§Ł† Ų§Ł„Ł„Ł‡ ، ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł…ŲÆ Ł„Ł„Ł‡ ، ŁˆŁ„Ų§ Ų§Ł„Ł‡ Ų§Ł„Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ، ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ Ų§ŁƒŲØŲ± Ł€Ł€Ł€ Ų¹Ł„Ł‰ Ų¬Ł…ŁŠŲ¹ Ų§Ų±ŁƒŲ§Ł† Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų© ŁˆŲ³Ł†Ł†Ł‡Ų§ Ų¹Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ł†Ų­Łˆ Ų§Ł„ŲŖŲ§Ł„ŁŠ :
Ł€Ł€ Ų§Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų³ŁˆŲ±Ų© Ų§Ł„ŁŲ§ŲŖŲ­Ų© ŁˆŁ…Ų§ ŲŖŁŠŲ³Ų± Ł…Ł† Ų§Ł„Ł‚Ų±Ų¢Ł† Ų§Ł„ŁƒŲ±ŁŠŁ… Ų®Ł…Ų³ Ų¹Ų“Ų±Ų© Ł…Ų±Ų©
Ł€Ł€ Ų§Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ų°ŁƒŲ§Ų± Ų§Ł„Ų±ŁƒŁˆŲ¹ Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
Ł€Ł€ Ų§Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ł„ŲŖŲ³Ł…ŁŠŲ¹ ŁˆŲ§Ł„ŲŖŲ­Ł…ŁŠŲÆ Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
Ł€Ł€ Ų§Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ų°ŁƒŲ§Ų± Ų§Ł„Ų³Ų¬ŲÆŲ© Ų§Ł„Ų§ŁˆŁ„Ł‰ Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
Ł€Ł€ Ų§Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ų°ŁƒŲ§Ų± Ł…Ų§ ŲØŁŠŁ† Ų§Ł„Ų³Ų¬ŲÆŲŖŁŠŁ† Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
Ł€Ł€ Ų§Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ų°ŁƒŲ§Ų± Ų§Ł„Ų³Ų¬ŲÆŲ© Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠŲ© Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
Ł€Ł€ Ų§Ł† ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ ŁŁŠ Ų¬Ł„Ų³Ų© Ų§Ł„Ų§Ų³ŲŖŲ±Ų§Ų­Ų© ŲØŲ¹ŲÆ ŲŖŁƒŲØŁŠŲ± Ų§Ł„Ł‚ŁŠŲ§Ł… Ł…Ł† Ų§Ł„Ų³Ų¬ŲÆŲ© Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠŲ© Ų¹Ų“Ų± Ł…Ų±Ų§ŲŖ
ŁˆŁŠŁŲ¹Ł„ Ł‡Ų°Ų§ ŁŁŠ ŁƒŁ„ Ų±ŁƒŲ¹Ų© ŁˆŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ Ų¹Ų“Ų±Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ł„ŲŖŲ“Ł‡ŲÆ Ų§Ł„Ų§ŁˆŁ„ ، ŁˆŲ¹Ų“Ų±Ų§ ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ł„ŲŖŲ“Ł‡ŲÆ Ų§Ł„Ų§Ų®ŁŠŲ± Ł‚ŲØŁ„ Ų§Ł„Ų³Ł„Ų§Ł… .

Shalat Tasbih terdiri dari empat rakaat, dalam satu rakaat terdapat 75 kali Tasbih:
Ų³ُŲØْŲ­َŲ§Ł†َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ، ŁˆَŲ§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆُ Ł„ِŁ„َّŁ‡ِ ، ŁˆَŁ„Ų§َ Ų„ِŁ„َŁ‡َ Ų„ِŁ„Ų§َّ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ، ŁˆَŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų£َŁƒْŲØَŲ±ُ
Ucapan Tasbih ini tersebar dalam rukun dan sunnat shalat Tasbih, rinciannya sebagai berikut:
- 15 kali Tasbih setelah membaca al-Fatihah dan Surat.
- 10 kali Tasbih setelah doa pada ruku’.
- 10 kali Tasbih setelah Tasmi’ dan Tahmid, tegak dari Ruku’.
- 10 kali Tasbih setelah doa pada Sujud.
- 10 kali Tasbih setelah doa diantara dua Sujud.
- 10 kali Tasbih setelah doa pada Sujud kedua.
- 10 kali Tasbih pada duduk istirahat setelah Sujud sebelum tegak.
- Khusus pada Tasyahhud Awal dan Tasyahhud Akhir, dibaca 10 kali setelah Tasyahhud.

Ini tata cara yang umum dilakukan kaum muslimin, akan tetapi ada versi lain berdasarkan riwayat lain:
Ų„Ł†Ł‡ ŁŠŲ³ŲØŲ­ ŁˆŁŠŲ­Ł…ŲÆ ŁˆŁŠŁ‡Ł„Ł„ ŁˆŁŠŁƒŲØŲ± Ų®Ł…Ų³ Ų¹Ų“Ų±Ų© Ł…Ų±Ų© Ł‚ŲØŁ„ Ų§Ł„Ł‚Ų±Ų§Ų”Ų© ŁˆŲ¹Ų“Ų±Ų§ ŲØŲ¹ŲÆŁ‡Ų§ ŁˆŲ¹Ų“Ų±Ų§ ŁŁŠ Ų§Ł„Ų±ŁƒŁˆŲ¹ ŁˆŁŁŠ Ų§Ł„Ų±ŁŲ¹ Ł…Ł†Ł‡ ŁˆŁŁŠ Ų§Ł„Ų³Ų¬ŲÆŲŖŁŠŁ† ŁˆŁŁŠ Ų§Ł„Ų¬Ł„ŁˆŲ³ ŲØŁŠŁ†Ł‡Ł…Ų§ Ł€ ŁŁŠŁƒŁˆŁ† Ų§Ł„Ł…Ų¬Ł…ŁˆŲ¹ ŁŁŠ ŁƒŁ„ Ų±ŁƒŲ¹Ų© Ų®Ł…Ų³Ų§ ŁˆŲ³ŲØŲ¹ŁŠŁ† Ł…Ų±Ų©، ŁˆŁ‡Ų°Ų§ Ł‡Łˆ Ų§Ł„Ł…Ų±ŁˆŁŠ Ų¹Ł† Ų§ŲØŁ† Ų§Ł„Ł…ŲØŲ§Ų±Łƒ
15 tasbih sebelum membaca al-Fatihah.
10 tasbih setelah membaca ayat.
10 tasbih ketika ruku’.
10 tasbih ketika bangun dari ruku’.
10 tasbih ketika sujud pertama.
10 tasbih ketika duduk diantara dua sujud.
10 tasbih ketika sujud kedua.
Ini riwayat dari Ibnu al-Mubarak.
Demikian juga tentang membaca tasbih pada Tasyahhud, apakah sebelum atau setelah Tasyahhud, diatas disebutkan setelah Tasyahhud, namun ada versi lain menyebut sebelum Tasyahhud:
Ų§Ł„Ł‚Ł„ŁŠŁˆŲØŁŠ: Ų§Ł„Ų¹Ų“Ų±Ų© Ų§Ł„Ł…Ų°ŁƒŁˆŲ±Ų© ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ł„Ų³Ų¬ŁˆŲÆ Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠ Ł‚ŲØŁ„ Ų§Ł„Ł‚ŁŠŲ§Ł… ŁŁŠ Ų¬Ł„Ų³Ų© Ų§Ł„Ų§Ų³ŲŖŲ±Ų§Ų­Ų©، Ų£Łˆ Ł‚ŲØŁ„ Ų§Ł„ŲŖŲ“Ł‡ŲÆ. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
Al-Qalyubi berkata: “10 Tasbih setelah sujud kedua dibaca pada duduk istirahat sebelum tegak, atau sebelum Tasyahhud”.

Pertanyaan: Bagaimanakah cara menghitung jumlah tasbih tersebut?
Jawaban:

Ų§Ł† ŁƒŲ«Ų±Ų© Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ ، ŁˆŲ­ŲÆ Ų§Ł„Ų“Ų±Ų¹ Ų§Ł„Ų¹ŲÆŲÆ ، ŁˆŁ„Ł… ŲŖŁƒŁ† ŁˆŲ³ŁŠŁ„Ų© Ł„Ų¶ŲØŲ·Ł‡Ų§ Ų§Ł„Ų§ ŲØŲ¹Ł‚ŲÆ Ų§Ł„Ų§ŲµŲ§ŲØŲ¹ ŁŁ‡ŁŠ Ų­ŁŠŁ†Ų¦Ų° Ł…Ł† Ų§Ł„Ł…Ų¹ŁŁˆŲ§ŲŖ Ų§Ł† Ų“Ų§Ų” Ų§Ł„Ł„Ł‡
Jumlah Tasbih yang banyak ditetapkan oleh syariat Islam, cara menghitungnya hanya dengan jari jemari, maka ini termasuk hal yang dimaafkan insya Allah.


Pertanyaan: Apakah ada bacaan surat-surat tertentu?
Jawaban:

Ł„Ł… ŁŠŲ±ŲÆ ŲŖŁ‚ŁŠŁŠŲÆ Ų³ŁˆŲ±Ų© Ł…Ų¹ŁŠŁ†Ų© ŲŖŁ‚Ų±Ų£ ŁŁŠ ŲµŁ„Ų§Ų© Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ ، ŁˆŲ§Ł„Ł†ŲµŁˆŲµ Ų§Ł„ŁˆŲ§Ų±ŲÆŲ© ŁŁŠ ŲµŁ„Ų§Ų© Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ Ł†Ų¬ŲÆ Ų¬Ł„Ł‡Ų§ ŲŖŲ°ŁƒŲ± ŁŲ§ŲŖŲ­Ų© Ų§Ł„ŁƒŲŖŲ§ŲØ ŁˆŲ³ŁˆŲ±Ų© ، ŲÆŁˆŁ† ŲŖŁ‚ŁŠŁŠŲÆ ŲØŲ³ŁˆŲ±Ų© Ł…Ų¹ŁŠŁ†Ų© ، ŁˆŁ„Ų§ ŲØŲ¹ŲÆŲÆ Ł…Ų¹ŁŠŁ† .

Tidak terdapat riwayat yang menyebutkan bacaan surat tertentu dibaca dalam shalat Tasbih. Riwayat-riwayat tentang shalat Tasbih sebagian besarnya hanya menyebutkan al-Fatihah dan membaca surat, tanpa menyebutkan surat tertentu dan jumlah tertentu.

Pertanyaan: Apakah 4 rakaat itu dilaksanakan bersambung dengan satu kali salam? atau setiap dua rakaat satu salam?
Jawaban:

ŲøŲ§Ł‡Ų± Ų§Ł„Ų§Ų­Ų§ŲÆŁŠŲ« Ų§Ł„ŁˆŲ§Ų±ŲÆŲ© Ų§Ł†Ł‡Ų§ ŲŖŲµŁ„Ł‰ ŲØŲŖŲ³Ł„ŁŠŁ…Ų© ŁˆŲ§Ų­Ų© Ł„ŁŠŁ„Ų§ ŁƒŲ§Ł† Ų§Łˆ Ł†Ł‡Ų§Ų±Ų§
Zahir hadits-hadits tentang shalat Tasbih menyebutkan bahwa shalat Tasbih dengan satu salam, baik dilaksanakan di waktu siang maupun di waktu malam.







Pertanyaan: Shalat sunnat Tasbih dilaksanakan dengan suara Sirr atau Jahr?

Jawaban:

Ų§Ł„Ų³Ł†Ų© Ų§Ł„Ų§Ų³Ų±Ų§Ų± ŁŁŠ Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ Ų³ŁˆŲ§Ų” ŲµŁ„ŁŠŲŖ ŁŁŠ Ų§Ł„Ł„ŁŠŁ„ Ų§Łˆ Ų§Ł„Ł†Ł‡Ų§Ų± ، Ų§Ł…Ų§ Ł‚Ų±Ų§Ų”ŲŖŁ‡Ų§ ŁŁŁŠ Ų§Ł„Ł†Ł‡Ų§Ų± Ų§Ł„Ų§Ų³Ų±Ų§Ų± ، ŁˆŁŁŠ Ų§Ł„Ł„ŁŠŁ„ ŁƒŲ³Ų§Ų¦Ų± Ų§Ł„ŲŖŲ·ŁˆŲ¹Ų§ŲŖ ، ŁŠŲŖŁˆŲ³Ų· ŁŁŠŁ‡Ų§ ŲØŁŠŁ† Ų§Ł„Ų¬Ł‡Ų± ŁˆŲ§Ł„Ų§Ų³Ų±Ų§Ų±
Menurut Sunnah, kalimat Tasbih dibaca secara sirr, baik shalat malam maupun siang. Sedangkan bacaan al-Fatihah dan surat, jika dilaksanakan pada waktu siang, maka dibaca Sirr. Jika dilaksanakan pada waktu malam, maka sama seperti shalat sunnat yang lain, dibaca pertengahan antara Jahr dan Sirr.

Pertanyaan: Shalat Sunnat Tasbih dilaksanakan sendirian atau berjamaah?
Jawaban: Dilihat dari kalimat yang digunakan Rasulullah Saw kepada al-‘Abbas:
ŁŠَŲ§ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ُ ŁŠَŲ§ Ų¹َŁ…َّŲ§Ł‡ُ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£ُŲ¹ْŲ·ِŁŠŁƒَ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£َŁ…ْŁ†َŲ­ُŁƒَ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£َŲ­ْŲØُŁˆŁƒَ
“Wahai ‘Abbas, wahai Paman, maukah engkau, sudikah engkau aku berikan…”. Ini menunjukkan makna bahwa shalat tersebut dilaksanakan sendirian.
Akan tetapi jika dilaksanakan secara berjamaah, maka shalat tersebut tetap sah, berdasarkan pendapat Imam an-Nawawi:
(Ų§Ł„Ų“Ų±Ų­) Ł‚Ų§Ł„ Ų£ŲµŲ­Ų§ŲØŁ†Ų§ ŲŖŲ·ŁˆŲ¹ Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų© Ų¶Ų±ŲØŲ§Ł† (Ų¶Ų±ŲØ) ŲŖŲ³Ł† ŁŁŠŁ‡ Ų§Ł„Ų¬Ł…Ų§Ų¹Ų© ŁˆŁ‡Łˆ Ų§Ł„Ų¹ŁŠŲÆ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŲ³ŁˆŁ ŁˆŲ§Ł„Ų§Ų³ŲŖŲ³Ł‚Ų§Ų” ŁˆŁƒŲ°Ų§ Ų§Ł„ŲŖŲ±Ų§ŁˆŁŠŲ­ Ų¹Ł„ŁŠ Ų§Ł„Ų§ŲµŲ­ (ŁˆŲ¶Ų±ŲØ) Ł„Ų§ ŲŖŲ³Ł† Ł„Ł‡ Ų§Ł„Ų¬Ł…Ų§Ų¹Ų© Ł„ŁƒŁ† Ł„Łˆ ŁŲ¹Ł„ Ų¬Ł…Ų§Ų¹Ų© ŲµŲ­
(Penjelasan) para ulama Mazhab Syafi’i berkata: shalat sunnat itu terbagi dua: satu bagian shalat yang disunnatkan dilaksanakan secara berjamaah, yaitu shalat ‘Ied, shalat gerhana matahari, shalat Istisqa’ (minta turun hujan) dan shalat Tarawih menurut pendapat al-Ashahh. Satu bagian shalat yang tidak dianjurkan dilaksanakan secara berjamaah, akan tetapi jika dilaksanakan secara berjamaah, maka shalat tersebut tetap sah. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: juz. 4, hal. 4).
Menurut pendapat Ibnu Taimiah:
ŲµَŁ„َŲ§Ų©ُ Ų§Ł„ŲŖَّŲ·َŁˆُّŲ¹ِ ŁِŁŠ Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ٍ Ł†َŁˆْŲ¹َŲ§Ł†ِ :
Ų£َŲ­َŲÆُŁ‡ُŁ…َŲ§ : Ł…َŲ§ ŲŖُŲ³َŁ†ُّ Ł„َŁ‡ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ُ Ų§Ł„Ų±َّŲ§ŲŖِŲØَŲ©ُ ŁƒَŲ§Ł„ْŁƒُŲ³ُŁˆŁِ ŁˆَŲ§Ł„ِŲ§Ų³ْŲŖِŲ³ْŁ‚َŲ§Ų”ِ ŁˆَŁ‚ِŁŠَŲ§Ł…ِ Ų±َŁ…َŲ¶َŲ§Ł†َ ŁَŁ‡َŲ°َŲ§ ŁŠُŁْŲ¹َŁ„ُ ŁِŁŠ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ِ ŲÆَŲ§Ų¦ِŁ…ًŲ§ ŁƒَŁ…َŲ§ Ł…َŲ¶َŲŖْ ŲØِŁ‡ِ Ų§Ł„Ų³ُّŁ†َّŲ©ُ .
Ų§Ł„Ų«َّŲ§Ł†ِŁŠ : Ł…َŲ§ Ł„َŲ§ ŲŖُŲ³َŁ†ُّ Ł„َŁ‡ُ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ُ Ų§Ł„Ų±َّŲ§ŲŖِŲØَŲ©ُ : ŁƒَŁ‚ِŁŠَŲ§Ł…ِ Ų§Ł„Ł„َّŁŠْŁ„ِ ŁˆَŲ§Ł„Ų³ُّŁ†َŁ†ِ Ų§Ł„Ų±َّŁˆَŲ§ŲŖِŲØِ ŁˆَŲµَŁ„َŲ§Ų©ِ Ų§Ł„Ų¶ُّŲ­َŁ‰ ŁˆَŲŖَŲ­ِŁŠَّŲ©ِ Ų§Ł„ْŁ…َŲ³ْŲ¬ِŲÆِ ŁˆَŁ†َŲ­ْŁˆِ Ų°َŁ„ِŁƒَ .
ŁَŁ‡َŲ°َŲ§ Ų„Ų°َŲ§ ŁُŲ¹ِŁ„َ Ų¬َŁ…َŲ§Ų¹َŲ©ً Ų£َŲ­ْŁŠَŲ§Ł†ًŲ§ Ų¬َŲ§Ų²َ .
Shalat sunnat dilaksanakan secara berjamaah ada dua jenis:
Pertama: shalat sunnat yang disunnatkan dilaksanakan secara berjamaah terus menerus seperti shalat Kusuf (gerhana matahari), Istisqa’ (minta hujan), Qiyamullail Ramadhan, ini jenis shalat yang dilaksanakan berjamaah terus menerus sebagaimana yang disebutkan Sunnah.
Kedua: shalat sunnat yang tidak disunnatkan untuk dilaksanakan secara berjamaah secara terus menerus, seperti Qiyamullail, shalat-shalat sunnat Rawatib, shalat Dhuha, shalat Tahyatulmasjid, dan sejenisnya. Shalat-shalat sunnat seperti ini jika dilaksanakan secara berjamaah jarang-jarang/sekali-sekali (tidak terus menerus). (Majmu’ Fatawa Ibni Taimiah: juz. 5, hal. 381).

Pertanyaan: Bilakah Waktu Pelaksanaan Shalat Sunnat Tasbih?
Jawaban:

ŲµŁ„Ų§Ų© Ų§Ł„ŲŖŲ³Ų§ŲØŁŠŲ­ Ł†ŁˆŲ¹ Ł…Ł† ŲµŁ„Ų§Ų© Ų§Ł„Ł†ŁŁ„ Ų§Ł„Ł…Ų·Ł„Ł‚ ŲŖŁŲ¹Ł„ Ų¹Ł„Ł‰ ŲµŁˆŲ±Ų© Ł…Ų®ŲµŁˆŲµŲ© ، ŲŖŁ‚ŲÆŁ… Ų°ŁƒŲ±Ł‡Ų§ ، ŁˆŁŠŁƒŲ±Ł‡ Ų§ŲÆŲ§Ų¤Ł‡Ų§ ŁŁŠ Ų§ŁˆŁ‚Ų§ŲŖ Ų§Ł„ŁƒŲ±Ų§Ł‡Ų© Ų¹Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ų±Ų§Ų¬Ų­ .

shalat Sunnat Tasbih adalah jenis shalat sunnat mutlaq (tidak terikat waktu) yang dilaksanakan dengan cara khusus –sebagaimana yang telah disebutkan di atas-. Makruh dilaksanakan pada waktu-waktu terlarang melaksanakan shalat (setelah ‘Ashar, setelah Shubuh dan menjelang Zawal/tergelincir matahari), demikian menurut pendapat yang kuat.

Pertanyaan: Apakah keutamaan melaksanakan shalat sunnat Tasbih?
Jawaban: Di awal hadits, Rasulullah Saw menyatakan:
ŁŠَŲ§ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ُ ŁŠَŲ§ Ų¹َŁ…َّŲ§Ł‡ُ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£ُŲ¹ْŲ·ِŁŠŁƒَ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£َŁ…ْŁ†َŲ­ُŁƒَ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£َŲ­ْŲØُŁˆŁƒَ Ų£َŁ„Ų§َ Ų£َŁْŲ¹َŁ„ُ ŲØِŁƒَ Ų¹َŲ“ْŲ±َ Ų®ِŲµَŲ§Ł„ٍ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų£َŁ†ْŲŖَ ŁَŲ¹َŁ„ْŲŖَ Ų°َŁ„ِŁƒَ ŲŗَŁَŲ±َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ł„َŁƒَ Ų°َŁ†ْŲØَŁƒَ Ų£َŁˆَّŁ„َŁ‡ُ ŁˆَŲ¢Ų®ِŲ±َŁ‡ُ Ł‚َŲÆِŁŠŁ…َŁ‡ُ ŁˆَŲ­َŲÆِŁŠŲ«َŁ‡ُ Ų®َŲ·َŲ£َŁ‡ُ ŁˆَŲ¹َŁ…ْŲÆَŁ‡ُ ŲµَŲŗِŁŠŲ±َŁ‡ُ ŁˆَŁƒَŲØِŁŠŲ±َŁ‡ُ Ų³ِŲ±َّŁ‡ُ ŁˆَŲ¹َŁ„Ų§َŁ†ِŁŠَŲŖَŁ‡ُ Ų¹َŲ“ْŲ±َ Ų®ِŲµَŲ§Ł„ٍ
“Wahai ‘Abbas, wahai paman, maukah engkau aku berikan, sudikah engkau aku lakukan sesuatu terhadapmu 10 perkara jika engkau mau melakukannya; Allah mengampuni dosamu, yang pertama dan yang terakhir, yang dahulu dan yang baru, yang tersilap dan sengaja, yang kecil dan yang besar, yang rahasia dan yang nyata, 10 perkara”.
Di akhir hadits Rasulullah Saw nyatakan:
Ų„ِŁ†ِ Ų§Ų³ْŲŖَŲ·َŲ¹ْŲŖَ Ų£َŁ†ْ ŲŖُŲµَŁ„ِّŁŠَŁ‡َŲ§ ŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ ŁŠَŁˆْŁ…ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً ŁَŲ§ŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŲ„ِŁ†ْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ Ų¬ُŁ…ُŲ¹َŲ©ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً ŁَŲ„ِŁ†ْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ Ų“َŁ‡ْŲ±ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً ŁَŲ„ِŁ†ْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŁِŁ‰ ŁƒُŁ„ِّ Ų³َŁ†َŲ©ٍ Ł…َŲ±َّŲ©ً ŁَŲ„ِŁ†ْ Ł„َŁ…ْ ŲŖَŁْŲ¹َŁ„ْ ŁَŁِŁ‰ Ų¹ُŁ…ُŲ±ِŁƒَ Ł…َŲ±َّŲ©ً ».
“Jika engkau mampu melaksanakannya satu kali sehari, maka laksakanlah. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah seminggu sekali. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah satu bulan sekali. Jika engkau tidak mampu, maka laksanakanlah setahun sekali. Jika engkau tidak mampu, maka seumur hidup sekali”. Menunjukkan betapa pentingnya shalat sunnat Tasbih.

ŁˆŁ…Ł† Ų§Ł„Ų§Ų¬ŁˆŲ± ŁŁŠ Ł‡Ų°Ł‡ Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų© ŁƒŲ«Ų±Ų© Ų°ŁƒŲ± Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ų² ŁˆŲ¬Ł„ ŁŁŠŁ‡Ų§ ، ŁŁŁŠ ŁƒŁ„ Ų±ŁƒŲ¹Ų© ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł…ŲµŁ„ŁŠ : Ų³ŲØŲ­Ų§Ł† Ų§Ł„Ł„Ł‡ ، ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł…ŲÆ Ł„Ł„Ł‡ ، ŁˆŁ„Ų§ Ų§Ł„Ł‡ Ų§Ł„Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ، ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ Ų§ŁƒŲØŲ± ( Ł‡Ų°Ł‡ Ų§Ł„Ų§Ų±ŲØŲ¹ ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ ŁˆŲ§Ų­ŲÆŲ© ) Ų®Ł…Ų³Ų§ ŁˆŲ³ŲØŲ¹ŁŠŁ† Ł…Ų±Ų© ، ŁˆŁŁŠ Ų§Ł„Ų§Ų±ŲØŲ¹ Ų±ŁƒŲ¹Ų§ŲŖ ŁŠŁ‚ŁˆŁ„Ł‡Ų§ Ų«Ł„Ų§Ų« Ł…Ų¦Ų© Ł…Ų±Ų© ، ŁˆŲ§Ł† ŁŲ±Ł‚Ł†Ų§ Ų§Ł„ŲŖŲ³ŲØŁŠŲ­Ų§ŲŖ ( ŁˆŁ‡Ł† Ų§Ų±ŲØŲ¹ ŁƒŁ„Ł…Ų§ŲŖ ) ŁŠŁƒŁˆŁ† Ł…Ų¬Ł…ŁˆŲ¹Ł‡Ų§ ŁŁŠ Ų§Ł„Ų±ŁƒŲ¹Ų§ŲŖ Ų§Ł„Ų§Ų±ŲØŲ¹ Ų§Ł„ŁŲ§ ŁˆŁ…Ų¦ŲŖŁŠŁ† ، ŁˆŁ‡Ų°Ų§ ŁŁŠ Ų§Ł„Ł„ŁŲø ŁˆŲ§Ł„Ų¹ŲÆŲÆ .
ŁˆŲ§Ł„Ų­Ų³Ł†Ų© ŲØŲ¹Ų“Ų± Ų§Ł…Ų«Ų§Ł„Ł‡Ų§ ŁŁŠŁƒŁ† ŁŁŠ Ų§Ł„Ų§Ų¬Ų± Ų§Ų«Ł†ŁŠ Ų¹Ų“Ų± Ų§Ł„ŁŲ§ ( ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ ŁŠŲ¶Ų§Ų¹Ł Ł„Ł…Ł† ŁŠŲ“Ų§Ų”
Diantara balasan dalam shalat sunnat Tasbih adalah banyaknya zikir dalam shalat tersebut. Dalam satu rakaat diucapkan:
Ų³ُŲØْŲ­َŲ§Ł†َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ، ŁˆَŲ§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆُ Ł„ِŁ„َّŁ‡ِ ، ŁˆَŁ„Ų§َ Ų„ِŁ„َŁ‡َ Ų„ِŁ„Ų§َّ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ، ŁˆَŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų£َŁƒْŲØَŲ±ُ
Sebanyak 75 kali, 4 rakaat berarti 300 kali. Jika kalimat Tasbih ini dipecah menjadi empat, berarti 1200 kali. Setiap satu kebaikan diberi balasan 10 kebaikan, maka berarti 12.000 kali. Dan Allah melipatgandakan lebih banyak daripada itu, kepada orang-orang yang Ia kehendaki.

Catatan: Sebagian dikutip dari muqaddimah Syekh Masyhur Hasan terhadap kitab Dzikr Shalat at-Tasbih wa al-Ahadits allati Ruwiyat ‘an an-Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam wa Ikhtilaf Alfazh an-Naqilin laha karya Imam al-Khathib al-Baghdadi.
Telah dimuat di blog: www.somadmorocco.blogspot.com
Share:

AURAT PEREMPUAN MENURUT EMPAT MAZHAB.

Diterjemahkan Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA.
ŁˆŲ§Ł„Ł‚ŁˆŁ„ ŲØŲ£Ł† Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ† Ł„ŁŠŲ³Ų§ ŲØŲ¹ŁˆŲ±Ų© Ł‡Łˆ Ł‚ŁˆŁ„ Ų¹Ų§Ų¦Ų“Ų© ŁˆŲ§ŲØŁ† Ų¹ŲØŲ§Ų³ ŁˆŲ§ŲØŁ† Ų¹Ł…Ų± Ų±Ų¶ŁŠ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł†Ł‡Ł….
ŁˆŁ‡Ų°Ų§ Ų§Ł„Ł‚ŁˆŁ„ Ł‡Łˆ Ų§Ł„Ł…Ų­ŁŁˆŲø Ų¹Ł† Ų§Ł„ŁŁ‚Ł‡Ų§Ų”، ŁˆŁ„Ų°Ų§ Ł‚Ų§Ł„ Ų§ŲØŁ† Ų¹ŲØŲÆ Ų§Ł„ŲØŲ± ŁŁŠ Ų§Ł„ŲŖŁ…Ł‡ŁŠŲÆ: Ų§Ų®ŲŖŁ„Ł Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł…Ų§Ų” ŁŁŠ ŲŖŲ£ŁˆŁŠŁ„ Ł‚ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ų² ŁˆŲ¬Ł„ ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲØŲÆŁŠŁ† Ų²ŁŠŁ†ŲŖŁ‡Ł† Ų„Ł„Ų§ Ł…Ų§ ŲøŁ‡Ų± Ł…Ł†Ł‡Ų§ ŁŲ±ŁˆŁ‰ Ų¹Ł† Ų§ŲØŁ† Ų¹ŲØŲ§Ų³ ŁˆŲ§ŲØŁ† Ų¹Ł…Ų± Ų„Ł„Ų§ Ł…Ų§ ŲøŁ‡Ų± Ł…Ł†Ł‡Ų§ Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŲ§Ł† ŁˆŲ±ŁˆŁ‰ Ų¹Ł† Ų§ŲØŁ† Ł…Ų³Ų¹ŁˆŲÆ (Ł…Ų§ ŲøŁ‡Ų± Ł…Ł†Ł‡Ų§) Ų§Ł„Ų«ŁŠŲ§ŲØ Ł‚Ų§Ł„ Ł„Ų§ ŁŠŲØŲÆŁŠŁ† Ł‚Ų±Ų·Ų§ً ŁˆŁ„Ų§ Ł‚Ł„Ų§ŲÆŲ© ŁˆŁ„Ų§ Ų³ŁˆŲ§Ų±Ų§ً ŁˆŁ„Ų§ Ų®Ł„Ų®Ų§Ł„Ų§ Ų„Ł„Ų§ Ł…Ų§ ŲøŁ‡Ų± Ł…Ł† Ų§Ł„Ų«ŁŠŲ§ŲØ، ŁˆŲ§Ų®ŲŖŁ„Ł Ų§Ł„ŲŖŲ§ŲØŲ¹ŁˆŁ† ŁŁŠŁ‡Ų§ Ų£ŁŠŲ¶Ų§ً Ų¹Ł„Ł‰ Ł‡Ų°ŁŠŁ† Ų§Ł„Ł‚ŁˆŁ„ŁŠŁ† ŁˆŲ¹Ł„Ł‰ Ł‚ŁˆŁ„ Ų§ŲØŁ† Ų¹ŲØŲ§Ų³ ŁˆŲ§ŲØŁ† Ų¹Ł…Ų± Ų§Ł„ŁŁ‚Ł‡Ų§Ų”. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
Pendapat yang mengatakan bahwa wajah dan telapak tangan bukan aurat adalah pendapat Aisyah, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.
Pendapat ini yang didapat dari para ahli fiqh. Oleh sebab itu Ibnu ‘Abdilbarr berkata dalam at-Tamhid:
“Para ulama berbeda pendapat tentang ta’wil firman Allah: ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲØŲÆŁŠŁ† Ų²ŁŠŁ†ŲŖŁ‡Ł† Ų„Ł„Ų§ Ł…Ų§ ŲøŁ‡Ų± Ł…Ł†Ł‡Ų§. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Umar: “Kecuali yang biasa tampak, yaitu wajah dan kedua telapak tangan”. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud: “Yang tampak terlihat diatas pakaian, tidak boleh memperlihatkan anting-anting, rantai, gelang tangan dan gelang kaki, kecuali yang tampak diatas pakaian”. Para tabi’in berbeda pendapat berdasarkan dua pendapat ini. para ahli Fiqh juga berbeda pendapat berdasarkan ini.

MAZHAB HANAFI:
Ł‚Ų§Ł„ Ų§Ł„Ų„Ł…Ų§Ł… Ų§Ł„ŁƒŲ§Ų³Ų§Ł†ŁŠ Ų§Ł„Ų­Ł†ŁŁŠ Ų±Ų­Ł…Ł‡ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲŖŲ¹Ų§Ł„Ł‰ ŁŁŠ ŲØŲÆŲ§Ų¦Ų¹ Ų§Ł„ŲµŁ†Ų§Ų¦Ų¹: ŁŁ„Ų§ ŁŠŲ¬ŁˆŲ² Ų§Ł„Ł†ŲøŲ± Ł…Ł† Ų§Ł„Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠŲ© Ų§Ł„Ų­Ų±Ų© Ų„Ł„Ł‰ Ų³Ų§Ų¦Ų± ŲØŲÆŁ†Ł‡Ų§ Ų„Ł„Ų§ Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ†، Ł„Ł‚ŁˆŁ„Ł‡ ŲŖŲ¹Ų§Ł„Ł‰: Ł‚ُŁ„ Ł„ِّŁ„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ِŁŠŁ†َ ŁŠَŲŗُŲ¶ُّŁˆŲ§ Ł…ِŁ†ْ Ų£َŲØْŲµَŲ§Ų±ِŁ‡ِŁ…ْ [Ų§Ł„Ł†Ł€Ł€ŁˆŲ±: 30].
Imam al-Kasani al-Hanafi berkata dalam Bada’I’ ash-Shana’I’: “Laki-laki asing (tidak mahram) tidak boleh melihat perempuan yang tidak mahram yang merdeka (bukan hamba sahaya), tidak boleh melihat seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, berdasarkan firman Allah surat an-Nur ayat 30.
Ų„Ł„Ų§ Ų£Ł† Ų§Ł„Ł†ŲøŲ± Ų„Ł„Ł‰ Ł…ŁˆŲ§Ų¶Ų¹ Ų§Ł„Ų²ŁŠŁ†Ų© Ų§Ł„ŲøŲ§Ł‡Ų±Ų© ŁˆŁ‡ŁŠ: Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŲ§Ł† Ų±Ų®Ųµ ŲØŁ‚ŁˆŁ„Ł‡ ŲŖŲ¹Ų§Ł„Ł‰: ŁˆَŁ„َŲ§ ŁŠُŲØْŲÆِŁŠŁ†َ Ų²ِŁŠŁ†َŲŖَŁ‡ُŁ†َّ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ł…َŲ§ ŲøَŁ‡َŲ±َ Ł…ِŁ†ْŁ‡َŲ§ [Ų§Ł„Ł†Ł€Ł€ŁˆŲ±: 31].
Hanya saja pengecualian boleh melihat tempat-tempat perhiasan yang tampak, yaitu wajah dan telapak tangan, ini dispensasi dari ayat 31 surat an-Nur.
ŁˆŲ§Ł„Ł…Ų±Ų§ŲÆ Ł…Ł† Ų§Ł„Ų²ŁŠŁ†Ų© Ł…ŁˆŲ§Ų¶Ų¹Ł‡Ų§، ŁˆŁ…ŁˆŲ§Ų¶Ų¹ Ų§Ł„Ų²ŁŠŁ†Ų© Ų§Ł„ŲøŲ§Ł‡Ų±Ų©: Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŲ§Ł†، ŁˆŁ„Ų£Ł†Ł‡Ų§ ŲŖŲ­ŲŖŲ§Ų¬ Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„ŲØŁŠŲ¹ ŁˆŲ§Ł„Ų“Ų±Ų§Ų”، ŁˆŲ§Ł„Ų£Ų®Ų° ŁˆŲ§Ł„Ų¹Ų·Ų§Ų”، ŁˆŁ„Ų§ ŁŠُŁ…ْŁƒŁ†Ł‡Ų§ Ų°Ł„Łƒ Ų¹Ų§ŲÆŲ©ً Ų„Ł„Ų§ ŲØŁƒŲ“Ł Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ†، ŁŁŠŲ­Ł„ Ł„Ł‡Ų§ Ų§Ł„ŁƒŲ“Ł. ŁˆŁ‡Ų°Ų§ Ł‚ŁˆŁ„ Ų£ŲØŁŠ Ų­Ł†ŁŠŁŲ© Ų±Ų¶ŁŠ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł†Ł‡. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
Yang dimaksud dengan perhiasan adalah tempat perhiasan tersebut. Tempat perhiasan yang tampak nyata adalah wajah dan telapak tangan, karena dibutuhkan pada transaksi jual beli, mengambil dan memberi. Menurut kebiasan, semua itu tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan memperlihatkan wajah dan telapak tangan, maka boleh diperlihatkan. Ini pendapat Imam Hanafi radhiallahu’anhu.
MAZHAB MALIKI:
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ų§Ł„ŲÆŲ±ŲÆŁŠŲ± Ų§Ł„Ł…Ų§Ł„ŁƒŁŠ ŁƒŁ…Ų§ ŁŁŠ: Ų£Ł‚Ų±ŲØ Ų§Ł„Ł…Ų³Ų§Ł„Łƒ : ŁˆŲ¹ŁˆŲ±Ų© Ų§Ł„Ł…Ų±Ų£Ų© Ł…Ų¹ Ų±Ų¬Ł„ Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ Ų¹Ł†Ł‡Ų§ Ų¬Ł…ŁŠŲ¹ Ų§Ł„ŲØŲÆŁ† ŲŗŁŠŲ± Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ†. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ł…Ų­Ł…ŲÆ ŲØŁ† Ų£Ų­Ł…ŲÆ Ų§Ł„Ł…Ų¹Ų±ŁˆŁ ŲØŲ¹Ł„ŁŠŲ“ ŁŁŠ (Ł…Ł†Ų­ Ų§Ł„Ų¬Ł„ŁŠŁ„ Ų“Ų±Ų­ Ł…Ų®ŲŖŲµŲ± Ų®Ł„ŁŠŁ„) Ł‚Ų§Ł„: ŁˆŁ‡ŁŠ Ų£ŁŠ Ų§Ł„Ų¹ŁˆŲ±Ų© Ł…Ł† Ų­Ų±Ų© Ł…Ų¹ Ų±Ų¬Ł„ Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ Ł…Ų³Ł„Ł… Ų¬Ł…ŁŠŲ¹ Ų¬Ų³ŲÆŁ‡Ų§ ŲŗŁŠŲ± Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ† ŲøŁ‡Ų±Ų§ً ŁˆŲØŲ·Ł†Ų§ً، ŁŲ§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŲ§Ł† Ł„ŁŠŲ³Ų§ Ų¹ŁˆŲ±Ų© ŁŁŠŲ¬ŁˆŲ² Ł„Ł‡Ų§ ŁƒŲ“ŁŁ‡Ł…Ų§ Ł„Ł„Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
Imam ad-Dardir al-Maliki berkata sebagaimana yang disebutkan dalam Aqrab al-Masalik: “Aurat perempuan terhadap laki-laki yang tidak mahram adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan. Muhammad bin Ahmad yang dikenal denganm nama ‘Alisy berkata dalam Manh al-Jalil Syarh Mukhtashar Khalil: “Aurat perempuan merdeka terhadap laki-laki tidak mahram yang muslim adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, bagian atas dan bawah. Wajah dan telapak tangan bukan aurat, boleh dibuka terhadap laki-laki yang bukan mahram.


MAZHAB SYAFI’I:
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ų“ŁŠŲ® Ų§Ł„Ų„Ų³Ł„Ų§Ł… Ų²ŁƒŲ±ŁŠŲ§ Ų§Ł„Ų£Ł†ŲµŲ§Ų±ŁŠ Ų§Ł„Ų“Ų§ŁŲ¹ŁŠ ŁŁŠ Ų£Ų³Ł†ŁŠ Ų§Ł„Ł…Ų·Ų§Ł„ŲØ: ŁˆŲ¹ŁˆŲ±Ų© Ų§Ł„Ų­Ų±Ų© ŁŁŠ Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų© ŁˆŲ¹Ł†ŲÆ Ų§Ł„Ų£Ų¬Ł†ŲØŁŠ ŁˆŁ„Łˆ Ų®Ų§Ų±Ų¬Ł‡Ų§ Ų¬Ł…ŁŠŲ¹ ŲØŲÆŁ†Ł‡Ų§ Ų„Ł„Ų§ Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŁˆŲ§Ł„ŁƒŁŁŠŁ† ŲøŁ‡Ų±Ų§ً ŁˆŲØŲ·Ł†Ų§ً Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„ŁƒŁˆŲ¹ŁŠŁ†. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ų§ŲØŁ† Ł‚ŲÆŲ§Ł…Ų© Ų§Ł„Ų­Ł†ŲØŁ„ŁŠ ŁŁŠ Ų§Ł„Ł…ŲŗŁ†ŁŠ: ŁŲµŁ„: ŁˆŁ„Ų§ Ų®Ł„Ų§Ł ŲØŁŠŁ† Ų£Ł‡Ł„ Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł… ŁŁŠ Ų„ŲØŲ§Ų­Ų© Ų§Ł„Ł†ŲøŲ± Ų£ŁŠ Ł„Ł„Ų®Ų§Ų·ŲØ Ų„Ł„Ł‰ ŁˆŲ¬Ł‡Ł‡Ų§ ŁˆŲ°Ł„Łƒ Ł„Ų£Ł†Ł‡ Ł„ŁŠŲ³ ŲØŲ¹ŁˆŲ±Ų© ŁˆŁ‡Łˆ Ł…Ų¬Ł…Ų¹ Ų§Ł„Ł…Ų­Ų§Ų³Ł†، ŁˆŁ…ŁˆŲ¶Ų¹ Ų§Ł„Ł†ŲøŲ± ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲØŲ§Ų­ Ł„Ł‡ Ų§Ł„Ł†ŲøŲ± Ų„Ł„Ł‰ Ł…Ų§ Ł„Ų§ ŁŠŲøŁ‡Ų± Ų¹Ų§ŲÆŲ©. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshari asy-Syafi’i berkata dalam Asna al-Mathalib: “Aurat perempuan dalam shalat dan terhadap laki-laki yang bukan mahram meskipun di luar shalat adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, bagian luar dan bagian dalam, hingga pergelangan tangan.
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ų§Ł„Ų±Ų­ŁŠŲØŲ§Ł†ŁŠ ŁŁŠ Ų“Ų±Ų­ Ų§Ł„ŲŗŲ§ŁŠŲ©: ŁŲ³ŲŖŲ± Ų±Ų£Ų³Ł‡Ų§ ŁƒŁ„Ł‡ Ų£ŁˆŁ„Ł‰ Ł„ŁƒŁˆŁ†Ł‡ Ų£ŁŠ: Ų§Ł„Ų±Ų£Ų³ Ų¹ŁˆŲ±Ų© ŁŁŠ Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų© ŁˆŲ®Ų§Ų±Ų¬Ł‡Ų§ ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲ®ŲŖŲµ Ų³ŲŖŲ±Ł‡ ŲØŲ„Ų­Ų±Ų§Ł… ŁˆŁƒŲ“Ł Ų§Ł„ŁˆŲ¬Ł‡ ŲØŲ®Ł„Ų§ŁŁ‡. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
Ar-Rahibani berkata dalam Syarh al-Ghayah: “Menutup seluruh kepala lebih utama, karena kepala itu aurat baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Tidak hanya ketika ihram. Berbeda dengan memperlihatkan wajah.
MAZHAB HANBALI:
ŁˆŲ£Ł…Ų§ Ų§Ł„Ł‚ŁˆŁ„ ŲØŲ£Ł†Ł‡Ł…Ų§ Ų¹ŁˆŲ±Ų© ŁŁ‡Łˆ Ł‚ŁˆŁ„ ŲØŲ¹Ų¶ Ų§Ł„Ų­Ł†Ų§ŲØŁ„Ų© ŁƒŁ…Ų§ Ų³ŲØŁ‚ Ł‚Ų§Ł„ Ų§ŲØŁ† Ł‚ŲÆŲ§Ł…Ų© Ų±Ų­Ł…Ł‡ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲŖŲ¹Ų§Ł„Ł‰ ŁŁŠ Ų§Ł„Ł…ŲŗŁ†ŁŠ: ŁˆŁ‚Ų§Ł„ ŲØŲ¹Ų¶ Ų£ŲµŲ­Ų§ŲØŁ†Ų§: Ų§Ł„Ł…Ų±Ų£Ų© ŁƒŁ„Ł‡Ų§ Ų¹ŁˆŲ±Ų©، Ł„Ų£Ł†Ł‡ Ł‚ŲÆ Ų±ŁˆŁŠ ŁŁŠ Ų­ŲÆŁŠŲ« Ų¹Ł† Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…: Ų§Ł„Ł…Ų±Ų£Ų© Ų¹ŁˆŲ±Ų©. Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų§Ł„ŲŖŲ±Ł…Ų°ŁŠ ŁˆŁ‚Ų§Ł„: Ų­ŲÆŁŠŲ« Ų­Ų³Ł† ŲµŲ­ŁŠŲ­. ŁˆŁ„ŁƒŁ† Ų±Ų®Ųµ Ł„Ł‡Ų§ ŁŁŠ ŁƒŲ“Ł ŁˆŲ¬Ł‡Ł‡Ų§ ŁˆŁƒŁŁŠŁ‡Ų§، Ł„Ł…Ų§ ŁŁŠ ŲŖŲŗŲ·ŁŠŲŖŁ‡ Ł…Ł† Ų§Ł„Ł…Ų“Ł‚Ų©، ŁˆŲ£ŲØŁŠŲ­ Ų§Ł„Ł†ŲøŲ± Ų„Ł„ŁŠŁ‡ Ł„Ų£Ų¬Ł„ Ų§Ł„Ų®Ų·ŲØŲ©، Ł„Ų£Ł†Ł‡ Ł…Ų¬Ł…Ų¹ Ų§Ł„Ł…Ų­Ų§Ų³Ł†. Ų§Ł†ŲŖŁ‡Ł‰.
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa wajah dan telapak tangan adalah aurat, ini adalah pendapat sebagian mazhab Hanbali. Ibnu Qudamah berkata dalam al-Mughni: “Sebagian ulama mazhab Hanbali berkata, ‘Sesungguhnya perempuan itu seluruh tubuhnya adalah aurat. Karena diriwayatkan dalam hadits dari Rasulullah Saw, “Perempuan itu aurat”. Hadits riwayat at-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits hasan shahih”. Akan tetapi diberi dispensasi untuk memperlihatkan wajah dan telapak tangan, karena menutupinya menimbulkan kesulitan, dank arena boleh melihat wajah dan telapak tangan ketika proses pertunangan, karena tempat berkumpulnya kebaikan.
Share:

MENGGERAKKAN TELUNJUK KETIKA TASYAHUD.

ŁˆŁ†Ł†ŲØŁ‡Łƒ Ų„Ł„Ł‰ Ų£Ł† Ų§Ł„ŁŁ‚Ł‡Ų§Ų” Ų§ŲŖŁŁ‚ŁˆŲ§ Ų¹Ł„Ł‰ Ų£Ł† Ų§Ł„Ų¹Ł…Ł„ Ų§Ł„ŁƒŲ«ŁŠŲ± ŁŠŲØŲ·Ł„ Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų©، ŁˆŲ§Ų®ŲŖŁ„ŁŁˆŲ§ ŁŁŠ ŲŖŲ­ŲÆŁŠŲÆ Ų§Ł„ŁƒŲ«Ų±Ų©، ŁˆŁ„Ł… ŁŠŲµŲ­ Ų­ŲÆŁŠŲ« Ų¹Ł† Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… ŲØŲ£Ł† Ų«Ł„Ų§Ų« Ų­Ų±ŁƒŲ§ŲŖ ŲŖŲØŲ·Ł„ Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų©، ŁˆŲ„Ł†Ł…Ų§ Ł‡Łˆ ŲŖŲ­ŲÆŁŠŲÆ Ł…Ł† ŲØŲ¹Ų¶ Ų§Ł„ŁŁ‚Ł‡Ų§Ų”.
ŁˆŲ¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁŁ„Ų§ ŁŠŲµŲ­ Ų§Ł„Ų„Ł†ŁƒŲ§Ų± Ų¹Ł„Ł‰ Ł…Ł† Ų­Ų±Łƒ Ų£ŲµŲØŲ¹Ł‡ ŁŁŠ Ų§Ł„ŲµŁ„Ų§Ų©،
Kami ingatkan kepada Anda bahwa para ahli Fiqh sepakat bahwa perbuatan banyak membatalkan shalat. Mereka berbeda pendapat tentang batasan banyak. Tidak shahih hadits dari Rasulullah Saw bahwa tiga gerakan membatalkan shalat. Batasan itu dari sebagian ahli fiqh. Oleh sebab itu tidak dibenarkan mengingkari orang yang menggerakkan jarinya dalam shalat.
ŁŁ‚ŲÆ Ų°Ł‡ŲØ Ų„Ł„Ł‰ Ų°Ł„Łƒ Ų£Ų¦Ł…Ų© ŁˆŁ…Ł†Ł‡Ł… Ų§Ł„Ł…Ų§Ł„ŁƒŁŠŲ© Ų±Ų­Ł…Ł‡Ł… Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁŲ„Ł†Ł‡Ł… ŁŠŲ±ŁˆŁ† ŲŖŲ­Ų±ŁŠŁƒ Ų§Ł„Ų£ŲµŲØŲ¹ ŁŁŠ Ų§Ł„ŲŖŲ“Ł‡ŲÆ ŁƒŁ„Ł‡ ŁˆŁŠŁƒŁˆŁ† ŲŖŲ­Ų±ŁŠŁƒŁ‡Ų§ ŁŠŁ…ŁŠŁ†Ų§ ŁˆŲ“Ł…Ų§Ł„Ų§ Ł„Ų§ ŁŁˆŁ‚ ŁˆŲŖŲ­ŲŖ،
ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł†Ų§ŲØŁ„Ų© ŁŠŲ±ŁˆŁ† Ų§Ł„Ų„Ų“Ų§Ų±Ų© ŲØŁ‡Ų§ Ų¹Ł†ŲÆ Ų°ŁƒŲ± Ł„ŁŲø Ų§Ł„Ų¬Ł„Ų§Ł„Ų© (Ų§Ł„Ł„Ł‡) ŁˆŲ§Ł„Ų­Ł†ŁŁŠŲ© ŁŠŲ±ŁˆŁ† Ų£Ł†Ł‡ ŁŠŲ“Ų§Ų± ŲØŁ‡Ų§ Ų¹Ł†ŲÆ Ł‚ŁˆŁ„ (Ł„Ų§ Ų„Ł„Ł‡) ŁˆŲ¶Ł…Ł‡Ų§ Ų¹Ł†ŲÆ Ł‚ŁˆŁ„ (Ų„Ł„Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡)
ŁˆŲ§Ł„Ų“Ų§ŁŲ¹ŁŠŲ© ŁŠŲ±ŁˆŁ† Ų§Ł„Ų„Ų“Ų§Ų±Ų© ŲØŁ‡Ų§ Ų¹Ł†ŲÆ Ł‚ŁˆŁ„ (Ų„Ł„Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡) Ų„Ł„Ł‰ ŲØŁ‚ŁŠŲ© Ų§Ł„ŲŖŲ“Ł‡ŲÆ ŲÆŁˆŁ† ŲŖŲ­Ų±ŁŠŁƒ
Menurut Mazhab Maliki: menggerakkan jari telunjuk dari awal hingga akhir tasyahhud. Digerakkan ke kanan dan ke kiri, bukan ke atas dan ke bawah.
Menurut Mazhab Hanbali: mengangkat telunjuk ketika pada lafaz Allah (Ų„Ł„Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡).
Menurut Mazhab Hanafi: mengangkat telunjuk pada lafaz: La Ilaha (Ł„Ų§ Ų„Ł„Ł‡). Kemudian kembali menurunkan telunjuk pada lafaz: Illa Allah (Ų„Ł„Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡).
Menurut Mazhab Syafi’I: mengangkat telunjuk pada lafaz: Illallah (Ų„Ł„Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡), hingga akhir Tasyahhud berakhir, tanpa menggerakkan telunjuk.
Ł„Ł…Ų§ Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų£Ų­Ł…ŲÆ ŁˆŲ§Ł„Ł†Ų³Ų§Ų¦ŁŠ ŁˆŲ£ŲØŁˆ ŲÆŲ§ŁˆŲÆ ŁˆŲŗŁŠŲ±Ł‡Ł… Ų¹Ł† ŁˆŲ§Ų¦Ł„ ŲØŁ† Ų­Ų¬Ų± Ų±Ų¶ŁŠ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł†Ł‡، Ų£Ł†Ł‡ Ł‚Ų§Ł„ ŁŁŠ ŲµŁŲ© ŲµŁ„Ų§Ų© Ų±Ų³ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…: Ų«Ł… Ł‚Ų¹ŲÆ ŁŲ§ŁŲŖŲ±Ų“ Ų±Ų¬Ł„Ł‡ Ų§Ł„ŁŠŲ³Ų±Ł‰ ŁˆŁˆŲ¶Ų¹ ŁƒŁŁ‡ Ų§Ł„ŁŠŲ³Ų±Ł‰ Ų¹Ł„Ł‰ ŁŲ®Ų°Ł‡ ŁˆŲ±ŁƒŲØŲŖŁ‡ Ų§Ł„ŁŠŲ³Ų±Ł‰، ŁˆŲ¬Ų¹Ł„ Ų­ŲÆ Ł…Ų±ŁŁ‚Ł‡ Ų§Ł„Ų£ŁŠŁ…Ł† Ų¹Ł„Ł‰ ŁŲ®Ų°Ł‡ Ų§Ł„ŁŠŁ…Ł†Ł‰، Ų«Ł… Ł‚ŲØŲ¶ Ų«Ł†ŲŖŁŠŁ† Ł…Ł† Ų£ŲµŲ§ŲØŲ¹Ł‡ ŁˆŲ­Ł„Ł‚ Ų­Ł„Ł‚Ų© Ų«Ł… Ų±ŁŲ¹ Ų„ŲµŲØŲ¹Ł‡ ŁŲ±Ų£ŁŠŲŖŁ‡ ŁŠŲ­Ų±ŁƒŁ‡Ų§ ŁŠŲÆŲ¹Łˆ ŲØŁ‡Ų§.
Berdasarkan riwayat Imam Ahmad, an-Nasa’i, Abu Daud dan lainnya, dari Wa’il bin Hajar, ia berkata tentang sifat shalat nabi: “Kemudian Rasulullah Saw duduk iftirasy; menduduki kaki kiri, meletakkan telapak tangan kiri diatas paha dan lutut kiri. Meletakkan siku kanan diatas paha kanan. Kemudian menggenggam kedua jari tangannya dan membuat lingkaran, kemudian mengangkat salah satu jemarinya, saya melihatnya menggerakkannya sambil berdoa.
Ł‚Ų§Ł„ Ų§Ł„Ų„Ł…Ų§Ł… Ų§Ł„ŲØŁŠŁ‡Ł‚ŁŠ Ų±Ų­Ł…Ł‡ Ų§Ł„Ł„Ł‡: ŁŠŲ­ŲŖŁ…Ł„ Ų£Ł† ŁŠŁƒŁˆŁ† Ł…Ų±Ų§ŲÆŁ‡ ŲØŲ§Ł„ŲŖŲ­Ų±ŁŠŁƒ Ų§Ł„Ų„Ų“Ų§Ų±Ų© ŲØŁ‡Ų§ Ł„Ų§ ŲŖŁƒŲ±Ų§Ų± ŲŖŲ­Ų±ŁŠŁƒŁ‡Ų§، Ų­ŲŖŁ‰ Ł„Ų§ ŁŠŲ¹Ų§Ų±Ų¶ Ų­ŲÆŁŠŲ« Ų§ŲØŁ† Ų§Ł„Ų²ŲØŁŠŲ± Ų¹Ł†ŲÆ Ų£Ų­Ł…ŲÆ ŁˆŲ£ŲØŁŠ ŲÆŲ§ŁˆŲÆ ŁˆŲ§Ł„Ł†Ų³Ų§Ų¦ŁŠ ŁˆŲ§ŲØŁ† Ų­ŲØŲ§Ł† ŁŁŠ ŲµŲ­ŁŠŲ­Ł‡ ŲØŁ„ŁŲø: "ŁƒŲ§Ł† ŁŠŲ“ŁŠŲ± ŲØŲ§Ł„Ų³ŲØŲ§ŲØŲ© ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲ­Ų±ŁƒŁ‡Ų§، ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲ¬Ų§ŁˆŲ² ŲØŲµŲ±Ł‡ Ų„Ų“Ų§Ų±ŲŖŁ‡". Ł‚Ų§Ł„ Ų§Ł„Ų­Ų§ŁŲø ŁŁŠ Ų§Ł„ŲŖŁ„Ų®ŁŠŲµ Ų§Ł„Ų­ŲØŁŠŲ±: ŁˆŁ‡Ų°Ų§ Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ« Ų£ŲµŁ„Ł‡ ŁŁŠ Ł…Ų³Ł„Ł… ŲÆŁˆŁ† Ł‚ŁˆŁ„Ł‡: ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŲ¬Ų§ŁˆŲ² ŲØŲµŲ±Ł‡ Ų„Ų“Ų§Ų±ŲŖŁ‡.
Imam al-Baihaqi berkata: “Ada kemungkinan mengandung makna bahwa yang dimaksud dengan kalimat ‘menggerakkan’, maksudnya adalah menunjuk, bukan menggerakkannya berkali-kali, agar tidak bertentangan dengan hadits riwayat Ibnu az-Zubair dalam riwayat ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i dan Ibnu Hibban dengan lafaz: “Rasulullah Saw menunjuk dengan jari telunjuk, tidak menggerakkannya. Pandangan matanya tidak melewati telunjuknya”.
Al-Hafizh berkata dalam at-Talkhish al-Habir: “Asal hadits ini dalam Shahih Muslim, tanpa kalimat: “Pandangan matanya tidak melewati telunjuknya”.
ŁˆŲ§Ł„Ų­Ų§ŲµŁ„ Ų£Ł† Ų§Ł„Ł…Ų³Ų£Ł„Ų© Ł…Ł† Ł…Ų³Ų§Ų¦Ł„ Ų§Ł„Ų®Ł„Ų§Ł ŲØŁŠŁ† Ų£Ł‡Ł„ Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł…، ŁˆŁ„ŁƒŁ„ Ų±Ų£ŁŠŁ‡، ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŁ†ŲØŲŗŁŠ Ł„Ł„Ł…Ų³Ł„Ł… Ų£Ł† ŁŠŲ¶ŁŠŁ‚ ŲµŲÆŲ±Ł‡ Ų°Ų±Ų¹Ų§ ŲØŲ§Ł„Ų®Ł„Ų§Ł ŁŁŠŁ‡Ų§، ŁŲ„Ł† Ų§ŲŖŁŲ§Ł‚ Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł…Ų§Ų” Ų­Ų¬Ų© Ł‚Ų§Ų·Ų¹Ų© ŁˆŲ§Ų®ŲŖŁ„Ų§ŁŁ‡Ł… Ų±Ų­Ł…Ų© ŁˆŲ§Ų³Ų¹Ų©.
ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ Ų£Ų¹Ł„Ł….
Kesimpulannya, masalah ini adalah masalah khilafiyah diantara para ulama, setiap ulama punya pendapat masing-masing, tidak selayaknya seorang muslim merasa bersempit dada terhadap ikhtilaf dalam masalah ini. Karena kesepakatan ulama itu hujjah yang kuat, sedangkan ikhtilaf ulama itu rahmat yang luas. Wallahu a’lam.
diterjemahkan dari islamweb.com
Share:

Berkata Baik Atau Diam


Hadits Ke-15


Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan hadits yang penting dalam bidang adab. Makna hadits ini telah tercakup di dalam hadits ke-12.
Hak Alloh Dan Hak Hamba
Pada hadits di atas menunjukkan ada 2 hak yang harus ditunaikan, yaitu hak Alloh dan hak hamba. Penunaian hak Alloh porosnya ada pada senantiasa merasa diawasi oleh Alloh. Di antara hak Alloh yang paling berat untuk ditunaikan adalah penjagaan lisan. Adapun penunaian hak hamba, yaitu dengan memuliakan orang lain.
Menjaga Lisan
Menjaga lisan bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata baik, namun masih lebih baik dibandingkan dengan berkata yang tidak baik.
Berkata baik terkait dengan 3 hal, seperti tersebut dalam surat An-Nisa’: 114, yaitu perintah bershadaqoh, perintah kepada yang makruf atau berkata yang membawa perbaikan pada manusia. Perkataan yang di luar ketiga hal tersebut bukan termasuk kebaikan, namun hanya sesuatu yang mubah atau bahkan suatu kejelekan. Pada menjaga lisan ada isyarat menjaga seluruh anggota badan yang lain, karena menjaga lisan adalah yang paling berat.
Memuliakan Orang Lain
Memuliakan berarti melakukan tindakan yang terpuji yang bisa mendatangkan kemuliaan bagi pelakunya. Dengan demikian memuliakan orang lain adalah melakukan tindakan yang terpuji terkait dengan tuntutan orang lain.
Batasan Tetangga Dan Tamu
Tetangga menurut syariat adalah sesuai dengan pengertian adat, artinya kapan secara adat dinilai sebagai tetangga maka dinilai sebagai tetangga juga oleh syariat. Kaidah menyatakan semua istilah yang ada dalam syariat dan tidak ada batasannya secara syariat dan bahasa maka pengertiannya dikembalikan kepada adat.
Batasan tamu yang wajib diterima dan dilayani adalah jika dia tidak memiliki kemampuan untuk mencari tempat untuk tinggal atau untuk makan. Jika mampu maka hukumnya sunnah. Adapun batasan lamanya adalah 1 hari 1 malam, sempurnanya 3 hari 3 malam.
Share:

Mencintai milik orang lain seperti miliknya sendiri


Hadits Ke-13


Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu pelayan Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hakikat Penafian Iman
Penafian iman mencakup menafikan iman secara keseluruhan atau hanya menafikan kesempurnaan imannya. Suatu amalan yang menyebabkan pelakunya dinafikan imannya menunjukkan bahwa amalan tersebut merupakan amal kekafiran atau dosa besar. Dalam hadits ini penafian iman yang dimaksud adalah penafian atas kesempurnaan iman.
Mencintai Saudara Muslim Laksana Mencintai Diri Sendiri
Seorang muslim wajib merasa senang jika saudaranya memiliki agama yang baik. Dia senang jika saudaranya memiliki aqidah yang benar, tutur kata yang bagus dan perbuatan yang baik. Sebaliknya dia merasa benci jika keadaan saudaranya tersebut justru sebaliknya.
Seorang muslim disunahkan untuk senang jika saudaranya mendapatkan kebaikan-kebaikan duniawi. Dia merasa senang jika saudaranya berharta, sejahtera, sehat, berkedudukan dan lain-lain dari kenikmatan duniawi, dan dia tidak senang jika saudaranya miskin, sengsara, dan menderita.
Mendahulukan Kepentingan Saudara Muslim
Jika dalam urusan dunia, mendahulukan kepentingan saudaranya termaksud perbuatan yang terpuji dan disunahkan, namun jika dalam urusan akhirat, mendahulukan saudaranya termasuk perbuatan yang makruh.
Share:

Larangan Berzina, Membunuh & Murtad


Hadits Ke-14


Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hakikat Seorang MuslimSeorang muslim yang sesungguhnya adalah yang bersyahadatain dan menunaikan tauhid serta melaksanakan konsekuensinya. Adapun yang sekedar mengaku muslim dengan mengucapkan syahadatain namun melakukan syirik akbar atau bidĆ”h mukafirah maka hakikatnya bukan seorang muslim. Seorang muslim tidak boleh ditumpahkan darahnya kecuali dengan alasan yang syar’i seperti tersebut dalam hadits.
Muslim Yang Halal Darahnya
Ada tiga sebab seorang muslim boleh ditumpahkan darahnya yaitu:
  1. Zina ba’da ihshonin, yaitu jika seorang muslim yang sudah pernah menikah secara syari kemudian berzina maka dengan sebab itu halal darahnya, dengan cara dirajam.
  2. Qishosh, yaitu jika seorang muslim membunuh muslim yang lain dengan sengaja maka dengan sebab itu halal darahnya dengan cara di-qishosh.
  3. Meninggalkan Agama, yaitu ada 2 pengertian:
    a. murtad, artinya keluar dari agamanya dengan sebab melakukan kekafiran.
    b. Meninggalkan jamaah, artinya meninggalkan jamaah yang telah bersatu di atas agama yang benar, dengan demikian ia telah meninggalkan agama yang benar. Termasuk makna meninggalkan jamaah adalah jika memberontak imam yang sah.
Pelaksana Eksekusi
Seorang muslim yang telah dihukumi halal darahnya eksekusinya ada di tangan penguasa (imam) atau yang mewakilinya, jika di negaranya berlaku hukum Alloh. Apabila berada di Negara yang tidak menerapkan hukum Alloh maka tak seorang pun berhak mengeksekusi penumpahan darah. Untuk eksekusi yang tidak sampai penumpahan darah, seperti cambuk, qishosh non-bunuh, maka boleh dilakukan oleh seorang ‘alim jika atas kemauan pelaku. Demikian pendapat sebagian ulama.
Share:

Meninggalkan yang tidak bermanfaat


Hadits Ke-12


Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)
Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan landasan dalam bab adab.
Kebagusan Islam Seseorang
Kebagusan Islam seseorang bertingkat-tingkat. Cukuplah seseorang berpredikat bagus Islamnya jika telah melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Dan puncak kebagusannya jika sampai derajat ihsan, yang tersebut dalam hadits ke-dua. Besarnya pahala dan tingginya kemuliaan seseorang sesuai dengan kadar kebagusan Islamnya.
Meninggalkan Sesuatu Yang Tidak Penting
Sesuatu yang penting adalah sesuatu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Standar manfaat diukur oleh syariat, karena sudah maklum bahwa yang diperintahkan oleh syariat pasti membawa manfaat dan yang dilarang pasti menimbulkan mudhorot oleh karena itu upaya untuk paham syariat adalah aktivitas yang sangat bermanfaat. Menjadi kewajiban seseorang demi kebagusan Islamnya untuk meninggalkan semua yang tidak penting karena semua aktivitas hamba akan dicatat dan celakalah seseorang yang memenuhi 
Share:

Tinggalkanlah keragu-raguan


Hadits Ke-11


Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abu Tholib, cucu Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam dan kesayangan beliau rodhiallohu ‘anhuma, dia berkata: ”Aku telah hafal (sabda) dari Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i. Tirmidzi berkata: Ini adalah Hadits Hasan Shahih)
Kedudukan Hadits
Kedudukan hadits ini seperti kedudukan hadits ke enam (lihat hadits ke-6)
Tinggalkan Sesuatu Yang Meragukan
Sesuatu yang meragukan adalah sesuatu yang membuat tidak tenang dan memunculkan rasa khawatir, jikalau ternyata hal itu tidak boleh dilakukan. Jika kita menghadapi kondisi demikian maka tinggalkanlah yang meragukan tersebut dan lakukan sesuatu yang meyakinkan atau yang membuat tenang. Adalah termasuk perbuatan tercela jika ada keraguan akan tetapi tetap dikerjakan.
Share:

Makanlah dari yg halal


Hadits Ke-10


Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, ia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Alloh itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rosul, Alloh berfirman, “Wahai para Rosul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal sholih” (QS Al Mukminun: 51). Dan Dia berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al Baqoroh: 172). Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Robbku, wahai Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.” (HR. Muslim)

Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan salah satu ashlud din (pokok agama), di mana kebanyakan hukum syariat berporos pada hadits tersebut.
Alloh Itu Thoyyib Tidak Menerima Kecuali Yang Thoyyib
Thoyyib adalah suci, tidak ada kekurangan dan cela. Demikian juga Alloh, Dia itu thoyyib. Dia suci, tidak ada kekurangan dan cela pada diri-Nya. Dia sempurna dalam seluruh sisi.
Alloh tidak menerima sesuatu kecuali yang thoyyib. Thoyyib dalam aqidah, thoyyib dalam perkataan dan thoyyib dalam perbuatan. Tidak menerima artinya tidak ridho, atau tidak memberi pahala. Dan ketidakridhoan Alloh terhadap sebuah amal biasanya melazimkan tidak memberi pahala pada amalan tersebut.
Pengaruh Makanan Yang Thoyyib
Mengonsumsi sesuatu yang thoyyib merupakan karakteristik para rasul dan kaum mukminin. Makanan yang thoyyib sangat berpengaruh terhadap kebagusan ibadah, terkabulnya doa dan diterimanya amal.
Sebab-Sebab Terkabulnya Doa
  1. Musafir.
  2. Berpenampilan hina.
  3. Mengangkat kedua tangan.
  4. Mengulang-ulang doa.
  5. Menyebut Rububiyah Alloh.
  6. Mengonsumsi yang halal.
Sifat mengangkat tangan dalam doa:
  1. Mengisyaratkan dengan telunjuk, yaitu bagi khatib tatkala berdoa di atas mimbar.
  2. Mengangkat tangan tinggi-tinggi, yaitu ketika doa istisqo’.
Adapun secara umum dengan menengadahkan kedua telapak tangan di depan dada seperti seorang pengemis yang sedang meminta-minta.
Share:

Melaksanakan perintah sesuai kemampuan


Hadits Ke-9


Dari Abu Hurairoh ’Abdurrohman bin Shakhr rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda: ” Apa saja yang aku larang bagi kamu hendaklah kamu jauhi, dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu maka lakukanlah sesuai kemampuanmu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).” (HR. Bukhori dan Muslim)
Perintah dan Larangan
Pada dasarnya syariƔt Islam adalah berupa perintah. Oleh karena itu, larangan yang ada jumlahnya sedikit. Semua yang diperintahkan akan membawa kebaikan bagi pelakunya, meski tidak berniat karena Allah. Dan semua yang dilarang membawa kejelekan bagi pelakunya. Dengan demikian manusia butuh kepada sesuatu yang diperintahkan dan tidak butuh kepada sesuatu yang dilarang.
Perintah dan larangan Allah terbagi dua, yaitu wajib dan sunnah. Jika perintah dan larangan terkait dengan urusan ibadah maka perintah dan larangan tersebut hukumnya wajib, dan jika terkait dengan urusan dunia maka hukumnya sunnah, kecuali ada dalil yang memalingkan dari hukum asalnya.
Melaksanakan perintah terikat dengan kemampuan, karena jumlahnya sangat banyak. Sedangkan larangan jumlahnya sedikit dan tidak dibutuhkan, maka tidak terikat dengan kemampuan. Melaksanakan perintah lebih mulia dibanding meninggalkan larangan, demikian juga meninggalkan perintah lebih hina dibanding menerjang larangan.
Sebab Kehancuran Dan Kebinasaan
Sebab utama kehancuran umat adalah sekedar banyak bertanya dan menentang perintah nabinya. Sikap yang benar adalah bertanya untuk diamalkan dan tunduk pada perintah nabi. Maka orang yang sekedar banyak bertanya, bukti akan kelemahan agamanya dan tidak wara’-nya. Diantara dampak jelek banyak bertanya adalah timbulnya perpecahan.
Share:

Sample Text

Copyright © Lentera Islam .NET - Kajian Fiqih & Aqidah Islam Berdasarkan Al-Qur'an | Powered by Blogger Distributed By Protemplateslab & Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com